Beberapa bulan yang lalu...
"Radha!"
"Radha!"
"Radhayana Saviela Brathawidjaya!"
Radha yang masih memeluk gulingnya dengan erat terpaksa terbangun karena suara keras ibunya. "Apa sih ma?" keluhnya tak kalah keras.
"Bangun dan cepatlah turun kemari! Ada yang perlu mama dan papa bicarakan."
Radha tersadar mendengar nada serius dari Iiunya. 'Oke Radha sekarang coba pikirkan kesalahan apa yang kamu perbuat sampai Mama memanggilmu?' Radha berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya dan berpikir keras.
Ngutang? Rasanya tidak mungkin. Bayar kuliah belum lunas? Lah itu apalagi, tidak mungkin sekali rasanya. IPK jelek? Hmm iya sih tapi 'kan tidak hancur-hancur amat, lagipula dia sudah selesai sidang dan tinggal menunggu wisuda jadi sudah pasti tidak ada sangkut pautnya sama hal kuliah.
Radha berusaha berpikir keras sampai ibunya meneriakinya lagi. "Kalau kamu tidak turun sekarang juga, mama siram kamu ya!"
Tanpa berpikir lama, Radha segera keluar dari kamarnya dan menuruni anak tangga. "I'm here, Mom!" ujar Radha ceria, tetapi ekspresinya berubah mendapati wajah kedua orang tuanya yang sama sekali tidak tersenyum melainkan murung. Seolah-olah mereka memikirkan sesuatu yang amat sangat berat.
Radha segera duduk disamping ibunya. "Kenapa sih ma? Pa?"
Ibunya tersenyum kecil dan menyentuh pipi Radha. "Tunggu kakak-kakakmu sekalian ya, nak."
Tak berapa lama berselang Mimi dan Kris datang, mereka ikut duduk di seberang Radha dan ibunya. "Kenapa papa dan mama mengumpulkan kami semua disini?" Tanya Kris tenang.
Wajah Adam—ayah mereka—berubah menjadi kemerahan mendengar pertanyaan Kris. "Kamu sudah tahu alasannya, Kris!"
"Papa tidak menyangka, kamu malah mengkorupsi dana perusahaan kita untuk clubbing dan menghamburkannya untuk kesenangan kamu sendiri! Kamu itu anak paling tua, kamu jangan bikin malu papa! Kinerjamu saja tidak bisa dipertanggungjawabkan di kantor bagaimana kamu memberi contoh yang baik untuk kedua adikmu?" lanjutnya.
Radha terdiam menyaksikan betapa marah ayahnya terhadap kakak laki-lakinya yang biasanya selalu dipuji-puji. Bagaimana tidak? Setahu Radha, ayahnya benar-benar menyayangi kakaknya dan mengharapkan banyak dari kakaknya.
"Lalu kamu ikut bermain casino dan kalah? Otak kamu dimana, Kris?! Papa menyekolahkan kamu jauh-jauh ke Amerika bukan untuk menjadi orang tolol yang menghancurkan perusahaan seperti ini!" maki Adam.
Eva—Ibu Radha—menyentuh lengan suaminya dengan lembut. "Jangan marah-marah seperti ini sayang, aku tidak ingin penyakitmu kambuh lagi," peringatnya. Adam menoleh dan tersenyum kearah Eva Memang, Radha tahu benar kalau Ayahnya itu marah hanya Ibunya yang bisa menenangkan.
"Maafin aku, pa..." Kris menundukkan wajahnya tidak mampu menatap kedua orang tuanya, ia merasa gagal menjadi anak dan menjadi kakak bagi kedua adik perempuannya.
"Maaf tidak ada gunanya Kris, kamu harus memperbaiki apa yang sudah kamu perbuat! Papa tidak menyangka, kamu malah merusak kepercayaan papa. Selama papa sakit, papa mempercayakan semua ke kamu tapi apa yang papa dapat?"
Helaan nafas Adam terasa berat. Ia menoleh kearah Mimi. "Dan kamu, Mimi. Apa kamu tahu kesalahanmu apa?"
Radha menatap Mimi dengan bingung, tentu saja, kakak perempuannya ini adalah goddess baginya. Cantik, pintar, elegan, dan serba bisa. Kadang dia iri kenapa dia tidak mendapatkan secuil dari kesempurnaan kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Not Fall In Love (COMPLETED)
Romance[The Marriage Contract Series 3] "Dan terakhir..." Jantung Radha berdebar kencang. Apa syarat terakhir yang akan diajukan pria dingin di hadapannya ini? "Let's not fall in love." Tatapan Radha kepada Max berubah menjadi sedikit menajam. "S...