-xxx-
Satu tahun berlalu setelah kejadian itu membuat banyak terjadi perubahan dalam hidupku, penuh dengan segala ambisiku untuk kembali bertemu dengan Eunbi, bukan hanya karena merindukannya namun setelah kejadian itu hidupku benar-benar tidak tenang. Penuh penyesalan dan rasa bersalah.
Awalnya kufikir dengan membantu ibunya untuk kembali mendapatkan Eunbi dapat membuat hidup Eunbi jauh dari kata penderitaan, tidak peduli apakah ia akan membenciku atau mungkin melupakanku. Tekadku begitu kuat mempersiapkan segala konsekuensinya, tetapi harus kuakui kalau aku benar-benar belum siap untuk menerima kenyataan bahwa Eunbi harus menghilang dari kehidupanku. Aku rindu saat dia tersenyum dalam tangisnya ketika aku memberinya nasehat, begitu pula saat dia tersenyum ceria ketika aku melontarkan lelucon payahku padanya. Semua tentangnya, aku sangat rindu semua hal tentangnya.
'BigHit Entertainment...'
Mungkin sudah ribuan kali aku membaca name tag itu. Benda berbentuk kotak panjang itu adalah tempatku menggantungkan seluruh harapanku disini. Ya, sudah lama aku telah berada di Seoul berjuang untuk meraih tujuanku, karena fikirku, jika aku menjadi seorang idol apakah Eunbi akan mudah untuk mencariku? Alasan yang konyol memang, tetapi aku tidak punya pilihan lain mengingat umurku yang masih muda tidak memungkinkanku untuk mencari Eunbi diseluruh sudut Seoul sendirian, maka dari itu aku menitipkan diriku disini, sebagai tempat tinggal dan penjagaanku apabila aku benar-benar telah menyerah. Jika aku terus berkata aku masih bertahan, tidak dengan hatiku. Namun mengingat perjuanganku untuk sampai disini tidak lah mudah, segalanya begitu rumit dan berkali kali aku hampir menyerah.
Dan, beruntunglah aku, disetiap aku mengucap nama Eunbi, tekadku untuk bertahan dan terus berjuang semakin kuat.
-xxx-
'Eunbi bagaimana kabarmu? Sudah satu tahun semenjak pertemuan terakhir kita, aku ingin bertemu.'
'Kau di Seoul?'
'Sebenarnya sudah tiga bulan aku berada di Seoul, tepatnya di Gangnam dan orang tuaku tidak setuju kalau aku hidup sendiri disini tapi aku berusaha meyakinkan orang tuaku bahwa aku bisa. Dan, ya, disinilah aku sekarang.'
'Eunbi? Apa kau mengganti nomor ponselmu?'
Aku menghela nafasku berat saat kusadari belum ada satupun balasan pesan dari Eunbi. Karena, hampir setiap hari aku mengiriminya pesan dan sampai saat ini, setelah 15 bulan setelah kejadian itu aku belum pernah mendapatkan satupun pesan balasan dari Eunbi. Apakah dia benar-benar telah membenciku?
"Ya! Masih menunggu gadis khayalanmu itu?" Mataku menyudut, melihat ada seseorang datang kedalam ruangan tempat aku berada
Bahuku refleks terangkat, menjawab pertanyaan dari orang yang kini duduk disampingku. Dia adalah Kim Taehyung, temanku di akademi ini. Wajahnya sangat tampan dan umurnya lebih tua dua tahun dariku, tapi- meskipun begitu, karena ketampanannya, aku dan dia terlihat seperti teman sebaya.
Punggungnya yang lebar tersandar dengan segala rasa jenuhnya. "Hah, sudah tahu kau itu dicampakkan, masih belum mengerti juga? Jangan menjadi pria bodoh, Jungkook-ah." Aku merasa sesuatu menepuk pucuk kepalaku berkali-kali, dan kuyakin itu adalah perbuatan dari Taehyung.
Hatiku setuju atas perkataanya, namun batinku terlalu keras kepala untuk selalu mengiyakan segala hal buruk yang menyangkut Eunbi, tak pernah aku selipkan segala rasa ketidakpastianku, karena aku yakin suatu saat aku akan kembali bertemu dengannya. Aku dan dia sudah kembali berada di satu awan yang sama, dengan jarak yang tidak bisa dipastikan seberapa jauh jarakku dengannya, tapi aku bisa merasakan bahwa Eunbi saat ini selalu dekat denganku.