4. Sang Penyelamat

110 13 7
                                    

6 tahun kemudian ...

"Ah, sampah lo! Masa dompet isinya ginian semua! Payah!" Seorang cowok bertubuh tinggi dan bergaya ala anak punk itu mengeluarkan beberapa lembar kertas jimat dari sebuah dompet. Siapa lagi kalau bukan Anto n the gank yang selalu berulah. Oyon--si pemilik dompet hanya bisa pasrah menerima perlakuan Anto dan teman-temannya tersebut.

"Apaan, neh? Jimat pemberian engkong lo!? Basi lo! Eh, denger, ya, engkong lo itu udah jadi fosil kale di dalem tanah! Masih aja percaya gini-ginian!" Celetuk salah satu anggota genk yang bernama Rian. Cowok berambut kribo ini sudah dua puluh kali di skors, tak jarang pula ia dihukum berdiri di tengah lapangan saat siang bolong. Mungkin itulah yang menyebabkan kulitnya hitam dan menjadikan giginya terlihat paling bersinar.

"Ja-jangan! T-tolong, jangan diapa-apain jimat gue." Oyon memohon dengan wajah memelas. Kacamatanya semakin melorot seiring cengkraman Anto yang semakin kuat di kerah bajunya.

"Oke, asalkan lo kasih duit dulu ke kita!" Kata Anto. Oyon menelan ludahnya, ia mencari-cari recehan ataupun dollar yang terselip di sakunya celananya.

"Woooyyy banci ....!!! Jangan beraninya keroyokan lo pada!!" Teriak seorang gadis cantik yang terlihat membawa ayam jago. "Richard, tunjukkin kejantanan lo ke mereka!" Gadis itu bicara pada ayam jago digendongannya. Tiba-tiba saja ayam itu melompat dan langsung menyerang Anto n the genk secara brutal. Maka terjadilah kegaduhan antara seekor ayam dan genk pembuat masalah itu. Sebuah tontonan yang seru.

"Ayoo, hajar! Hajar terus, Richard!" Sang gadis bersorak menyaksikan keributan aneh dan langka itu.

"Hadoh, ampuun ..! Gaes, kita cabut!" Titah Anto kepada teman-temannya. Mereka pun lari terbirit-birit sambil meraung kesakitan akibat patokan maut si ayam. Sementara itu, si gadis pemilik ayam tertawa terpingkal-pingkal. Ia mengelus ayam jagonya yang telah memberi Anto dan genk rusuhnya pelajaran.

"Ah, emang hebat dah lu! Makin cinta dah aye ame elu, Chard! I lopyu, Richard!" Kata si gadis. Oyon yang sedari tadi berada di TKP pun menatap gerak-gerik gadis yang telah menolongnya tersebut. Aneh--itulah yang ada dibenak Oyon saat melihatnya. Yaiyalah, mana ada orang bawa-bawa ayam ke sekolah? Cewek pula. Namun tak bisa dipungkiri, kecantikan sang gadis mampu membuat Oyon berdecak kagum. Gua harus berterimakasih sama dia--pikirnya.

"Woy, lu gapapa? Ada yang sakit kagak?" Tanya si gadis saat menghampiri Oyon yang masih  syok. "Oiye, kenalin, aye Raras. Anak baru disini." Katanya sambil  tersenyum ramah. Senyumannya mampu membekukan Oyon seketika, ia tak pernah melihat makhluk seindah itu. Di rumah, Oyon hanya bisa melihat Nyai Rosmi--neneknya yang hobi dandan bak kaum muda. Pernah suatu ketika, Nyai memakai bulu mata anti badai yang dibelinya di tukang loak. Mau mirip Syahrini katanya. Dan percayalah, rambut Nyai di ombre dengan warna hijau--Oyon bilang sih warnanya kayak kotoran kerbau. Yah, whatever.

"G-gue .. Oyon. M-makasih ya, udah nolongin gue." Kata Oyon gugup. Baru kali ini ia bicara dengan perempuan, selain Nyai. Dan itu sukses membuat lubang hidungnya kembang-kempis karena salting.

"Sanss ..! Lagian mereka siape, sih? Sok jagoan banget! Masih jagoan juga pacar aye, Richard!" Oyon terbelalak dan sedikit kecewa mendengar kata 'pacar' di kalimat terakhir Raras. Siapa cowok beruntung yang bisa jadi pacarnya itu?--tanyanya dalam hati.

"Lo .. Punya pacar?" Tanya Oyon.

"Yooiii ..! Nih, pacar aye!" Raras menunjuk ayam jago dipangkuannya. Oyon semakin tak mengerti dengan gadis itu. Cantik-cantik kok gila--pikirnya.

"A-ayam!? Pacar lo!?"

"Iyalah! Eh jangan salah ya, dia ini pacar paling setia! Udah gitu keren lagi, tuh tadi buktinya, dia ngehajar genk gak jelas itu. Dia juga nolongin lu."

Perawan AyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang