"Lepaskan aku! Kau sial–"
PLAK!
Jungkook meringis, setelah sebuah tamparan keras Taehyung pada wajahnya yang mampu membuat telinganya berdengung. Taehyung menatapnya tanpa ekspresi, seperti yang biasa ia lakukan. Jungkook menggigit bibirnya, menatap Taehyung dengan kesal.
"Kau memang suka kekerasan, 'kan?" Pertanyaan itu lebih seperti cemoohan. Jungkook membenci hal itu. "Aku tak tahu apa yang salah denganmu tapi kau semakin bertingkah seperti ini seharian. Kau melanggar banyak aturanku, baby."
Laki-laki cantik itu membuang mukanya. Tak ingin menatap Taehyung yang ada di hadapannya. Saat ini posisinya tidak menyenangkan. Kedua tangan terikat pada tiang penyanggah tempat tidur, dengan tubuh yang tak lagi tertutupi sehelai benang pun. Sebuah vibrator tertanam di lubangnya, menghasilkan getaran berbeda namun tak bisa ia keluarkan karena cock ring yang menahannya untuk keluar.
Pukul tujuh malam tadi Taehyung tiba di apartemennya. Dan Jungkook memang mengakui bahwa ia sengaja tidak meladeni setiap perkataan yang keluar dari mulut Taehyung, yang berujung dengan kemarahan pria itu.
Bukan salah Jungkook jika ia sangat kesal. Ia kesal setelah melihat perlakuan Taehyung yang begitu manis pada Jung Eunbi. Ia memang sadar bahwa Jung Eunbi itu spesial. Jungkook bukanlah Jung Eunbi yang baik hati. Jungkook memang tak suka diperlakukan dengan baik seperti itu oleh orang-orang di sekitarnya.
Tapi Kim Taehyung adalah kasus yang berbeda.
Taehyung menghela nafasnya. Ia mendekat pada Jungkook, meraih wajahnya dengan mencoba memegang pipinya. Hingga yang ia temukan adalah wajah Jungkook yang berlinang air mata. Tatapan mata Taehyung berubah. Ia memaksa Jungkook menatapnya, dan benar saja, wajah itu menjadi buruk karena air mata. Well, meski wajah itu memang tetap cantik dan tak berubah, tapi tetap saja air mata bukanlah sesuatu yang pantas bagi wajah cantiknya itu.
"Kenapa kau menangis?"
Jungkook menggeleng pelan. Tak menjawab sedikitpun.
Hal itu jelas membuat Taehyung frustasi.
"Baby, jangan menangis." Bisiknya.
Tangan besarnya menyentuh pipi basah itu, menghapus air mata dari pelupuk matanya. Ia mencium dahi Jungkook dengan lembut. Sesuatu yang selalu ia lakukan namun juga selalu membuat Jungkook bingung. Taehyung tak seharusnya bersikap baik dan lembut padanya. Hal seperti ini malah akan semakin membuat Jungkook bingung. Hubungan mereka sejak awal hanyalah sesuatu berlandaskan hutang budi, sebuah hutang besar yang tak mungkin mampu dibayar oleh seorang Jeon Jungkook, yang membuatnya terlibat kontrak tak langsung yang mengharuskan dirinya mematuhi segala perintah dan aturan dari Kim Taehyung.
Sebuah cinta tak seharusnya terselip disana.
Jungkook sadar akan hal itu namun siapa yang peduli? Siapa yang mampu menahan rasa cinta yang muncul? Siapa yang mampu menghentikan debaran tak menentu di dadanya itu? Jawabannya tak ada. Semua itu terjadi secara alamiah.
Jungkook masih menangis sesenggukan, dan Taehyung berusaha meredakannya.
"Shhs, baby, hentikan. Jangan menangis lagi. Aku tak akan menyakitimu. Oke?" Ia membujuk, tersenyum begitu lembut dan begitu menenangkan.
Perlahan Jungkook terlena. Ia mengangguk pelan, membuat Taehyung tersenyum semakin lebar.
"Good boy." Ujarnya.
Bibir Taehyung kemudian bergerak maju, mencegat bibir Jungkook, melumat bibir merah ranum itu dengan irama santai. Jungkook mendesah ketika tangan Taehyung mengelus dadanya, mencubit kecil putingnya. Ciuman itu terlepas, Taehyung mendaratkan bibirnya pada leher jenjang Jungkook, memberikan bekas-bekas merah yang menandakan bahwa Jungkook adalah miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Wolf He's a Lion
FanfictionSerigala yang kejam sekalipun akan tunduk pada singa sang raja hutan. Begitupun Jungkook, sang berandalan sekolah yang akan selalu tunduk pada Taehyung, sang ketua OSIS di sekolah.