[10] Suka Panji

16 3 6
                                    

Kepadamu aku menyimpan cemburu. Dalam asa yang tertumpuk oleh sesak dipenuhi ragu. Terlalu banyak ruang yang tak bisa aku buka. Dan kebersamaan ini hanya memperbanyak ruang tertutup. Mungkin benar. Jalan kita tidak bersimpangan. Atau jika bersimpangan. Kita datang tidak diwaktu yang bersamaan.

°°°×°°°

Indah menghentak-hentakkan kakinya kesal menemui temannya yang lain. Ya allah, dia sungguh kesal.

"Ngapa lu kayak cacing kepanasan? menggeliat-menggeliat."

Indah yang mendengar itu tambah kesal, "Gue kesel... banget sama itu cowok, naik darah gue lama-lama."

Sasqia melongo kearah Warung, "Emang tadi siapa? Panji?"

"Bukan," Indah menggeleng-gelengkan kepalanya, "Gak tau gue dia siapa? Kayaknya kakaknya Panji deh, karena lebih tinggi dari Panji.

"Oy,"

Indah menoleh saat cowok itu berteriak dan melambaikan tangan. Lalu dia cemberut. Malas sebenarnya menghadapi cowok cerewet tingkat akut kayak kakaknya Panji itu.

"Gue kesana dulu,"

Indah melangkahkan kakinya kesana, terlihat bundanya Panji mengeluarkan motor. "Siang tante," sapa Indah ramah yang dibalas dengan senyum.

Cowok itu mendengus, "Gak usah bersikap sok imut lo!"

Indah mendelik sebal, "Bukan gue yang ngomong ya? Lo yang ngomong gue imut."

Cowok itu melotot, "Salah paham lo,"

Indah melipat tangannya dan tersenyum miring, "Masa?"

"Iyaa,"

"Bodo," Indah melengos lalu tertawa melihat muka pongo cowok itu.

"Rese banget sih lu," Cowok itu ikutan kesal.

"Siapa?"

"Lu,"

"Yang nanya," tawa Indah meledak setelah mengerjai cowok itu. Apakah cowok itu tak pernah menonton tv?

"Lagian ngapain lu nyari Aji? Pacarnya?"

Amin,

Indah menyahutkan dalam hati apa yang dikatakan cowok itu tadi.

"Urusan lo kenapa gue cari Panji?"

"Cewek gak tau terimakasih,"

Indah yang mendengar itu kembali tersulut amarahnya, "Coba bilang lagi," Indah tersenyum manis.

Cowok itu menggelengkan kepalanya cepat. Indah melangkahkan kakinya kearah temannya. Naik keatas motor Dhita. Mereka sudah siap konfoi kerumah Panji.

Setelah perjalanan yang yang cukup memakan waktu, mereka tiba disebuah rumah. Didepannya ada warnet, tulisannya PAR. Indah tau arti dari PAR itu. Nama panjang Panji.

"Ayo masuk!" ajak Bunda Panji. Untungnya warnet itu tutup, karena kalau buka, pasti ramai.

"Ji,"

"Aji," Bundanya memanggil Panji berulang kali,

"Apa Bun?"

Panji yang kaget melihat temannya langsung tersenyum kikuk, "Pada ngapain ya?"

Apa sekarang hobby Indah menggeplak kepala seseorang? Soalnya tangannya gatal ingin mengeplak kepala Panji agar bangun dari mimpinya. Tampak laki-laki itu baru saja bangun dari buaian malamnya.

Untung saja ada Bunda-nya Panji, sehingga ia tak perlu susah-susah menempeleng kepala cowok itu, karena Bunda Panji sudah melakukannya terlebih dahulu pada anaknya. Bukan menempeleng, tapi menjewer.

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang