Chapter 2: Perkenalan

1.7K 88 2
                                    

Suara sekumpulan kunci yang dikeluarkan dari kantong dapat didengar Ellen dari tempatnya. Ia juga dapat mendengar sang pemilik kunci sedang mencari - cari kunci yang tepat untuk membuka pintu tua tersebut.

klok!

Sebuah kunci telah masuk pada tempatnya. Perlahan, pintu tersebut terbuka. Sepasang kaki dengan sendal jepit sederhana memasuki ruangan tersebut.

Seorang anak remaja yang berumur sekitar 18 - 20 tahun memasuki ruangan itu.

Ellen dengan segera memperbaiki posisi duduknya. Ia ketakutan sehingga membuatnya merapat kedinding.

Tanpa berpikir panjang, Ellen tahu bahwa orang tersebut yang menyekapnya. Ia menatap anak remaja itu dengan mata lebar. Dengan segera ia menghapus air matanya dan langsung berbicara.

"Siapa kamu?" Ellen bertanya kepada lelaki remaja itu dengan suara gemetar.

Lelaki itu mendekat beberapa langkah dari pintu menuju ketempat Ellen diikat. Dia memiringkan kepalanya dan memicingkan mata saat menatap Ellen.

Pemuda itu bermata biru dengan hidung mancung. Cukup tampan. Rambutnya berdiri tegak dan rapi. Rahangnya terlihat sangat garang. Ia juga mengenakan celana jeans biru yang terdapat sobekan kecil dilututnya dengan baju kaus hitamnya. Ellen mengira - ngira kalau umurnya sekitar 19 tahun.

"Kau tidak tahu aku?" tanya lelaki itu dengan nada datar.

"Aku tidak akan bertanya kalau aku tahu siapa kamu." jawab Ellen. Ia memberanikan diri dengan menjawabnya. "Apa maumu? Kenapa kau mengikatku?"

"Sepertinya aku memukul kepalamu terlalu kuat." Kata lelaki itu sambil menatap Ellen. "Aku akan melepaskanmu jika kau bisa memberitahuku siapa namamu."

"Ellen. Namaku Ellen. Sekarang lepaskan aku!"

Lelaki itu menatapnya. Ia mendekat kepada Ellen. Sekarang jarak mereka hanya sebesar telapak tangan orang dewasa. Sejauh antara jempol tangan ke kelingking.

"Pertama, aku tidak akan melepaskanmu jika kau masih meronta - ronta." Kata pria itu.

Ellen menelan ludahnya. Ia ketakutan. Sangat ketakutan. Ia gemetar. Sudah seberusaha mungkin ia tidak menunjukkan rasa takutnya. Tidak ada pilihan selain menenangkan dirinya dan mengikuti perintah lelaki muda itu.

"Aku tidak bermaksud jahat kecuali terpaksa. Ada alasan kenapa aku membawamu kemari." Lelaki itu berbicara tanpa ekspresi seraya menatap Ellen.

"Aku senang kau bisa tenang ketika aku menyuruh mu tenang. Aku harap kau bisa begitu juga selanjutnya. Cukup dengan mengikuti perintahku."

Ellen tak tahan. Ia meneteskan air matanya. Ia segera mengangguk, menandakan bahwa ia akan melakukan apa yang akan dikatakan pria itu kepadanya.

Pria itu memegang wajah Ellen dengan lembut. Ia menatap Ellen tanpa berkedip ketika ia berkata,"Aku akan membuka borgol ini. Jangan berpikir untuk melakukan hal bodoh."

Pria itu mengeluarkan 1 gelang kunci yang terdapat 5 kunci yang bergelantungan dilingkaran itu. Ia memilih kunci paling kecil dan memasukkannya ke borgol.

Klik!

Seketika borgol itu lepas dari pergelangan kaki Ellen.

"Ngomong - ngomong namaku Evan. Dan aku adikmu."

Under the GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang