Audrey memasuki kelas dengan muka sebal bercampur marah. Semua anak-anak kelas menatap Audrey heran. Karena biasanya kalau udah manggil guru mukanya semangat kecuali kalau emang gurunya gak masuk. Pasti mukanya sedih ala ala orang baru putus hahaha.
"Muka lu sepet amet, gurunya gak ada ye?"
Suara dari belakang kelas bertanya.
"Ya kalau mukanya kayak gitu pasti gurunya gak ada dan gak ngasih tugas! Horee merdeka."
"Bener pasti bener tebakan lu Riq."
"Yeay akhirnya bebas, Alhamdulilah Ya Allah."
"Pertamakalinya Bu Jen gak ngajar ke kelas. Bahagia sekali akuhh."
"Berisik alay, sana dandan aja so soan bahagia, lu mah ada Ibu gak ada Ibu aja biasa aja dah."
"Apa lu bilang. Nantangin banget lu. Lu juga ada Ibu kalau gak pasti kerjaan lu molor."
"Eh tai nantangin banget lu."
Baru saja Rafly akan mendatangi Karin, sudah ada suara yang menginstrupsikan mereka.
"Gurunya ada dan kita dikasih tugas!"
Semua murid menatap ke arah Audrey. Mereka merasa aneh. Satu persatu memberikan tatapan aneh kepada Audrey. Perselisihan antara Rafly dan Karinpun terlupakan.
"Gw serius, kita dikasih tugas. Ini bukunya. Sekertaris catat di papan tulis."
Semua anak berseru tidak suka.
"Lu kok mukanya gak semangat gitu, jangan bilang lu gak tau cara ngisi soal yang dikasih Ibu Jen?"
Ratu memberi tatapan menyelidik ke arah Audrey.
Tidak ada jawaban dari Audrey. Ratu semakin mengrenyitkan dahi."Serius lu gak bisa? Duh gimana dong nanti gw ngisinya."
Ratu sudah memasang muka panik karena dia takut disuruh manjawab soal oleh Bu Jenifer.
FYI Bu Jenifer itu selalu menunjuk salah seorang dari muridnya untuk mengerjakan soal di depan. Untuk yang pintar sih biasa tapi untuk yang lain asdfghjkl."Gilang pindah sekolah ke sini."
1 kalimat itu membuat Ratu menatap ke arah Audrey. Ratu memberikan tatapan Iba kepada Audrey.
"Jadi raut muka lu nunjukin ini?"
Audrey hanya mengangguk pelan.
"Lu udah ketemu sama dia?"
"Iya, bahkan gw nganterin dia ke kelas barunya."
"Apa!"
Semua orang langsung menatap ke tempat duduk Audrey dan Ratu lebih tepatnya memperhatikan Ratu.
"Sorry guys kalian lanjutin nulis aja gak usah liatin gw. Hehehe."
Setelah itu mereka kembali ke aktifitas masing-masing.
"Lu serius? Terus dia bilang apa sama lu Drey?"
"Gw serius, dia bilang dia udah putus sama pacarnya."
"Ngapain dia ngasih tau lu kalau dia udah putus. Dia mau narik perhatian lu lagi? Mau balikan sama lu lagi? Gw harap enggak! Inget gak waktu lu sakit gara-gara dia gak jemput lu pas ultahnya Zia? Terus pas lu nangis gara-gara dia? Yang tiba-tiba diem terus gara-gara dia? Gw gak mau lu kayak gitu lagi Drey."
"Gak usah ungkit-ungkit itu lagi bisa Rat?"
Ratu hanya memasang wajah serba salah.
"Udahlah gak usah terlalu dipikirin. Ini masalah gw. Sekarang kita kerjain soal aja okay."
Tet tet tet suara bel istirahat berbunyi.
"Audrey dipanggil sama orang tuh diluar."
Siska yang duduk di depan dekat pintu berteriak memberi tahu Audrey.
"Okay!"
Audrey keluar kelas untuk menemui orang yang memanggilnya. Dia seorang siswa. Audrey mengrenyit dia tidak kenal siapa siswa itu. Keliatannya sih seperti anak IPS tapi ngapain anak IPS di koridor IPA? Kantinkan ada di tengah-tengah kelas IPA dan IPS.
"Drey, gw disuruh sama orang buat manggil lu ke kantin. Katanya peting."
Menurut Audrey mukanya sih udah menggambarkan keseriusan. Tapi kantin? Ngapain? Makan?
"Siapa yang nyuruh?"
"Cowok, duh gw lupa lagi siapa namanya. Sana gih ke kantin. Takut orangnya marah."
Setelah menyampaikan itu siswa itu berlalu ke arah koridor kelas IPS.
Audreypun mengikuti apa yang diamanatkan oleh siswa tadi.
Audrey menatap kesekeliling kantin, siapa yang mencari dia? Kantin udah lumayan penuh. Gimana nyari orang itu?"Sya sini!"
Suara dan kalimat itu membuat Audrey berhenti menatap sekeliling. Suara dan panggilan itu. Itu suara Gilang.
Audrey dengan mau tidak mau menghampiri Gilang, dia harus memastikan apakah orang yang ingin menumuinya itu benar dia atau siapa."Lu yang manggil gw lewat cowok yang ke kelas gw?"
"Iya gw yang nyuruh dia, karena kalau gw yang manggil langsung pasti lu gak mau."
"Ada apa?"
Audrey memasang wajah sinis dan suara ketus.
"Duduk dulu, makan tuh gw udah pesenin siomay sama es jeruk. Itu kesukaan lu kan?"
"Gw gak laper, gw bawa bekel nasi."
"Lu berubah sya."
"Semua orang bisa berubah."
"Orang bisa berubah, tapi kenapa harus lu yang berubah. Gw kangen lu Sya."
"Basi tau gak, gw berubah karena apa? Karena rasa sakit yang lu kasih juga."
Gilang diam. Audreypun diam.
Audrey mengatur emosinya."Maafin gw Sya, gw salah."
"Telat, kemana aja selama ini lu hah? Baru minta maaf sekarang? Buat apa udah basi."
"Kenapa lu gak bisa maafin gw? Terus lu bisa maafin mantan lu yang sekarang sekelas sama lu? Apa bedanya gw sama dia? Kenapa lu maafin dia gw enggak?"
"Karena kalian beda!"
Keritik saran guys 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Stairway to Destiny
Teen FictionHanya menceritakan seorang gadis bernama Natasya Audrey yang sedang mengejar seseorang yang dia sukai untuk mewarnai masa-masa putih abunya. "Diselingkuhin, diphpin, Dijadiin taruhan, Dimanfaatin, ditolak. Semua itu udah pernah gw rasain." -Natasya...