two - pertemuan pertama

42.8K 3K 89
                                    


DENGAN hati yang masih dipenuhi kebimbangan, Radha memutuskan untuk membulatkan tekadnya. Sebenarnya ia tidak tahu apa yang ia lakukan ini benar atau salah, tetapi setidaknya ia ingin membantu kedua orang tuanya.

Selama ini orang tuanya mengerti keinginannya untuk tidak terjun dalam dunia bisnis, orang tuanya juga memaklumi segala sikap Radha yang anti-sosial terhadap lingkaran sosialita maupun keluarga besarnya. Radha sendiri tidak dekat dengan sepupu, om, maupun tantenya, tetapi orang tuanya tidak pernah memarahinya ataupun memaksanya.

Mengingat segala perbuatan orang tuanya membuat Radha sedih sendiri. Andai saja Adam dan Eva mau memaksa Radha untuk terjun dalam dunia bisnis membantu Kris, setidaknya ia bisa mencegah hal ini terjadi. Tapi, apa boleh buat? Tidak ada yang tahu Kris bisa khilaf seperti ini.

Radha keluar dari kamarnya dan melihat kedua orang tuanya tengah berada di meja makan, Eva tengah membuat sarapan sementara Adam meminum teh. Sebagian besar asisten rumah tangga mereka telah mereka rumahkan terlebih dahulu dan mereka mengerti bahwa kondisi keuangan majikannya tengah memburuk. Hanya tersisa dua asisten rumah tangga yang membantu mengurus rumah dan membantu Adam apabila penyakit pria itu kambuh.

"Ma, pa, Radha akan menemui CEO Dexter Group." Perkataan Radha membuat kedua orang tuanya berhenti mengiris roti yang menjadi sarapan mereka. "Kenapa, nak?" Tanya Eva bingung.

"Radha akan coba berbicara dengan CEO Dexter Group. Kak Kris dan Kak Mimi sudah berupaya untuk menyelamatkan perusahaan dan keuangan keluarga kita, hanya aku yang tidak melakukan apa-apa. Aku harap CEO Dexter Group bisa mendengarkan perkataanku kali ini untuk memberi waktu lebih lama dalam membayar hutang perusahaan kita."

Hati Adam dan Eva terenyuh mendengar perkataan jujur Radha. "Terima kasih banyak, anakku," ujar Adam dengan sungguh-sungguh. "Terima kasih banyak."

***

Berbekal dengan alamat yang ia dapatkan di internet, Radha menaiki bus untuk ke gedung Dexter Group. Ia yakin kalau Mimi yang berada di posisi Radha, gadis itu pasti memilih menaiki taksi karena ia tidak bisa menaiki kendaraan umum. Tetapi Radha tahu diri, ia tidak ingin menambah pengeluaran keluarga.

Radha melangkahkan kakinya menuju gedung Dexter Company, dua orang satpam membukakan pintu untuknya dan Radha membalasnya dengan ucapan terima kasih. Radha rasa penampilannya cukup sopan, ia mengenakan blus bishop sleeve berwarna putih, rok pensil selutut berwarna hitam dan heels 3cm berwarna senada.

Radha mendekat kearah resepsionis dan berdeham, "Permisi."

Resepsionis itu menatapnya dengan senyum dan berdiri. "Ada yang bisa saya bantu, Bu?"

"Saya ingin bertemu dengan Pak Maximilian," ujar Radha tergagap.

"Sudah membuat janji temu, Bu?"

Radha menggigit bibir bagian bawahnya. "Belum ta-tapi bilang saja saya dari PT. Bratha Layar Abadi."

"Tunggu sebentar ya Bu." Resepsionis itu tampak berbicara di telefon beberapa saat lalu menoleh kearah Radha. "Maaf Bu, kata Pak Max perwakilan PT. Bratha Layar Abadi sudah datang beberapa hari yang lalu."

"Bi-bilang saya merupakan anak perempuannya, kemarin kakak saya yang pasti menemuinya." Resepsionis itu tampak enggan tetapi akhirnya kembali berbicara di telefon. Setelah berbicara beberapa lama, ia meletakkan gagang telefon dan menatap Radha. "Pak Max bersedia menemui anda, Bu. Mari saya antar."

Radha merasa was-was seketika, bagaimana ini? Apa yang harus dia lakukan? Jemari Radha menggenggam erat tali tas jinjing yang ia bawa. Resepsionis itu membawanya ke lantai 50 gedung ini—alias lantai teratas!—

Let's Not Fall In Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang