[9] Aji?

15 1 0
                                    

Merekam kejadian kecil yang kamu lakukan adalah salah satu cara untuk mengenangmu.

Cinta tak selalu diungkapkan kan ? Mungkin dalam keadaan diamlah caraku mencintaimu.

°°°×°°°

"Papa, ayo cepetan anterin!" Indah memanggil Ayahnya untuk mengantarnya ke rumah Dhita. Dia belum diperbolehkan membawa motor. Tapi kadang nekat membawa motor Vera, Sasqia, atau Dhita.

Hari ini hari sabtu. Dan Indah siap untuk kerja kelompok.

"Mbak jalan dulu ya, Assalamualaikum," Indah mencium tangan Ayahnya dan berjalan kearah rumah Dhita saat sudah memastikan Ayahnya pulang kerumah.

"Dhita..." Indah berteriak didepan rumah Dhita, pagarnya masih terkunci. Tapi saat sadar apa yang diucapkan tidak memcerminkan sikap dan perilaku yang baik, Indah mengubah seruannya.

"... assalamualaikum, Dhita..."

"Mikum... kulonowun... spada... yuhuu... ada orang didalam... permisi... ting-nong... kring-kring."

Pintu gerbang terayun pelan dan munculah Dhita dengan rambut yang masih basah, air itu membasahi baju Dhita dibagian belakang yang terkena rambut.

"Mbak, habis nyebur dimana?"

Dhita yang gemas langsung menggeplak kepala Indah. "Lu sih kagak sabaran, gue baru mau bungkus rambut pake handuk, situ udah kayak cacing kepanasan didepan."

Indah yang diomelin hanya menggembungkan pipinya dan masuk kedalam rumah, "Masuk Dhit, jangan sungkan-sungkan! Anggap aja rumah sendiri."

Dhita mengepalkan tangannya. Bukan marah. Tapi gemas. Lalu dia menutup gerbang rumahnya kembali.

Indah yang baru saja akan duduk lesehan dilantai langsung bangun saat melihat Mami-nya Dhita. Baru kali ini dia bertemu Mami-nya Dhita.

"Pagi tante, aduh tante jangan repot-repot, jadi enak."

Sungguh Dhita ingin menjedotkan kepalanya kedinding, mempunyai teman seperti Indah yang kadang ajaib bin aneh membuatnya kudu extra sabar. Lihatlah, sekarang dia asyik meminum sirup yang disediakan Mami-nya. Seharusnya saat bertemu dengan orang baru itu jaim dikit, sapa kek, tanya kabar kek, yang warasan dikit kek. Lha ini?

"Dhit, ngapain disitu? Sono ganti baju!" Baru kali Indah merasa senang, sebab dia bisa menyuruh Dhita dan membuat dia stress.

Dhita yang mendengar itu hanya mendengus dan berganti baju.

"Udah ayok jalan!!"

Setelah menunggu berabad-abad dan menghambiskan sirup satu teko. Dhita baru keluar kamar dan menghentikan waktu yang membuatnya bosan sedari tadi.

"Ngapain aja sih lu? Ngerem?"

Yang ditanya malah melengos kedepan, mengeluarkan motor. Indah yang sadar langsung siap siaga. Bukan membantu. Tapi memakai sepatunya.

"Duh, lupa salim," Indah buru-buru melepas sepatunya dan masuk lagi kedalam. Tapi saat diruang tamu dia menghentikan langkahnya, "Kagak sopan masuk kedalam,"

Indah keluar lagi dan niat memakai sepatunya kembali. "Udah mau berangkat?" suara Mami-nya Dhita menghentikan kegiatannya dan Indah melepas sepatu lagi, kemudian mencium tangan Mami-nya Dhita.

"Iya tante, jalan dulu," Indah kembali memakai sepatunya, "Buset dah lu, rempong amat dah." Indah yang mendengar gerutuan Dhita hanya mendengus.

Dia berdiri dan naik kemotor yang sudah dinaiki Dhita terlebih dahulu, "Kagak salim?"

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang