[13] Dia... dia... dia...

8 3 0
                                    

Aku terdampar ditengah samudra...
Mencari pelabuhan tempatku kan berlabuh...

Lalu saat kutemukan...
Mengapa kau menutupnya rapat?
Hingga aku terpaksa berlalu...
Hidup bukannya harus terus berjalan?

Dan akhirnya aku menemukan pelabuhan baru didepan sana...
Semoga aku bisa bertambat karena mulai lelah mengarungi lautan...
Tapi kenapa tiba-tiba kau membuka pelabuhanmu?
Dengan sangat lebar...
Membuat aku gamang dan meragu...
Lalu memutuskan berbalik arah menuju pelabuhan milikmu...

Tapi kenapa saat aku tiba kau menutupnya?
Lebih rapat dari yang lalu?
Kau membuatku lelah dan menyerah...
Ini hati bukan baja...
Jika aku tak perduli lagi dengan pelabuhanmu yang terbuka...

Bagaimana?

®®®

Hari ini Gerwyn menepati ucapannya untuk menjemput Indah. Jujur saja, Indah sempat mengira itu hanya bualan cowok bule itu. Tapi perkiraannya tertepis saat melihat motor ninja kawasaki berwarna hitam terparkir cantik di depan rumahnya. Percis ketika Indah mendapat pesan line dari Gerwyn bahwa dia sudah di depan gerbang rumahnya.

"Lo... seriusan jemput gue, Wyn?"

Indah menatap tak percaya cowok bule cupu berkacamata tapi gak ada cupu-cupunya sama sekali tengah duduk dengan gagahnya di atas motor ninja itu.

Gerwyn terkekeh sebentar melihat wajah tak percaya Indah, "Ayok naik! Kagak percayaan amat sama gue."

Indah tersenyum tipis mendengar gerutuan Gerwyn. Kaki mungilnya melangkah tepat ke samping motor hitam mengkilap itu. Tapi hanya diam ditempat tanpa melakukan apa-apa.

"Ayo naik! Kok diem aja?" Gerwyn menoleh dan menatap Indah yang tengah memandang bingung pijakan kaki motor milik dirinya.

"Kenapa sih, Ndah?"

Indah menggembungkan pipinya, "Gimana naiknya? Indah pake rok, Gerwyn."

Gerwyn mengulurkan tangannya kearah Indah. Indah yang mengerti langsung memegang tangan Gerwyn untuk membantunya naik. Beruntungnya Indah selalu memakai legging. Jadi tak perlu mengumbar paha dan kaki mungilnya kalaupun harus duduk seperti biasa. Hell, Indah tidak suka ya duduk miring kayak mbok-mbok jamu.

"Jangan ngebut ya!" Indah memperingati seraya menunggu Gerwyn menjalankan motornya. Masalahnya ini sudah jam 6 lewat 5 menit. Sedangkan jam setengah 7, bel masuk sudah berbunyi. Dan jika Babe gembul yang berjaga, matilah saja.

"Lo gak mau pegangan?" Indah mendengus lalu meletakkan tangannya dibahu Gerwyn.

Sekarang giliran Gerwyn yang mendengus. Dia menggerak-gerakkan bahunya hingga tangan Indah menyingkir dari pundaknya, "Emang gue tukang ojek?"

Gerwyn menarik tangan Indah yang terkulai disamping tubuhnya kearah pinggang tanpa lemak milik Gerwyn. Menarik tangan kanan Indah dan menyatukannya dengan tangan kiri. Posisi memeluk erat pinggang Gerwyn, "Kayak gini kan lu gak bakalan jatuh."

Indah menahan senyumnya. Jangan bilang ini tidak manis! Indah tidak mau munafik dengan mengatakan jika perlakuan dari Gerwyn itu lebay. Ini manis dan sweet. Indah bukannya baper, tapi cewek mana yang tahan kalo diperlakukan semanis ini?

Indah tak berbicara atau mengatakan apapun hingga laju motor Gerwyn melambat. Melewati gerbang sekolah yang hampir ditutup oleh Babe gembul.

"Tuh anak gebetannya boleh juga." Babe gembul memandang Indah seraya menggelengkan kepalanya dan melanjutkan tugasnya menutup pintu gerbang.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang