"Jadi, senang bisa mencuri dengar, Jeon Jungkook?"
Jungkook meneguk liurnya kasar. Di hadapannya, sang penguasa menatap terlalu dalam, membuatnya seolah tidak mampu berbuat apapun. Untuk berbicara pun ia merasa tak mampu. Lidahnya kelu secara tiba-tiba. Taehyung pasti marah karena Jungkook sudah lancang mencuri dengar sesuatu yang seharusnya tak ia dengar. Meskipun sesuatu itu sepertinya berkaitan dengan dirinya, atau bahkan meski Jungkook tak tahu pasti apakah maksud dari sesuatu itu, Jungkook sadar bahwa tindakannya salah. Mengingat tentang bagaimana sifat Taehyung, Jungkook sudah membayangkan apa yang akan terjadi padanya.
"Tae–"
Perkataannya terpotong ketika bibirnya dibungkam oleh bibir Taehyung yang meraupnya kasar. Pertahanan Jungkook akan selalu hancur dengan sendirinya, setiap kali Taehyung melakukan hal seperti ini padanya, Jungkook sang berandal bajingan akan menyerah dan tunduk dengan sendirinya. Lidah Taehyung melesak masuk, berperang dengan lidahnya sendiri, masing-masing dari mereka seolah sedang mencicipi rasa manis yang mereka dapat dari perang lidah tersebut. Hingga satu desahan dari bibir manis nan ranum milik Jeon Jungkook pun terlepas.
"Jangan mendesah nakal seperti itu. Aku sedang menahan diri saat ini, baby." Ujar Taehyung, menyandarkan dahinya diatas bahu sempit Jungkook.
Wajah Jungkook memerah, namun ia perlahan menyadari keanehan pada diri Taehyung saat ini. Kim Taehyung, sang pangeran tampan dengan seribu satu kesempurnaan, yang ternyata adalah diktator kejam dengan perintah mutlak, baru saja berkata bahwa ia sedang menahan diri. Sungguh sesuatu yang sangat sulit terjadi.
Belum sempat Jungkook berpikir lebih jauh, tangannya ditarik oleh Taehyung menuju sofa yang ada di ruangan tersebut. Taehyung duduk diatas sofa empuknya, menarik Jungkook agar duduk diatas pangkuannya, berhadapan, dengan tangan Taehyung yang secara refleks melingkar di pinggang langsing Jungkook dengan erat. Ia membenamkan wajahnya di dada Jungkook, seolah sedang mencari tempat ternyaman untuk bersandar saat ini. Ini jelas terasa semakin aneh bagi Jungkook. Meskipun sebenarnya ia sangat bahagia ketika Taehyung bersikap manis seperti ini padanya.
"Biarkan seperti ini sebentar. Aku sedang lelah."
Jungkook mengangguk pelan, meski Taehyung tak melihatnya. Sebagai tanda bahwa ia setuju, Jungkook dengan hati-hati dan perlahan meletakkan tangannya diatas kepala Taehyung, mengelus kepalanya dengan lembut. Gerakannya terhenti ketika tangan Taehyung memegang pergelangan tangannya, Jungkook menjadi gugup. Apakah Taehyung akan marah padanya yang dengan lancang melakukan hal seperti itu?
"A-Ah, m-maafkan aku, aku–"
Namun faktanya, Taehyung tidak marah. Ia kemudian menarik tangan Jungkook, mencium punggung tangannya dengan lembut. Jungkook berusaha keras menyembunyikan rona merah di wajahnya.
"Mulai hari ini, pulang sekolah denganku. Pergi denganku. Dan jangan keluar rumah tanpa sepengetahuanku." Kata Taehyung, menatap lurus pada mata bulat Jungkook yang menatapnya bingung.
"Kenapa?"
"Jika kubilang jangan, ya jangan."
"Bagaimana dengan princess-mu?" Sindir Jungkook.
"Aku bisa mengurusnya nanti. Pokoknya, lakukan apa yang kukatakan. Jangan membantah. Kau mengerti?"
Tidak ingin berdebat disaat-saat menyenangkan seperti ini dan merusak mood yang ada, Jungkook akhirnya menurut dan mengangguk setuju. Senyum puas tercipta di wajah tampan Taehyung. Ia menyentuh pipi Jungkook, membawanya mendekat, lalu mengecup bibir manis itu dengan cepat.
"Good boy."
Meski banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin Jungkook lontarkan, pemuda cantik itu hanya diam dan membalas tersenyum. Jangan membantah, itu adalah hal mutlak yang harus ia lakukan. Lagipula, bisakah Jungkook menganggap bahwa ini adalah salah satu bentuk perhatian Taehyung padanya?
