Chapter 16: Akhir

1.1K 66 31
                                    

Hujan lebat mengguyur mini market itu. Garis polisi membatasi pintu masuk lokasi kejadian. Dua mobil polisi terparkir tidak beraturan tepat dibelakang mobil Evan. Cuaca dingin subuh itu membuat seluruh polisi yang bertugas menggosokkan tangan mereka, mencoba menghangatkan diri.

Sebuah mobil sedan berwarna cokelat tua terlihat baru memarkirkan mobilnya didepan pintu minimarket. Tidak ada stiker yang menandakan bahwa itu mobil polisi. Kemudian pintu mobil terbuka dan seorang pria dengan mantel yang panjang menuruni mobil itu. Pria itu menghisap cerutu dibawah derasnya hujan. Menyadari cerutunya padam karena air hujan, pria itu membuangnya jauh dari pom bensin.

Seorang polisi tua menghampirinya dari dalam minimarket, membukakan pintu dan menyambutnya masuk seolah itu rumahnya. Mereka berjabat tangan dan memulai perbincangan yang rumit.

"Inspektur." Kata polisi tua itu ketika menjabat tangan pria bermantel panjang itu. Kemudian mereka melanjutkan langkah menuju tempat kejadian perkara.

"Apa yang terjadi disini?" Tanya pria yang dipanggil inspektur itu. Mukanya lebih tua dari polisi yang menjabat tangannya. Rambutnya sebagian telah memutih seolah menandakan umurnya.

"Kami mendapat panggilan darurat dari sini. Dan anggotaku yang sedang berpatroli tiba dilokasi dan melihat ada tindakan kekerasan."

"Ada korban?" Tanya si Inspektur dengan singkat.

"Kami menemukan tubuh seorang pria yang telah dimutilasi oleh si pelaku dibelakang bagasi mobilnya." Kata polisi sambil menunjuk kearah mobil yang dimaksud. "Dan ada dua orang korban lain yang sudah dilarikan ke rumah sakit. Seorang pria dan wanita."

"Sepasang kekasih?"

"Aku rasa bukan." Kata polisi itu sambil mengangkat bahunya.

"Dan ada informasi tentang pelaku?" tanya inspektur itu sambil mengeluarkan kotak cerutu dan menyodorkannya ke polisi tua itu.

"Tidak. Aku sudah lama berhenti merokok." Kata polisi tua itu sambil mengangkat tangannya, mengisyaratkan bahwa ia menolak tawaran si inspektur. Kemudian ia melanjutkan ,"Kami mendapat informasi setelah cukup lama mengidentifikasi pelaku."

"Teruskan."

"Dia seorang anak remaja yang kabur dari panti asuhan yang cukup jauh dari sini." Mereka berdua menghentikan langkahnya ketika tiba didepan pintu kejadian. "Ketika dia berumur 15 tahun dan kakaknya sekitar 23 atau 24 tahun, kakaknya diculik ketika membawanya jalan - jalan. Sampai sekarang kakaknya tidak dapat ditemukan. Orang tuanya menyalahkan dan mengutuk anak itu."

"Tunggu dulu..." Kata Inspektur sambil mengangkat tangannya untuk menghentikan kata - kata polisi tua itu. "Darimana kau mengetahui kisah sang pelaku?"

"Anggotaku sudah menemukan informasi tentang pelaku. Dan sebagian lagi mencari tahu langsung ke panti asuhan yang dimaksud untuk memastikan si pelaku."

Inspektur itu mengangguk dan menghembuskan gumpalan asap cerutu dari mulutnya.

"Beberapa tahun setelah kehilangan kakaknya, kecelakaan lalu lintas merenggut nyawa kedua orang tuanya. Tidak ada anggota keluarga yang mau merawatnya. Kami berasumsi bahwa itu kecelakaan. Kemati..."

"Hanya dia yang selamat?" Sela si inspektur. "Apakah ini tabrakan atau..."

"Tidak. Mayat orang tuanya terdapat bau alkohol dan menabrak pembatas jalan. Mobil mereka terbalik." Jawab si polisi tua.

Sang inspektur mengernyitkan dahinya dan mulai berasumsi. "Apa kau tidak merasa aneh? Mobil mereka terbalik dan anak itu hidup?"

Polisi tua itu sekali lagi menggidik bahunya, menandakan bahwa jawabannya adalah tidak tahu.

"Teruskan." Kata si inspektur.

"Setelah itu panti asuhan menampungnya, hingga akhirnya sepasang kekasih tua mengadopsinya. Sepasang kekasih tua yang memiliki sebuah perkebunan jagung tidak begitu jauh dari sini." Polisi tua itu berhenti sejenak untuk mengambil nafas sebelum melanjutkan ceritanya.

"Karena tingkah laku anak itu mulai aneh ketika mereka merawatnya, mereka memutuskan untuk mengembalikan anak itu ke panti asuhan."

"Dan kemudian dia kabur dari panti asuhan?" Tanya sang inspektur, sambil memotong cerita polisi tua itu.

Polisi tua itu mengangguk, membetulkan tebakan sang inspektur. "Dan semenjak dia kabur, gadis yang melintas didaerah ini banyak menghilang. Terutama gadis dengan rambut pendek sebahu dan berwarna cokelat. Mirip seperti kakaknya. Dan salah satu korban yang dilarikan ke rumah sakit memiliki ciri - ciri seperti itu."

"Pihak panti asuhan sempat melaporkan kasus anak hilang dari pantu asuhan ke polisi, tapi anak itu tidak dapat ditemukan. Dan sebagian orang berpikir anak itu merasa bersalah atas kehilangan kakaknya, amarah dari orang tuanya dan mungkin kematian orang tuanya, dan akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya."

"Anggotaku mencoba ke rumah sepasang kekasih tua yang pernah mengadopsinya tadi dan ternyata mereka juga telah tewas."

Inspektur mengangguk berkali - kali seolah ia memahami seluruh cerita ini. "Jadi, si pelaku ini, kembali dan bersembunyi dirumah sepasang kekasih tua itu? Dan mentalnya tidak stabil karena kehilangan kakaknya serta menjadi pelampiasan amarah orang tuanya?"

"Ya seperti itulah. Pihak panti asuhan sempat berkata bahwa anak itu melihat kakaknya diluar panti asuhan." Kata polisi tua itu seolah membenarkan seluruh perkataan sang inspektur.

"Menurutku dia juga membunuh orang tuanya. Itu bukan kecelakaan." Kata inspektur dengan nada serius dan membuang cerutunya yang masih menyala ke lantai serta memijaknya. "Sekarang, dimana tubuh tersangka?"

Kemudian mereka berdua terdiam saling bertatapan.

....................................................................................................................................................................................

Ellen membuka pelan matanya. Pandangannya masih kabur. Ia memandang langit - langit ketika membuka matanya. Tangannya terpasang infus. Disampingnya terdengar suara mesin pengukur detak jantung. Selang oksigen tergantung dihidungnya. Luka dikepalanya telah ditempeli kapas dan perban. Seketika ia tahu bahwa ia berada di rumah sakit.

Ruangan itu kosong. Tidak ada satupun orang disekitarnya. Hanya suara mesin yang dapat didengarnya. Tidak lama kemudian ia dapat mendengar seseorang memasuki pintu kamar dimana ia dirawat dan menutup pintunya. Seorang pria memakai masker hijau datang menghampirinya. Ellen dapat mengetahui ia seorang pria dari cara jalannya yang tegap.

"Sudah berapa lama aku disini, dok?" Tanya Ellen sambil memegang pelan dahinya.

Tetapi tidak ada balasan dari pria itu. Pria itu hanya berdiri disampingnya dan menatapnya. Ellen yang sebelumnya tenang, mulai risih dengan tatapan pria itu. Pria itu membungkukkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya tepat disamping telinga Ellen.

"Kakak...."

"TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!!!!" Jerit Ellen.



Ellen terbangun dari mimpinya dan meronta - ronta seperti orang kehilangan akal sehat. Kedua orang tuanya menangis melihat kondisi anaknya yang sedang syok dan dalam masa pemulihan. Ibunya menggenggam tangan anaknya. Suster berlarian membawa suntik berisikan penenang. Diikuti dengan dokter yang berusaha menenangkan Ellen.


"Tenang nak. Kamu sudah aman." Kata ibunya sambil menangis tak kuasa melihat kondisi anaknya.

.....................................................................................................................................................................................


"Anggotaku telah menembak mati tersangka dan sekarang telah dikamar jenazah." Lanjut polisi tua itu setelah terdiam cukup lama.











TAMAT

Under the GroundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang