O6. Rahasia Kedua, Mingyu

1.3K 148 7
                                    

"Kau mau kemana, ini sudah malam." Tegur kakak keduaku, Jeon Junghyun. "Jungkook! Ini sudah pukul 1 malam, kembali kekamarmu." Lanjutnya menegurku, menyadari bahwa aku sama sekali tidak menjawab satupun dari kalimatnya.

Maaf kak, bukannya aku tidak mau mendengarkanmu. Aku hanya sedikit malas untuk berbicara, asal kau tahu, akhir-akhir ini aku seolah enggan untuk hidup namun segan untuk mati.

"Hei."

Langkah gontaiku terhenti saat kakakku, Junghyun, ia memegang lenganku dan sedikit menarikku untuk sedikit berada tak jauh dari posisinya berdiri.

"Dengarkan kakakmu, kau sering sekali pulang keluar malam akhir-akhir ini. Ada apa?" Tanyanya, aku hanya menggeleng. Bukannya tidak mau menjawab, hanya saja, jawabanku sama seperti alasan pertamaku. Iya, aku sedikit malas untuk berbicara. "Semenjak kakak pertama kita meninggal, akulah yang harus menjagamu. Menggantikan posisinya. Jadi, katakanlah." Ia terus menarikku untuk berbicara, aku yang sedikit terpaksa mau tidak mau harus mengatakan alasanku ingin keluar rumah malam ini. Ya, agak malas memang.

"Hah," aku menghela nafasku, memberi isyarat pada kakakku bahwa dalam beberapa detik kedepan aku akan mengatakan sesuatu padanya.

"Hanya ingin keluar, kak. Lagi pula besok adalah hari Sabtu." Kakakku tersenyum, seperti mengerti ada sesuatu dibalik kalimatku yang baru aku ucapkan tadi. "Kenapa?" Tanyaku, melihat gelagat mengerikan dari raut wajahnya.

"Hahaha, maaf Jungkook-ah." Ia menepuk pundakku berkali-kali. "Kau sedang galau berat, kan? Karena kemarin malam kencanmu gagal karena kakak tidak bisa menjemput Ayah?" Tangan yang awalnya menepuk pundakku dengan semangat kemerdekaan itu kini beralih ke pucuk kepalaku dan mengacak seluruh permukaan rambutnku, dan mengubahkan berantakan seperti sebuah kembang gula.

Aku berdecik. "Tidak, kakak jangan salah sangka." Jawabku seraya menepis tangan kakakku dari kepalaku. "Itu bukanlah masalah besar." Lanjutku. "Sudah ya aku pergi," Aku memasangkan hoodieku lalu setelahnya pergi meninggalkan kakakku sendirian di lantai dua rumah kami. Tidak kudengar ada teriakan memanggil atau sekedar usaha untuk menahanku untuk pergi, aku malah mendengar tawa kakakku yang tidak berhenti menghiasi seisi rumah yang sepi ini.

"Dasar menyebalkan." Gerutuku kesal pada kakak keduaku, Junghyun, saat aku sibuk memerintahkan kedua kakiku yang lebih malas dariku untuk melangkah menaiki tangga gedung tua yang biasa aku datangi bersama dengan kakak pertamaku.

"Disini lebih dari baik." Lagi aku berbicara pada diriku sendiri saat tubuhku tersandar dengan aman di pagar yang mengelilingi setiap sudut atap, agar atap ini terlihat lebih aman.

"Haha, benarkah? Kalau begitu kebetulan sekali ya."

"Hah, Eunbi!"

Aku berputar, mencari sumber suara yang kuyakini adalah suara milik Eunbi dan sumber suara itu berasal dari bawah sana. Ya, memang, gedung ini tidak terlalu tinggi. Hanya mempunyai empat lantai sehingga membuat suara dibawah sana dengan suasana sesepi ini terdengar begitu jelas.

Dan benar sangkaku, itu Eunbi dibawah sana sedang berjalan dan tertawa dengan seorang pria yang kukenal dan kuketahui bernama Mingyu. Sedikit terhenyak, saat melihat raut wajah Eunbi yang terlihat sangat berbeda jika bersamaku. Ia sangat terlihat senang sekarang, jika bersama Mingyu tentunya.

Kini, suara mereka semakin meredam karena jarak diantara kami semakin menjauh juga sosok mereka pun mulai menghilang dari tangkapan indra penglihatanku, dan itu membuatku penasaran apa yang selanjutnya akan terjadi? Dengan langkah kaki yang lebih gesit dari sebelumnya, aku berlari dan menuruni tangga. Aku ingin mengikuti mereka.

I Miss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang