"Babeh, enyak! Ayamnya udah keluar, liat, liat!" Teriak seorang bocah kecil yang dengan girangnya bermain di kandang ayam. "Horeee .. Raras punya adek ..!" Ucapnya senang. Bahkan iapun tak peduli dengan tumpukan kotoran ayam yang baunya naudzubillah.
Tanpa merasa jijik, ia mengelus anak ayam yang baru menetas itu. Babeh dan Enyak hanya bisa memerhatikan kelakuan anaknya tersebut dari kejauhan.
"Liat tuh si Raras, pengen punya adek jadinya begonoh! Ya Allah .. Ampunin dosa-dosa hamba .. Hamba janji bakal lunasin utang-utang panci asalkan anak hamba bisa kembali ke jalan yang lurus." Kata Enyak. Dua buah koyo menempel di jidatnya. Sudah tiga hari tiga malam Enyak puyeng mikirin Raras yang semakin nyeleneh kelakuannya.
"Hushh ah! Anak kite masih normal! Dia cuma kepengen punya adek. Yaudeh .. Kite bikin adek buat Raras, nyok!?" Kata Babeh dengan tatapan genitnya. Babeh, sang juragan ayam di Kampung Duren memang terkenal sebagai perjaka tampan semasa mudanya. Dari sederet perawan di Kampung Duren, akhirnya Enyak-lah yang nyantol di hati Babeh.
"Ogah! Bikin aje sonoh ama ayam!" Sahut Enyak sambil mencubit perut Babeh yang buncit.
"Kejem bat dah ah jadi bini!" Keluh Babeh.
"Nyaaakkk .. Babeeh! Namanya yang cocok buat adek Raras ini siape ye?" Tanya Raras sambil menggendong anak ayam. Rambut dan bajunya dipenuhi bulu-bulu ayam yang membuat Enyak serasa ingin pingsan melihatnya.
"Aduh .. Enyak gak kuat lagi ...," Enyak langsung pingsan di pelukan Babeh.
"ENYAAAKKKK ..!!" teriak Raras dan Babeh bersamaan.
🐣🐣🐣
Bau minyak kayu putih masih menyengat. Enyak masih terkulai lemas di kasur. Beberapa ibu-ibu terlihat mengelilingi dan memijat kaki Enyak.
"Yang sabar ye Nyak .. Jangan terlalu dipikirin .. Lagian pan si Raras cuma kepengen punya adek, ntar palingan juga ilang kebiasannye." Kata Mpok Minah, pemilik warung sebelah yang sering dihutangin Enyak. Walaupun begitu, Mpok Minah adalah tetangga yang baik. Meski terkadang ngomel karena ayam-ayam Babeh masuk dan mengacak-acak warungnya. Belum lagi kalau si ayam meninggalkan 'jejak' beraroma sangat harum yang membuat pelanggan-pelanggannya kabur.
"Nggeh*, biarin aja ndulu Raras main sama ayam, biar dia senang tho." Sahut Yu Lastri dengan logat jawanya yang halus. Tetangga seperti inilah yang menguji kesabaran karena susah koneknya alias lemot. Dan saking halusnya, Yu Lastri termasuk tetangga yang melankolis alias baper. Pernah suatu hari ia nangis sesenggukan gara-gara ayam-ayam Babeh memakan rengginang yang dijemurnya di teras.
*nggeh : iya
"Kao ini jangan lah lemah! Sudahlah tak usah dipikirkan, kao harus tegas pada anakmu itu sebelum jadi kebiasaan!" Tambah Bu Togar dengan logat batak yang kental. Wanita kuat nan tangguh ini sudah hidup menjanda setelah suaminya pergi tak pulang-pulang layaknya Bang Toyib. Jangan pernah macam-macam padanya kalau tak mau terkena bahaya, karena Bu Togar adalah petarung yang hebat. Terbukti saat ayam Babeh kemalingan, ia yang memergoki dan memukuli si maling sampai lecek kayak kertas gado-gado. Yah, berkat keberaniannya itu, sampai sekarang tak ada lagi yang nyolong ayam-ayamnya Babeh.
"Ape ini karna dosa-dosa aye yang demen ngutang? Ya Allah gusti ..," Kata Enyak sambil memijat kepalanya yang kini jumlah koyonya bertambah.
"Masalah utang mah udeh aye catet ... nyang penting dilunasinnye bulan depan ye, nyak." Sahut Mpok Minah nyengir. Alhasil, gigi emasnya terpampang dan menyilaukan mata.
Mendengar ucapan Mpok Minah itu justru membuat Enyak serasa ingin pingsan dua kali.
🐣🐣🐣
Raras masih sibuk berjongkok di tengah ayam-ayam yang asyik menyantap butiran beras. Ia semakin senang jika salah satu ayam jantan berkokok.
"Kukuruyuukk ..!"
Raras bertepuk tangan dengan girang. Baginya, tak ada yang lebih gagah dari suara kokok ayam jantan.
"Raras!" Panggil Babeh. Raras menoleh dan mendapati Babeh yang membawa sekeranjang telor ayam.
"Babeh, telornya mau diapain?" Tanya Raras.
"Mao dijual di pasar, ngape emangnye?"
"Yahh .. Jangan, Beh! Biarin aja telornya menetas, biar Raras punya banyak adek lagi!" Cegah Raras.
"Raras, maen boneka yuk!" Sebuah suara mengagetkan Raras. Ternyata itu Leni, anak tetangga sebelah.
"Nah tuh maen boneka ama Leni, dah, Babeh mao ke pasar dulu! Jangan maen jauh-jauh yee ..," Kata Babeh seraya memasukkan keranjang itu ke mobil pick up dan meninggalkan Raras yang menatap sedih kepergian 'calon-calon adiknya'.
"Raras ayoo main! Temen-temen yang lain udah nunggu tau!" Kata Leni seraya menarik lengan Raras. Akhirnya Raras pun ikut dengan Leni. Di teras rumah Leni, sudah ada beberapa anak perempuan yang bermain boneka. Mereka menatap Raras dengana aneh.
"Leni, kamu kenapa ngajak Raras?!" Tanya salah satu anak yang bernama Tamara. Ia adalah anak orang terkaya di Kampung Duren. Namun popularitas orangtuanya tak sebanding dengan popularitas Babeh, sang juragan ayam.
"Kenapa emangnya? Raras kan juga mau main bareng kita." Jawab Leni.
"Tapi dia gak pantes main sama kita! Dia tuh pantesnya main sama ayam! Hiiiiiiii ... bauuuu!" Ejek Tamara sambil menutup hidungnya.
Hati Raras memanas, ia melempar boneka yang baru saja ia pegang tepat mengenai wajah Tamara. Iapun berlari meninggalkan sekumpulan anak perempuan itu. Wajah Tamara memerah kesal, ia langsung menyingkirkan boneka tersebut.
"Ihh, jorok banget, boneka ini abis dipegang tangan Raras yang bau ayam itu!" Kata Tamara. Anak-anak yang lain pun menatap Tamara dengan jengkel. Namun mereka tak bisa berbuat apapun karena takut.
🐣🐣🐣
Raras berlari seraya menahan tangisnya. Ia memilih untuk pergi ke belakang rumah dekat kandang ayam untuk menenangkan diri. Raras sadar, ia tak punya satupun teman yang bisa diajak main boneka. Ia merasa hanya 'adik-adiknya' yang berparuh itulah temannya. Makhluk berjengger dan berbulu itulah yang membuatnya nyaman.
Tiba-tiba Raras mendengar sesuatu dari dalam kandang. Ia mengenali suara itu. Suara 'adiknya' yang baru menetas. Raras pun membuka pintu kandang. Dilihatnya seekor anak ayam yang sangat imut baginya. Raras senang bukan main, ia mengelus 'adiknya' itu agar tidak takut.
"Kamu lucu banget." Kata Raras. Sebuah pemandangan tak biasa yang dilakukan bocah perempuan yang seharusnya bermain masak-masakan dan boneka. Raras benar-benar memiliki dunianya sendiri.
Berawal dari telor yang akhirnya menghadirkan 'adik' bagi Raras, namun berakhir pada Enyak yang semakin was-was.
Enyak yang ternyata sedari tadi melihat Raras dari kejauhan hanya mampu mengelus dada. Ditemani Mpok Minah, Yu Lastri dan Bu Togar yang berusaha menenangkan Enyak.
"Kayaknya Enyak harus bertindak!" Celetuk Bu Togar.
"Bertindak ngapain, bu?" Tanya Mpok Minah.
"Bikin dedek bayi!!" Jawab Bu Togar bersemangat.
"Owalah .. Saya baru tahu kalo bayi bisa dibikin. Bahannya apa aja tho?" Tanya Yu Lastri dengan polosnya.
Seketika tatapan mematikan pun mengarah ke Yu Lastri yang masih nyengir tanpa dosa.
Namun Enyak mulai mempertimbangkan saran Bu Togar.
Bikin Anak!!
🐣🐣🐣
____________________________
Ini apaan ya? Wkwkw entah😂 btw ini terinspirasi dari true story :v
Tapi jadinya malah absurd-.- yaaa selain cerita This Should Be Love, skrng gua akan menjalani crita ini dengan penuh keabsurd-an dan ketidakjelasan lainnya😂Maap jelek baru pertama kali bikin crita humor soalnya😅
Vommentnya sngat berharga😀😀
KAMU SEDANG MEMBACA
Perawan Ayam
Humor"Nyak, Richard kemane, yak? Daritadi kagak keliatan." "Tuuuh." Enyak menunjuk semangkok besar opor ayam yang tersaji di meja makan. "OH TIDAAAKKK ... RICHAAARRRDDD ..!!!!" ■■■ Siapa sangka juragan ayam yang tersohor dari Kampung Duren sampai ka...