Chapter 13: Amarah

705 43 2
                                    

Cipratan darah dari hancurnya wajah Richard, menodai kaki Ellen. Tepat dihadapannya, wajah Richard hancur dan tubuhnya terguling jatuh menuruni anak tangga yang mereka naiki tadi menuju kedasar.

Ellen terdiam. Tubuhnya terguncang hebat. "KAU BAJINGAN!" Teriak Ellen sambil menangis. "KAU PSIKOPAT! KAU PEMBUNUH!"

"Tidak bisakah kau sedikit berterima kasih padaku?" Tanya Evan dengan tatapan sinis kepada Ellen. "Aku baru saja membunuh dia. Membunuh orang yang merusak keluarga kita. Orang yang menculikmu, kak."

Bibir Ellen bergetar. Ellen tidak mengerti apa yang dimaksudkan Evan. Tetapi satu hal yang ia sadari, Richard sudah tiada dan Evan mulai melangkah menaiki anak tangga dengan cepat.

Tanpa pikir panjang, Ellen membalikkan tubuhnya dan hendak menutup pintu besi itu. Tapi gerakan Ellen kurang cepat untuk menutup sempurna pintu besi itu. Kaki dan Tangan Evan menahan pintu besi itu sehingga tetap bercela.

Ellen berusaha mendorong pintu besi itu sekuat tenaganya. Tetapi tangan Evan telah terjulur keluar dan meraih rambut pendek coklat Ellen. Ellen mengerang kesakitan dan tetap menjepit tangan Evan di pintu besi itu. Evan menarik rambut Ellen kebelakang dengan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya berusaha mendorong pintu besi itu.

Perlahan kaki Ellen terdorong kebelakang sehingga membuat pintu bercelah lebih besar.

"AAAARGH!" Jerit Ellen kesakitan. "Lepaskan aku!"

Ellen merogoh kantong belakangnya, mengeluarkan pecahan piring yang tajam. Benda tajam itu ditusukkannya dipergelangan tangan Evan beberapa kali segera setelah ia mengeluarkan dari kantongnya.

"AARGH!" Jerit Evan kesakitan. Tangan Evan melepaskan genggamannya dari rambut Ellen. Tangannya mengalir darah yang cukup banyak.

Evan memengang tangan kanannya yang terluka dengan tangan kirinya. "Dasar wanita jalang!" teriak Evan.

Dengan segera Ellen membuka kembali pintu besi itu dan mendorong Evan sekuat tenaganya. Pria itu hilang keseimbangan dan terguling jatuh kebawah menimpa tubuh Richard. Ellen memandangnya dari atas. Melihat Evan berusaha berdiri untuk mengejarnya.

Ellenpun bergegas menarik kunci dari lubangnya. Tetapi kepanikan membuatnya kesusahan menarik kuncinya. Niatnya untuk mengunci Evan dibawah sana tidak dapat ia lakukan. Kunci itu tersangkut dan tidak dapat ditarik oleh Ellen.

Melihat Evan sudah mulai menaiki anak tangga, Ellen mengabaikan kunci itu dan menutup pintunya begitu saja. Ellen berlari kekanan, menjauhi pintu ruang bawah tanah itu. Diluar ruang bawah tanah itu terdapat hamparan luas ladang jagung yang sebagian sudah layu tidak terawat. Ellen mencari - cari dimana mobil yang dikendarai Evan.

Ellen tidak dapat menemukan dimana letak mobil itu, tetapi ia melihat sebuah rumah kayu dan memutuskannya untuk lari kedalam rumah itu. Hanya beberapa meter jauhnya. Yang Ellen pikirkan sekarang hanya lari dan bersembunyi dari si psikopat itu. Ia mengabaikan rasa lelahnya. Bahkan ia tidak sadar bajunya sudah basah akan keringatnya.

Setiba didepan pintu rumah kayu itu, Ellen bergegas membukanya dan masuk. Ia segera menutup pintu dan menyenderkan punggungnya dipintu kayu itu. Nafasnya tidak beraturan. Ia seperti baru saja berhasil kabur dari terkaman singa.

Akan tetapi perasaan itu hanya berlangsung sebentar saja. Ellen dapat mendengar Evan membuka pintu besi itu. Suara pintu itu membuatnya terbayang akan betapa mengerikannya kejadian dibawah sana.

"Kau membodohiku dengan berpura - pura menjadi kakakku!" Teriak Evan dari luar. "Kau tahu, aku paling benci dibohongi!"

Ellen mengernyitkan keningnya. Dia tidak mengerti dengan pikiran Evan. Pria itu yang mengaku sebagai adiknya dan sekarang dia sadar bahwa ia salah orang. Hal itu membuat kepala Ellen sakit jika memikirkannya.

Under the GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang