Sesampainya di kelas, Audrey langsung duduk di bangkunya.
Melihat tingkah Audrey yang tidak biasa membuat teman sebagkunya penasaran."Kenapa lu? Tumben gak semangat. Lupa belajar?"
Audrey hanya menatap teman sebangkunya itu.
"Jawab kali, gw kan ngajak ngobrol sama lu bukan tembok."
"Hmmmm."
"Tuhkan pasti bener lupa belajar. Gw harus ngasih tau dulu ini ke semua anak-anak, kalau lu gak belajar tadi malam."
Dengan penuh semangat Ratu maju ke depan kelas dan berteriak.
"Woy teman keraninan kita tadi malem gak belajar."
"Yang benul gw gak percaya kalau dia gak belajar."
"Ini teh kalau bener harus masuk keajaiban dunia."
"Alhamdulilah Audrey masih normal seperti kita."
Itulah suara-suara yang Audrey dengar sebelum ia menyumpali telinganya dengan headset.
Tiba-tiba seorang siswa duduk di samping Audrey. Audrey hanya memdengus karena tidak suka ada yang tiba-tiba duduk di sampingnya.
"Kenapa?"
Siswa itu bersuara.
Audrey menatapnya enggan. Rasa sakit karena lenangan itu mulai menyergap Audrey kembali.
"Kitakan temen, kenapa gak cerita sih?"
Audrey hanya menatap tak percaya, Audrey ingin mengatakan dengan mudahnya lu itu bilang kalau gw sama lu temen. Lu kemana waktu kelas 10? Bisanya so baik doang. Kenapa takut gak dikasih catetan atau contekan dari gw.
Teman? Audrey tidak terlalu yakin dengan teman. Sudah cukup bagi Audrey dulu dia memiliki sahabat dan akhirnya berubah menjadi taruhan. Bukankah sahabat itu lebih dari teman? Lalu itu apa sahabat macam apa?
Audrey hanya memiliki beberapa teman dan sahabat. Dia membatasi pertemanannya semnjak kejadian kelas 10 kalau dia dijadikan bahan taruhan oleh sahabatnya sendiri. Gila bukan?
"So peduli lu."
Audrey memasang wajah sebal dan ketus.
"Lu masih marah sama gw? Itu udah kejadian lama Drey, gw tahu gw salah, tapikan gw udah minta maaf."
Siswa di sebelah menatap Audrey.
"Pergi dari sini dan balik ke tempat lu!"
Audrey berteriak sehingga memancing semua anak-anak kelas menatap mereka berdua. Ya Audrey dan Dimas.
Dimas yang mendapat usiranpun pergi ke tempatnya.
"Ngapain lu Dim, gangguin robot?"
"Gw cuman mau nanya dia kenapa dan dia malah nyolot ngusir gw. Efek gak belajar dahsyat banget."
"Hahaha bisa aja lu Dim."
Baru saja Dimas akan melanjutkan obrolan tetapi suara bel memberhentikannya. Dimas pilih aman dari pada melanjutkan mengobrol lebih baik diam. Di sekolahnya ini semua guru rajin banget masuk kelas. Kadang ada pas bel baru masuk dan kadang juga ada yang masuk sebelum bel. Kan serem.
Setelah menuggu 10 menit guru pelajaran matematika masih belum menempakan batang hidungnya. Kelas yang hening berangsur-angsur menjadi ramai.
"Ra gw panggil guru dulu ya, mau ikut gak?"
Audrey menatap Ratu.
"Kayaknya enggak gw di dalem kelas aja, lagi mager nih."
"Yaudah gw titip kelas yah, inget! Jangan samapai tak terkendali."
Ratu membalasnya dengan acungan jempol.
Audrey keluar dari kelas menuju ruang guru. Audrey bersenandung dalam jalannya. Lumayan melewati 2 koridor kelas dan 1 Tata usaha.
Audrey kelas 11 MIA 3. Jadi tidak terlalu jauh ke ruang guru.Audrey masuk ke dalam ruang guru setelah mengucapkan salam.
Terlihat guru mtknya sedang berbincang dengan siswa pria. Audrey tampak masa bodo dan menghampiri guru yang mengajarnya itu.
Audrey mengucapkan salam dan menyalami gurunya itu. Audrey tidak memperdulilkan siswa yang ada di sebelahnya itu."Bu pagi ini jamnya ibu di kelas 11 MIA 3"
"Iya tunggu sebentar yah, ibu lagi ngurusin ini dulu. Kamu tulis dulu aja ini."
Guru itu memberikan buku dan memberi tahu apa saja yang harus ditulis.
Setelah Audrey mendapat tugas Ia mengucapkan terimakasih."Audrey anterin ini siswa ke kelas 11 MIA 1 boleh? Ibu ada urusan dulu sebentar."
"Dengan senang hati bu."
Audrey menatap ke siswa itu dan tersentak kaget.
'Dia'
'Sial'"Lu gak berubah masih cantik aja."
"Diem. Gak ngaruh sama gw."
Audrey mengepalkan tangan, dia harus menahan amarahnya kalau tidak 1 pukulan bisa mendarat ke manusia di sampingnya itu.
"Gw udah putus sama dia."
Audrey tidak menanggapi. Dia memilih mempercepat jalannya.
Sesampainya di kelas 11 MIA 1 Audrey menyampaikan amanat dari Ibu Jenifer kepada Pak Hasbul bahwa ada murid baru.
"Makasih Sya."
Panggilan itu, panggilan yang hanya diberikan oleh dia. Iya dia kekasihnya yang dulu.
Okay masih butuh saran dan keritik 😚😚.
Jangan lupa vote and comment 😀😀😀
Masih amatiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stairway to Destiny
Teen FictionHanya menceritakan seorang gadis bernama Natasya Audrey yang sedang mengejar seseorang yang dia sukai untuk mewarnai masa-masa putih abunya. "Diselingkuhin, diphpin, Dijadiin taruhan, Dimanfaatin, ditolak. Semua itu udah pernah gw rasain." -Natasya...