Mengenal Natasya Audrey

585 36 14
                                    

"Audrey bangun, udah jam 6, kamu mau telat masuk sekolah."

Suara seseorang itu tidak didengar oleh Audrey. Menurutnya dari pada dengerin orang yang lagi bangunin dia mendingan tidur lanjutin mimpi.

"Audrey bangun! Kalau kamu gak bangun Bunda gak akan anterin kamu ke sekolah!"

"Iya Bunda, Audrey bangun."

Dengan malas, terpaksa Audrey membuka matanya. Bunda sudah hilang dari kamar Audrey, melihat situasi Audrey memejamkan mata kembali.

"Audrey Bunda serius!"

"Iya Bunda, Audrey mandi."

Audrey tidak habis pikir bagaimana Bundanya tau kalau dia memejamkan mata kembali padahal tadi Bundanya sudah menghilang. Atau emang ini itu kekuatan emak-emak ketika bangunin anaknya (?) Entahlah.

Selesai mandi dan bersiap memakai seragam, Audrey turun dari kamarnya ke meja makan.

"Pagi Bun, Pagi bang."

Audrey menyapa orang-orang yang ada di meja makan.
Bunda membalas dengan senyum dan abang membalas dengan dehaman.

"Hoaamm"

Audrey menguap.

"Begadang lagi?"

Bang Rio menatap Audrey.
Audrey hanya mengangguk.

"Nih yah dek, gak usah sering begadang, gak begadangpun nilai lu gak akan turun kok. Kalau udah pinter ya pinter aja. Segala begadang lagi. Abang aja yang gak pinter-pinter amat gak suka begadang buat belajar. Lah kamu? Kerajinan."

"Udah deh bang, jangan pengaruhin adeknya ke jalan yang sesat. Biar abang aja yang gak belajar tapi adek jangan."

"Tuh denger kata Bunda, jangan bawa gw ke jalan yg sesat."

Bang Rio hanya mengerucutkan bibir sebal.

Setelah sarapan Rio dan Audrey diantarkan Bunda ke sekolah. Maklum sekolah mereka sama. Rio kelas 12 dan Audrey kelas 11.

"Curut, gw titip ini buat Fazzahra yo! Jangan di buka sama lu."

"Woy bang kas....."

Belum selesai Audrey berbicara Abangnya itu telah hilang dari pandangannya.

"Dasar abang durhaka, nyuruh-nyuruh bisanya. Udah tau kelas gw sama Zahra beda. Dasar sialan."

Dengan kesal Audrey tetap mematuhi apa yang diperintahkan abangnya. Dia pergi ke kelas IPS untuk memberikan titipan kepada Zahra teman SMPnya. Kalian tau kelas Audrey dan kelas Zahra memiliki jarak yang lumayan jauh. Kelas Audrey IPA otomatis dia di depan sedangkan IPS di belakang.

Sesampainya di kelas Zahra. Audrey langsung masuk begitu saja, bukan karena Audrey tidak tahu malu tetapi memang hampir semua anak kelas di sana mengenal Audrey. Pertama karena Audrey memang hampir satu bulan sering datang ke kelas itu untuk menghantarkan sepucuk surat kepada zahra. Dan kedua karena memang Audrey murid berprestasi sehingga dia selalu tampil di depan semua siswa siswi ketika namanya dibacakan pada saat upacara karena menerima penghargaan atau prestasi dari luar sekolah ataupun dalam sekolah.

Audrey langsung duduk di sebelah Zahra dengan memberikan surat itu.

"Kalau mau pdkt tolong yah modal kuota sedikit, masih zaman surat menyurat? Ini udah zaman modern dan lu sama abang gw? Masa kapan?"

Audrey memdumal.

"Anjay banget lu, kuota gw punya."

"Kalau punya terus ngapain segala pake surat-suratan?"

"Kata abang lu, biar lebih berkesan katanya."

"Serah dah. Lu harus bersyukur abang gw tulisannya bagus coba kalau jelek yakin gw lu gak akan mau baca."

"Hahahaha... tau aja lu."

"Yaudah gw pergi yah, gw mau ke kelas. Cape kelas lu ujung. Bye."

"Makasih yo Drey."

Audrey hanya menggangguk, dia melangkahkan kakinya keluar kelas Zahra. Baru beberapa langkah keluar Zahra berlali menahan Audrey.

Audrey memberi tatapan 'apa?' lewat matanya.
"Dia pindah sekolah ke sini. Mantan lu Drey"

Mendengar kata mantan tangan Audrey mulai mengepal.
Bukan karena tidak terima di putuskan tetapi ini karena mantannya itu menyelingkuhi dia baru memutuskan dia.
Bagaimana tidak dendam Audrey.

Dengan pasti Audrey melangkahkan kakinya kembali meninggalkan Zahra.

Penulis amatair masih butuh saran dan kritik.
Makasih yang udah mau baca 😚😚😚.
Sebagian kisah diambil dari pengalaman.

Stairway to DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang