BAB 9

10.4K 361 4
                                    

Ini pendek banget nanti di bab selanjutnya bakal gua panjangin lagi kok sorry ya 😁
Jangan lupa vote+coment ya guys biar tambah semangat gua nya😘

Sorry for typo

Max menatap seseorang wanita di hadapannya dengan dingin.

"Apa yang kau lakukan disini cecilia?" tanya Max dengan menatap tajam.

"Aku sedang menunggu temanku sayang" balas cecilia menatap Max dengan manja.

"Pergilah, kau sudah merusak suasana" ucap Max datar.

Eve memperhatikan wanita didepannya dengan heran.

"Apakah ini salah satu jalang si Max" batin Eve.

"Apa ini barang baru mu Max" ucap Cecilia dengan mengamati Eve dari atas hingga bawah.

"Aku lebih cantik dari dia dan dia terlihat seperti anak kecil yang baru masuk masa SMA" ucap Cecilia menatap tajam Eve.

Eve menatap geram ketika dirinya mendapatkan ucapan itu. Eve memang bertubuh mungil tapi bukan berarti wanita di hadapannya ini bisa berbicara sesukanya.

"Jangan membuatku marah, kau sudah merusak kencanku, lebih baik kau pergi dari sini" ucap Max dingin.

"Baiklah Max, dan jika dia tidak bisa memuaskanmu kau bisa menghubungiku sayang" ucap Cecilia dengan menatap manja Max.

Setelah kepergian Cecilia, Max mengajak Eve untuk pulang.
Perjalanan pulang begitu hening, di dalam mobil itu tidak ada yang ingin membuka suara.
Mereka sedang terhanyut dalam pikirannya masing-masing, hingga terdengar suara ponsel yang membuyarkan Max dari pikirannya.

Kening Max berkerut ketika mendengar perkataan dari seseorang di ponselnya.

"Aku akan kesana setelah ini" Ucap Max datar.

Eve masih sibuk dengan pikirannya bahkan Eve masih belum sadar ketika mobil Max sudah berhenti di depan rumahnya.

"Apa kau akan tetap melamun sampai esok" ucap Max yang sukses mengagetkan Eve dari lamunannya.

"Menyebalkan" balas Eve dengan keluar dari mobil dengan kesal.

"Langsung istirahat sayang jangan meneruskan acara lamunanmu dan berhentilah berpikir negatif tentang diriku" teriak Max dari dalam mobil dan langsung melajukan mobilnya keluar gerbang.

"Apa-apaan pria itu, dia itu sudah buruk jadi yang aku pikirkan memang keburukannya, dan kata siapa aku memikirkannya" gerutu Eve sambil berjalan menuju kamarnya.

Disebuah ruangan gelap yang hanya diterangi satu lampu yang temaram terdapat seseorang dengan wajah penuh luka dan terikat disebuah kursi.

Pria itu sudah sangat tidak berdaya, sekujur tubuhnya penuh luka pukulan.

Tiba-tiba seseorang masuk ke dalam ruangan itu.

"Jadi kau kaki tangan pria tua itu?" tanya Max.
Seseorang itu adalah Max, ketika di perjalanan Pulang, Max mendapatkan laporan jika jack sudah menemukan kaki tangan si penghianat itu. Dan disinilah dia sekarang.

"Kalian sudah bermain-main dengan orang yang salah" ucap Max datar.

Pria yang ada dihadapan Max menatap sinis ke arah Max.

"Aku akan memberimu pilihan, kau bisa hidup tapi kau harus menjelaskan semua rencana pria brengsek itu atau kau akan mati dengan perlahan ditempat ini" ucap Max menatap pria itu tajam.

"Kau kira aku takut dengan ancamanmu tuan" ucap pria itu dengan memandang Max tajam.

"Lebih baik aku mati dari pada aku harus menjelaskan semua itu" ucap pria itu dengan tertawa hambar.

