Keduanya masih terdiam, menatap pemandangan jalan raya yang cukup lenggang.
"Kayaknya besok gw mau izin aja." Rio berucap sebari menatap Audrey.
"Mau kemana?" Audrey menatap balik kearah Rio
Rio tidak langsung menjawab. Ia lebih memilih menatap langit.
"Lu mau kemana bang?" Audrey menatap Rio.
"Gw mau ke Singapur dulu, mau nenangin pikiran. Sekalian ketemu sama papah."
Audrey membelalakan matanya tidak percaya. Singapur? Putus cinta? Audrey juga ingin.
"Gw mohon sama lu Drey, jangan ngikutin gw. Lu belajar okay. Gw tau lu ada acara hari-haru sekarang. Jadi gw putusin gw bakal ke Singapur sendiri." Rio berkata sebari memainkan jari-jari tangannya.
"Gw bisa batalin semua itu. Gw mau jaga lu bang."
"Gw disini yang abang lu Drey, gw yang harus jagain lu. Jadi kalem aja. Ntar gw bawain oleh-oleh." Rio berbicara sambil melangkahkan kakinya turun dari rooftop.
Tinggallah Audrey sendiri. Senja akan datang. Audrey masih enggang untuk meninggalkan rooftop. Hatinya masih belum bisa menerima kenyataan.
dret
dretGetaran dari sebuah benda kecil di saku rok Audrey membuat Audrey terganggu.
Zahra is calling..
Melihat nama yang tertera dalam hpnya Audrey akhirnya mengagkat
"Apa lagi?"
"..............."
"Udah sana urusin kehidupan baru lo! Jangan ganggu hidup gw sama abang gw."
Setelah mengucapkan kata-kata itu Audrey langsung mematikan hpnya.
"Kadang orang yang terdekat itu bisa jadi musuh yang mematikan."
Audrey langsung membalikan badannya dan bertatap pandang dengan Hanif.
"Kenapa lu ada disini?" Audrey menatap curiga kearah Hanif
Hanif tidak menjawab. Ia langsung memberikan kantung plastik yang berisi makanan ringan ke Audrey.
Audrey yang memang lapar langsung mengambil bungkusan itu."Sejak kapan lu ada disini?" Audrey bertanya dengan tangan kanan memasukan makanan ke dalam mulutnya.
"Baru aja gw nyampe, tadi Rio yang nyuruh gw ke rooftop. Gw kira bakal ada Rio ternyata lu doang."
Audrey hanya mengangguk.
Keduanya terdiam. Menatap langit yang mulai berubah menjadi warna jingga.
"Gw tau apa yang terjadi sama lu Drey."
"Gw harap lu gak nyeritain ke abang gw." Audrey melanjutkan kembali aktivitasnya menatap langit jingga.
Audrey sampai di rumah dengan selamat diantarkan oleh Hanif. Audrey melihat kesekeliling rumah, sepi. Mungkin Bundanya belum pulang.
Audrey melangkahkan kakinya menaiki anak tangga. Baru setengah Audrey menaiki tangga, ia teringat sesuatu.Rio.
Tidak ada raga dan suara abangnya seperti biasa. Pikiran Audrey mulai berkecamuk, Audrey berlari melanjutkan undakan-undakan tangga.
Dengan nafas terengah-engah Audrey langsung menghampiri kamar abangnya.Cklek
Kamar abangnya tidak dikunci.
Gelap. Itu yang pertama Audrey lihat dan rasakan.
Audrey mencar saklar lampu, dan menghidupkannya. Audrey membuang nafasnya setelah melihat abangnya sedang tidur dengan pulas.
Setelah memastikan abangnya baik-baik saja Audrey pergi ke kamarnya.Audrey langsung memasuki kamar mandi dan membersihkan diri.
Setelah selesai mandi Audrey meraih hpnya yang sebelumya ia letakan di atas nakas.Audrey menghidupkan ponselnya.
Notifikasi bermunculan.Notifikasi panggilan dan sms dari Zahra, seketika langsung dihapus tanpa dilihat dulu oleh Audrey.
Trending topic
Siswi terpintar di sekolah kita Audrey telah ditolak oleh Aldi. Karena Aldi telah memiliki pacar.Audrey membulatkan matanya tidak percaya dengan info tersebut. Dari mana mereka tahu? Hanif? Gak mungkin karena dari tadi sore Hanif bersamanya. Tapi bisa jadi Hanif yang menyebarkan karena cuman Hanif yang tau. Aldi? Gak mungkin Aldi sejahat itu.
Audrey langsung berlari keluar rumah dan memasuki pekarangan rumah Hanif.
"Eh ada Audrey, ada apa sayang?" Bunda Zia menghampiri Audrey dan mengelus rambutnya.
"Mmm, Audrey mau cari Hanif. Bunda Zi Hanif adakan?" Audrey tersenyum hangat kearah bunda Zia.
"Ada masuk aja kedalem, bunda mau keluar dulu yah. Biasa mau beli makanan buat cemilan." Bunda Zia tertawa lalu berlalu menuju mobilnya.
Audrey memasuki rumah Hanif, menaiki tangga karena yang Audrey tau kamar Hanif ada di lantai 2. Audrey melihat pintu-pintu kamar yang berada di lantai 2. Audrey berjalan kearah kamar yang terdapat tulisan "jangan masuk kecuali Hanif"
Audrey mengetuk-ngetuk pintu kamar itu. Diawali dengan perlahan dan dilanjutkan dengan ketukan-ketukan biadab. Mungkin kalau pintu itu manusia sudah babak belur.
"Hanif buka pintunya!"
"Woy Hanif gak usah kayak banci! Lukan yang nyebarin info itu le anak-anak sekolah!"
"Keluar! Kata bunda lu ada di dalem"
"Woy Hanif!"
Audrey berteriak-teriak di depan kamar Hanif tapi tidak ada jawaban. Masih dengan sisa tenaga yang ada Audrey terus mengetuk-ngetuk pintu dan berteriak makian untuk Hanif.
Audrey meluruhkan badannya dengan tembok. Audrey cape tenaganya sudah terkuras. Perlahan teriakan itu berubah menjadi isakan. Rasanya sakit membayangkan hari ini.
Hanif yang baru selesai mandi keluar dari kamar mandi. Hanif yang ingin memastikan Audrey baik-baik saja membuka pintu balkon dan duduk disana.
Lampu kamar Audrey menyala, mungkin Audrey sedang menangis atau tertidur.
Hanif masuk kedalam kamar kembali dan menutup pintu balkon. Rasanya mata Hanif ingin beristirahat.
Baru saja Hanif akan berbaring, Hanif mendengar isakan kecil perempuan. Hanif bangun dan melihat jendela balkon hening tidak ada suara. Hanif mencari suara itu, suara itu berasal dari luar pintu kamarnya.
Untuk pengamanan Hanif mengambil raket badminton. Perlahan hanif membuka pintu, mengintip dari celah pintu. Hanif melihat seorang perempuan sedang memeluk badan dan kakinya. Dari perawakannya seperti Audrey.
Hanif membuka pintu semakin lebar perempuan itu mengadahkan kepalanya. Hanif terkejut saat melihat permepuan di hadapannya itu Audrey.Audrey menangis di depan kamarnya.
Kenapa?
Ada apa?Maaf baru bisa update setelah sekian lama berhibernasi 😂😂😂.
Semoga masih ada yang minat 😊😊
Selamat menjalankan Ibadah puasa untuk yang menjalankan ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Stairway to Destiny
Teen FictionHanya menceritakan seorang gadis bernama Natasya Audrey yang sedang mengejar seseorang yang dia sukai untuk mewarnai masa-masa putih abunya. "Diselingkuhin, diphpin, Dijadiin taruhan, Dimanfaatin, ditolak. Semua itu udah pernah gw rasain." -Natasya...