[15] Nabrak Plafon Lagi

11 2 0
                                    

Hadirmu cuma membawa luka.

♡¤♡

"Ndah,"

Indah mendongak saat seseorang memanggilnya. Lantas keningnya berkerut melihat Panji membawa dua buah paper bag ditangannya.

"Kenapa?"

Panji mengangkat paper bag warna biru pemberian Dimas dan meletakkan di atas meja Indah yang tampak penuh dengan buku.

"Ini apa?"

Panji mendengus, "Lu kan bisa liat logonya."

Indah hanya mengangguk lalu membuka paper bag itu. Terlihat coklat putih kesukaannya ada di dalam sana.

"Untuk gue? Dari lo?" Indah tak bisa menyembunyikan senyumnya yang tampak semakin melebar.

Panji menggeleng, membuat rasa yang tadi membawanya terbang pupus sudah. Belum sempat dirinya terbang tinggi hingga khayangan, Panji sudah memberhentikan harapannya hingga dia kembali nabrak plafon. Kalian tau? Rasanya itu sakit.

"Oh, terus dari siapa?" Indah tetap memaksakan senyumnya. Agar tidak membuat Panji curiga.

"Dari Dimas, adek gue nitip. Kalo ini dari gue." Panji mengangkat paper bag berwana pink ke depan wajah Indah. Membuat senyum yang tadi hilang mulai muncul kembali diwajah chubby Indah.

"Buat gue?"

"Kagaklah gila!" Panji spontan berteriak, membuat Indah kaget. Hatinya sakit bagai tertikam belati. Lantas buat siapa?

"Ini buat Risanti." Ucapan Panji sukses menohok Indah. Indah kembali melihat Panji. Dia terlihat sangat bahagia. Wajahnya tersenyum lebar hingga mata dengan netra kelam itu tenggelam dalam kelopak mata miliknya sendiri. Apakah Panji bahagia? Lantas Indah harus bagaimana? Menghilangkan senyum itu? Rasanya saja Indah tidak sanggup.

"Ohh, untuk apa?" Indah tetap keukeuh bertanya yang jawabannya mungkin saja bisa menyabit hatinya.

"Lah? Bentar lagi kan ujian semester, biar doi semangat. Gak ngaruh buat lo kan?"

Indah tergugu, gak ngaruh buat lo kan? Yah, Indah sadar kok, dia bukan siapa-siapa. Hatinya sakit. Jujur saja. Indah tidak mau munafik.

"Yaudah, hati-hati baliknya, Ndah. Jangan lupa dimakan coklat dari Dimas."

Panji meninggalkannya lagi dan lagi dengan sejuta perih. Indah menghela nafas, memasukkan bukunya ke dalam tas.

"Gue pengennya lo, apa gak bisa?" Gumam Indah lirih. Besok sudah mulai ujian semester. Dan sebentar lagi liburan tiba. Huh, akan kosong hari-harinya.

Indah melangkahkan kakinya menuju gerbang sekolah. Tapi matanya tak sengaja menatap pemandangan tak asing di depannya.

"Itu... itu bukannya mobil bokap gue?" Indah bergumam seraya melangkahkan kakinya pasti.

Dia segera membuka pintu penumpang, "Papa tumben jemput? Sama Hanie lagi."

Hanie menatap Mbak-nya yang ada di belakang, "Kok kesannya lu gak suka gue jemput mbak?"

Indah mendengus lalu naik untuk duduk dan langsung menutup pintu mobil, "Bukan begitu, Nyong. Kan gue bilang tumben. Ada acara apa?"

Papa Indah hanya menggeleng menatap dua polah putrinya, "Jadi gak?"

"Jadi!!" Hanie menjawab cepat dan menatap Papa-nya.

"Mau kemana sih?" Indah seperti orang bego yang gak tau apa-apa.

Hanie kembali menatap Mbak-nya yang duduk di belakang, "Mau ke mall. Papa siap nganterin. Berdua aja."

Indah mendengus, "Nasib jones begini nih! Jalan kalo gak ama bokap, ya sama sodara."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang