eight - the dexter's

31.9K 2.4K 21
                                    



MAX datang tepat setelah para pelayan membawa tumpukan piring kotor menuju dapur. Langkahnya tampak santai dan teratur, wajah tampan pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun—hanya ekspresi datar seperti biasa yang ia tunjukkan kepada semua orang. Ia melihat anggota keluarganya berkumpul disana dan menyapa mereka satu persatu, "Selamat malam oma, mom, Tante Ann dan Om Rudolf."

Seorang wanita yang kurang lebih berusia 80 tahun melirik Max dengan setengah hati, ia memperbaiki posisi kacamatanya lalu mengelap sudut bibirnya dengan sapu tangan. "Duduklah cucuku. Kamu tentu sudah tahu apa yang akan oma bicarakan, bukan?"

Max duduk di kursi yang disediakan tepat di sisi kanan Selina, ia duduk disamping Ann dan diseberang Letta serta Rudolf. Ann tersenyum lembut kearah Max seraya memberikan sepotong kue kepada pria itu, "Makanlah. Tadi tante baru membuatnya dari rumah untuk oma kamu, karena kamu tidak ikut makan malam jadi tante sisakan untukmu."

Max tersenyum sopan tetapi tidak meraih kue tersebut. "Terima kasih tante." Ia mengarahkan pandangannya kearah Selina, menunggu wanita tua itu berbicara.

"Mengapa kamu tiba-tiba menikah?" Akhirnya Selina membuka suara setelah melihat cucunya tidak berniat menyentuh kue dan minuman yang disediakan di hadapannya. "Dahulu, oma sudah memberikan beberapa rekomendasi para nona muda yang bermartabat dan memiliki bibit, bobot, serta bebet yang baik kepadamu tapi kamu menolaknya. Kamu beralasan ingin focus mengembangkan perusahaan dan tidak ingin serius menikah, tapi kenapa kamu berubah pikiran?"

Selina kembali bersuara. "Apa kamu menghamili anak gadis itu? Oma sudah mengecek background keluarganya, meskipun ia berasal dari kalangan atas, ia tetap tidak sebanding denganmu Max. Kamu adalah pewaris takhta Dexter, kamu berhak mendapatkan yang lebih baik dari gadis itu. Selain itu, kondisi perusahaan keluarga gadis itu sedang tidak baik, kalau kamu memberikan uang untuk menutup mulutnya maka semua akan terselesaikan. Kamu bisa memilih untuk merawat anak itu setelah anak itu lahir atau menggugurkannya, kalau memang kamu tidak tega tapi tidak ingin merawat anak itu..."

"Oma," Max memotong perkataan Selina dengan nada yang cukup dingin, "aku tidak melakukan kesalahan yang telah dilakukan oleh leluhurku. Aku tidak menghamilinya dan aku bersedia menikahinya karena aku telah memilihnya."

Perkataan Max membuat kedua orang lainnya menundukkan kepala mereka, mereka menyamarkan ekspresi wajah mereka dengan meminum teh yang disediakan. Selina melirik kearah sisi kirinya sekilas lalu kembali menatap Max. Orang yang dimaksud dari perkataan Max itu tetap memasang ekspresi tenang, seolah-olah tidak mendengar apapun.

"Lalu mengapa kamu mau menikahinya? Menurut oma, ia tidak terlalu baik bagimu. Oma rasa kamu juga tidak terlalu mengenalnya, ia terkenal memiliki sifat membosankan dan biasa saja. Tidak cantik, tidak pintar, tidak memiliki bakat lain. Tidak ada kelebihan yang membuat dirinya menonjol."

Max mengelus gagang cangkir di hadapannya. "Aku telah memilihnya dan itu bukan urusan oma bagaimana aku bisa mengenalnya maupun ingin menikahinya. Yang perlu oma tahu, aku tidak melakukan kesalahan, ia memiliki background keluarga yang cukup baik, dan kami memutuskan untuk menikah."

Selina tampak kehabisan kata-kata. Ia berdeham singkat kemudian meminum tehnya sesaat, "Kamu tahu 'kan kalau kamu bisa mendapatkan yang lebih baik? Banyak nona muda dari keluarga politisi yang dapat membantu memuluskan bisnis keluarga Dexter, keluarga tentara yang memberikan backing kepada keluarga Dexter, maupun keluarga pengusaha yang lebih besar dari perusahaan keluarga gadis itu untuk membantu bisnis keluarga Dexter."

Ekspresi wajah Max tetap tidak berubah. Senyumnya justru semakin melebar tetapi hanya segelintir orang yang menyadari bahwa senyuman itu adalah senyuman dingin dan mencemooh. "Dia sudah lebih dari cukup bagiku."

Let's Not Fall In Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang