Pria tampan itu menghela nafasnya bersamaan dengan pintu kamar yang ditutupnya. Beberapa jam yang lalu ia baru saja sampai, disambut dengan berbagai laporan dari para pekerja di rumahnya yang mengatakan jika nona muda yang telah mereka kenal sejak mereka mengabdi di rumah itu menolak apapun yang mereka berikan. Tuan muda tersebut mau tidak mau segera menemui nona muda yang merajuk di kamarnya.
Sudah menjadi suatu kebiasaan bagi semua yang ada di rumah mewah tersebut jika nona muda yang bernama Jung Eunbi itu sakit untuk tidak bisa bertindak apapun selain menunggu tuan muda mereka kembali. Nona Eunbi, begitu mereka memanggil, tidak akan mau pada apapun dan siapapun jika sedang sakit. Dan mereka semua sangat mengerti hal itu. Karena bagi seorang Jung Eunbi, Kim Taehyung, tuan muda mereka, adalah satu-satunya tempat bagi nona muda itu bergantung. Selain itu, bukan hal aneh lagi jikalau itu terjadi karena nona dan tuan muda itu memang sudah terikat sejak mereka lahir.
"Taehyung,"
Sebuah suara tegas menyapanya. Taehyung menoleh ke asal suara, menemukan sesosok pria tua yang berdiri dengan raut wajah mengerikannya. Taehyung sangat mengerti ekspresi itu. Ekspresi ketidaksukaan yang ditujukan padanya.
"Haraboji,"
Ialah tuan besar Kim, Direktur Utama Kim Group yang masih memegang kuasa penuh pada semua aset kekayaannya. Kakek dari Kim Taehyung, yang selama ini berusaha mendidik Taehyung agar tidak terjerumus pada jalan yang salah.
"Sejak kapan haraboji tiba?"
Namun pertanyaan Taehyung seolah tidak terdengar. Sang Kakek kemudian hanya melayangkan satu pertanyaan singkat dan sederhana, tetapi mampu membuat Taehyung terdiam untuk beberapa saat.
"Apa kau sedang bermain, Taehyung?"
Berusaha menutupinya, Taehyung tersenyum. "Bermain, apa, haraboji?"
"Eunbi sakit karena menunggumu. Gadis itu terlalu baik hingga ia tidak mengatakan apapun tentang alasan kau pergi." Sang Kakek sekali lagi menatap Taehyung dengan wajah tegasnya. "Kutanya sekali lagi, apa kau sedang bermain, Kim Taehyung?"
Mata Taehyung tertutup untuk beberapa detik. Berusaha menstabilkan emosinya, ia tahu ia harus terus tenang dalam menghadapi pria tua yang dipanggilnya kakek tersebut.
Ini tidak mudah, desisnya.
"Tidak."
Sang kakek menyunggingkan senyum sinisnya. Ia mengeluarkan sebuah foto dari saku kemejanya. Ditunjukkannya tepat di hadapan Taehyung, mengamati perubahan raut wajah Taehyung.
"Siapa pemuda manis ini, Kim Taehyung?"
Dahi Taehyung berkerut. Sial. Darimana Kakeknya tahu soal itu? Selama ini Taehyung selalu berusaha menyembunyikannya dengan baik, menutup rapat-rapat hubungannya dengan pemuda manis yang ditemukannya hampir sekarat dihajar preman di jalanan. Bodoh, huh? Kenapa Taehyung tidak menyadarinya? Alasan kenapa kakeknya tiba-tiba datang ke rumahnya, bukankah sudah jelas sekali, huh?
"Kenapa tidak tanyakan saja pada suruhanmu yang mengawasiku, haraboji?" Taehyung balas bertanya. Taehyung harus tetap tenang. Seperti sebuah permainan, jika kau menunjukkan tindakan dan ekspresi yang ragu, semua pergerakanmu akan terbaca. Taehyung sangat mengerti akan hal itu. Apalagi yang dihadapinya saat ini adalah kakeknya sendiri.
Cukup lama kedua kakek dan cucu itu hanya saling diam dalam adu tatap yang mengerikan. Lalu sang kakek menyudahi permainan mereka, dengan tegas sang pria tua berbalik menuruni tangga, namun terhenti setelah beberapa langkah menuruni tangga. Tanpa membalikkan tubuhnya, pria tua itu berkata,
"Apapun yang sedang kau mainkan, maka selesaikanlah. Aku mengatakan ini sebagai kakekmu, Taehyung. Jangan membuat masalah antarkeluarga. Kau mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Wolf He's a Lion
FanfictionSerigala yang kejam sekalipun akan tunduk pada singa sang raja hutan. Begitupun Jungkook, sang berandalan sekolah yang akan selalu tunduk pada Taehyung, sang ketua OSIS di sekolah.