***
Jungkook menghela nafasnya, mendudukkan dirinya diatas kasur dengan handuk yang masih menutupi kepalanya. Ia baru saja mandi, tepat setelah ia sampai di rumah. Taehyung tadi mengantarkannya pulang, bahkan Taehyung mengantarnya hingga ke depan pintu apartemen. Tidak ada seks hari ini, keanehan lainnya untuk hari ini. Taehyung bahkan tidak mampir ke apartemennya, hanya berkata,
"Ingat, jangan keluar tanpa sepengetahuanku, dan jangan membuka pintu untuk siapapun kecuali aku. Kau mengerti?"
Lalu Jungkook hanya bisa mengangguk dan membuat Taehyung kembali tersenyum. Jungkook ingin sekali rasanya menahan Taehyung agar tidak pulang, ingin membuatnya menjelaskan maksud dari perintahnya, namun Jungkook sadar bahwa ia tak akan mampu. Taehyung punya urusan lain yang Jungkook tak pernah tahu.
Jika dipikir kembali, Jungkook masih tidak mengetahui seluk-beluk Taehyung dan keluarganya dengan baik. Yang ia tahu adalah, Taehyung adalah pangeran sekolah, ketua OSIS, pria paling sempurna yang dipuja semua makhluk bumi, anak dari pemilik sekolah, dan pewaris perusahaan ternama di Korea Selatan, serta memiliki tunangan yang sangat cantik dan bersikap layaknya putri raja yang penuh kelembutan. Selebihnya, Jungkook sama sekali tak tahu apapun. Taehyung memang kaya raya, ia bisa membeli apapun sesukanya, seperti yang ia lakukan pada Jungkook. Tapi apakah hidup bergelimang harta akan selalu membuatnya terlibat kekerasan? Kekerasan yang dimaksud adalah seperti yang terjadi pada Jungkook. Penculikannya waktu itu bukanlah tanpa alasan, mengingat Taehyung bahkan mengenal siapa penculiknya waktu itu.
Yang Jungkook bisa simpulkan saat ini adalah, ada sesuatu yang Taehyung sembunyikan rapat-rapat. Persaingan bisnis? Atau hanya pertarungan biasa? Entahlah, Jungkook tak ingin menduga-duga.
Mengingat pembicaraan Taehyung dan orang yang Jungkook yakini adalah Ayah Taehyung, sang pemilik sekolah yang tak pernah Jungkook tahu bagaimana rupanya, sedikit banyak membuat Jungkook kepikiran. Apalagi namanya terdengar disana. Yang Jungkook sadari, Ayah Taehyung tidak menyukainya. Entah apa alasan dibalik itu semua. Jungkook sama sekali tak mengerti.
"Memikirkannya membuatku lapar. Kurasa tidak masalah pergi ke minimarket sebentar." Gumamnya.
Dengan segera mengambil uang dan ponselnya, Jungkook melangkah keluar apartemennya. Dalam hati ia berdoa, Taehyung tidak akan mengetahuinya.
***
Pemuda cantik itu berjalan menyusuri jalanan malam dengan santai, sambil membawa kantung plastik berisi ramen instan dan minuman cola kesukaannya. Tidak lupa ia membeli tiga botol susu pisang dengan brand kesayangannya. Sebenarnya Jungkook sedikit memikirkan peringatan Taehyung tadi siang. Jungkook tidak takut. Seingatnya ia masih berstatus laki-laki saat ini. Ia bukan gadis lemah. Ia bisa berkelahi. Ia bisa membela dirinya sendiri, meski ia tak sekuat Taehyung. Menurut Jungkook, perintah Taehyung itu sangat tidak beralasan.
Maka dengan langkah santai, Jungkook terus berjalan. Dua belokan lagi dan ia akan sampai di apartemennya. Namun ia menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Jungkook sadar ia diikuti, entah sejak kapan. Jungkook mempercepat langkahnya. Hingga pada belokan pertama, ia ditarik oleh seseorang dan dibawa masuk secara paksa ke dalam mobil. Belum sempat ia menyadari siapa pelakunya, sang pelaku sudah menjalankan mobilnya dan pergi.
"S-Siapa–"
Sang pelaku membuka tudung hoodie hitamnya, menampakkan rambut berwarna coklat terangnya, dan dari sisi samping itu Jungkook tahu siapa sang pelaku yang membawanya pergi.
Dia–
"Apa yang kukatakan tentang jangan keluar tanpa sepengetahuanku, Jeon Jungkook?"
Suaranya dingin, dan Jungkook tahu ia tak akan baik-baik saja untuk berikutnya.
***
Siapa yang kangen si pangeran sama si brandalan?
Tuh udah di update.Hayo kenapa Taehyung banyak rahasia?😂😂😂
Sampai jumpa di update-an selanjutnyaaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Wolf He's a Lion
FanficSerigala yang kejam sekalipun akan tunduk pada singa sang raja hutan. Begitupun Jungkook, sang berandalan sekolah yang akan selalu tunduk pada Taehyung, sang ketua OSIS di sekolah.