"Baiklah, kalau kau lebih memilih mati disini, tapi jangan salahkan aku jika adik tersyangmu itu kuhancur kan juga" ucap Max datar.

Rahang pria itu mengeras ketika mendengar adiknya akan dihancurkan. Pria itu sangat menyayangi adik nya dan tidak akan pernah bisa melihat adiknya tersakiti.

"JANGAN PERNAH MELIBATAKAN ADIK KU KEPARAT" teriak pria itu.

"Jadi, apakah kau masih dengan keputusan mu"ucap Max datar.

Pria itu menghembuskan nafas kasar dan menatap tajam Max.

"Baiklah, apa aku akan memberitahu mu semua yang aku tahu tapi jangan pernah menyentuh adik ku" ucap pria itu.

"Kau membuat keputusan yang tepat" ucap Max dengan melangkah keluar dari ruangan itu.

"Jack pastikan kau mendapatkan semua informasi itu dan pastikan dia tidak berbohong" ucap Max menatap tajam jack.

Ketika Max sudah selesai dengan urusannya dan dia segera pulang.

Max memasuki rumahnya dan langsung menuju sebuah kamar yang dari tadi ingin sekali Max masuki.
Max membuka perlahan pintu kamar itu dan masuk kedalamnya. Dia melihat Eve yang terlelap di atas ranjang, dengan wajah polosnya dan Eve masih mengenakan gaun yang dia pakai tadi.
Max berjalan ke arah Eve dan kemudian ikut berbaring di sebelahnya.
Max mengamati wajah cantik Eve, wajah polos dengan kulit seputih salju, bulu mata yang lentik dan hidung mancungnya, bibir merahnya yang begitu menggoda untuk dicicipi.

Max sudah tidak bisa menahan diri untuk mengecup bibir itu.
Mulanya Max hanya mengecup singkat dan setelah itu Max mulai mengecap lembut bibir itu, mengulup setiap sisinya.

Sedangkan Eve mengira dirinya sedang berada di alam mimpi. Dia merasakan bibir lembut mengulum bibirnya. Nafasnya memburu Eve ingin merasakan lebih, dia sangat suka sensasi yang di dapatkan dari ciuman itu. Eve mulai membuka bibirnya.

Max merasakan bibir Eve terbuka, tidak mau meyia-menyiakan kesempatan, Max langsung memasukkan lidahnya dan mulai menggoda Eve untuk ikut bermain.

Eve mengerang ketika sentuhan tangan itu membelai lembut lehernya.
Ciuman yang semula berada di bibirnya sekarang sudah menuju ke lehernya. Bibir itu mengecup lembut leher Eve dan membuat sebuah tanda merah disana.

Max sudah tidak bisa menahan gairahnya, dan ketika Max melihat tidak ada penolakan dari Eve, Max mencoba meneruskannya.

"Kau sangat manis sayang" ucap Max dengan suara seraknya.

Max mulai membuka gaun yang melekat di tubuh Eve.
Ketika mendapatkan sentuhan di dadanya Eve mencoba membuka mata. Dia mengeluh saat merasakan sensasi yang ada di tubuhnya.

Mata sayu Eve menatap Max yang juga sedang menatapnya.

"Apa kau ingin aku melanjutkan ini sayang" ucap Max dangan tangan yang masih bermain didada Eve.

"Y-yes Max lakukan apapun" Ucap Eve serak.

"Kau tidak akan menyesalinya sayang, aku akan membuat ini terasa sangat indah, aku akan memberi mu kenikmatan yang pasti akan kau ingat seumur hidupmu" ucap Max.

"Kau sangat indah" ucap Max memandangi Eve.

Eve merasakan sesuatu mengenai daerah sensitifnya.

"Kau sudah sangat basah dan siap untukku sayang" ucap Max parau.

Dan malam itu terasa sangat indah bagi mereka.
Max tidak menyangka Eve dapat menerimanya.
Sedangkan Eve mengira itu semua hanyalah mimpi, mimpi yang sangat indah.

The Devil Is My AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang