5. Si Alis Tebal Berdompet Tebal

168 13 10
                                    

"Lo jangan beraninya sama cewek."

"Heh, gausah ikut campur lo! Ini urusan gua sama ni cewek!" Bentak Anto. "Lo juga!" Katanya lagi sambil menunjuk Oyon yang semakin ciut nyalinya.

"Mau urusan lo ama siapa kek, lo emang selalu bikin onar." Kata si pemuda. "Sekarang mendingan lo balik sana, nanti dicariin emak lo. Atau ... perlu gue percantik lagi rambut lo!?"

"Bangsat, gausah bawa-bawa rambut gua, nyet!" Anto tiba-tiba mundur seraya memegangi rambutnya.

"Makanya sono! Sebelum gue berubah pikiran dalam hitungan ketiga. 1 ... 2 ... 3!"

Anto lari terbirit-birit seperti banci yang dikejar satpol PP. Raras dan Oyon semakin melongo dibuatnya. Tak ada angin tak ada hujan, kenapa Anto lari begitu saja? Aneh, seorang brandalan berpenampilan sangar seperti Anto bisa kabur tanpa sebab. Mungkin .. karena pemuda itu?

"Lah, ngape tu orang? Kebelet boker kali ye, larinya cepet banget!" Ujar Raras sambil menahan tawa. Ia juga masih bingung, baru kali ini ia melihat 'preman sekolah' sepengecut Anto.

"Heh, lo berdua!"

Raras dan Oyon langsung menoleh bersamaan kearah suara yang memanggil mereka.

"Gausah takut sama si Anto, bilang aja ke gua kalo dia macem-macem lagi." Kata pemuda tak dikenal itu. Raras melihat tulisan yang tertera di nametag-nya.

Richard Genzasio Alatas.

"Gua Richard. Kelas X-2."

Etdah, namanya sama kayak ayam aye.

"Wah, kelas unggulan tuh! Lo pasti pinter banget ya!" Seru Oyon heboh.

"Biasa aja." Sahut Richard datar. "Gak selalu yang otaknya encer doang kok yang masuk kelas unggulan. Asal duit lo encer .. Lo bisa dapetin apapun yang lo mau." Katanya lagi. Raras terbatuk mendengarnya, sementara Oyon berdecak kagum.

Pasti dia anak orang kaya--pikir Raras. Namun Raras tak sependapat dengan yang dikatakan Richard si alis tebal itu.

"Lo salah. Kata Enyak sama Babeh aye, harta ame duit tu kagak dibawa mati. Selain amal dan ibadah, kagak ada yang bisa nolongin lo di akherat nanti!" Ujar Raras. Oyon pun segera menutup mulut gadis itu dengan tangannya.

"Mmmapaan siiww lloo, yyon! Wwllepasin!" Protes Raras dalam keadaan mulut ditutup tangan Oyon. Raras terus memberontak hingga akhirnya tangan Oyon bisa terlepas dari mulutnya. "Tangan lu bau tau! Tadi pake sabun gak sih lo pas abis boker!?"

"Sstt ..! Lagian lo ngapain tadi ceramahin Richard? Dia kan udah nolongin kita." Bisik Oyon.

"Lah, kok aye yang salah? Aye kan cuma ngingetin dalam kebaekan."

"Hoy, udahan debatnya?!" Tanya Richard. "Gue mo cabut duluan, diantara kalian ada yang mo bareng?"

"M-makasih, ya. Kalo gaada lo--" Kata Oyon membetulkan letak kacamatanya yang melorot.

"Sans ..!" Sahut pemuda beralis tebal itu sebelum Oyon menyelesaikan ucapannya. Iapun naik ke motor sport-nya yang berwarna merah.

"Nih, Raras aja yang bareng sama lo! Rumahnya jauh, kesian dia jalan kaki." Kata Oyon.

"Yon! Apaan si." Raras mencubit lengat Oyon.

"Ssstt .... denger ya, ini kesempatan emas, Ras! Kapan lagi dibonceng cogan?!" Bisik Oyon.

"Woy, buruan! Bareng apa enggak? Gue mo cabut nih!"

Ada gitu orang nawarin tumpangan ngomel-ngomel--kata Raras dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perawan AyamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang