Jungkook POV
Suara decitan sepatu yang bergesekkan dengan lantai ruang latihan mengisi semua keheningan yang dari tadi kurasakan. Dentuman lagu yang sangat keras tidaklah cukup bagiku untuk membuat semuanya menjadi bising dan mengisi seluruh keheningan dalam otakku. Aku, saat ini sedang berada di ruang latihan bersama ke-enam hyungku. Oh, bukan. Maksudku bersama ke-enam hyungku dan dua orang perempuan. Sudah sejak tadi pagi, Bang PD mengubah jadwal latihan timku untuk digabungkan dengan peserta pelatihan baru itu. Dia berkata, peserta pelatihan baru itu terlalu istimewa untuk disatukan dalam satu kelas bersama peserta pelatihan baru yang lainnya.
"Wah, Sinbi kau hebat sekali. Bagus!" Suara Hoseok hyung begitu lantang saat musik pengiring yang sedari tadi berdentum kencang itu berhenti menggema dalam ruangan kami berada. Langkahnya yang diiringi dengan senyum yang ceria itu adalah sesuatu yang tak bisa ia hilangkan, seolah sudah menjadi kewajibannya untuk dilakukan disetiap harinya. "Aku benar-benar senang bisa mengajarimu. Kau cepat menghapal gerakan," Tangan Hoseok hyung tak bisa berhenti bertepuk, akibatnya, membuat pipi gadis bernama asli Hwang Eunbi itu berubah menjadi merah merona.
Ya, sekedar bocoran. Sudah sejak pertama kali Hoseok hyung melihat Sinbi ia bertekad untuk terus mendekatinya. Gadis yang lebih muda dari kami semua itu memang menggemaskan dan penuh aegyo, hanya saja saat ia mulai mendengarkan musik ia akan berubah menjadi gadis yang keren dan enerjik ketika meliuk liukan tubuhnya.
Pantas, Hoseok hyung yang memang adalah seorang dancer itu jatuh hati pada Sinbi.
Berhenti untuk mempedulikan dua orang itu dan kembali pada ceritaku. Pandanganku beralih pada Eunbi- maksudku pada Eunha. Dapat kulihat sosoknya yang mungil hanya duduk di sudut ruangan ini dengan kedua tangan yang terus memegang sebuah buku. Hatiku memaksa untuk menghampirinya dan mencoba untuk memperbaiki segalanya namun otakku tak mau memberi perintah pada seluruh syaraf ditubuhku untuk bergerak melangkah maupun berucap.
"Kookie, kenapa diam saja?" Tenaga yang kurasa begitu kuat, membuatku meringis sangsi bahwa tepukan dipunggung yang kudapat dari Jimin hyung itu sangatlah keras dan menyesakkan dadaku. "Ayo latihan, semua orang sibuk kecuali kau." Ia berjalan sambil terus berucap, saat itu aku pun semakin diam dan lupa akan punggungku yang sakit.
Iya, Jimin hyung menghampiri Eunha. Ah, baiklah, aku menjadi semakin terbiasa memanggil gadis itu dengan sebutan Eunha, aku merasa sendiri bahwa saat ini dia benar-benar tidak cocok untuk kupanggil Eunbi mengingat setelah hari pertama kita bertemu di Seoul dia begitu kaku dan ketus padaku.
Eunbi pada dirinya sudah pergi.
Sedikit geram, dan kekesalanku pada Jimin hyung semakin memuncak. Aku membuang nafasku panjang, hingga menimbulkan suara yang sangat keras membuat seisi ruang latihan memandang kearahku dengan tatapan bingung mereka. Tapi ya, kecuali dengan Taehyung hyung. Dia sudah tahu pasti penyebabnya apa.
"Eunha, kenapa kau latihan di sudut ruangan? Ayo bergabunglah bersama kami dan Sinbi." Jarakku memang agak jauh darinya, namun ruangan latihan yang tertutup rapat juga musik yang berhenti membuatku dapat mendengarkan setiap kata yang diucapkan oleh Jimin hyung. Setiap kalimat mereka dapat kurasa terus terpantul mengikuti irama detak jantungku, senyuman Eunha untuk Jimin hyung pun seolah racun bagiku, hingga pada akhirnya- lagi lagi aku kembali merasa kalah total.
Aku mengepal tangan kananku dan menggenggam erat microfon yang kupegang, ada sesuatu yang kembali mengganjal pada diriku, sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan. Seperti rasa cemburu, tetapi setelah kupaksakan otak lambatku ini untuk berfikir sangat lama, aku kembali bertanya, apa yang membuatku cemburu? Jimin hyung tidak lebih tau dariku tentang Eunha dan harusnya aku hanya diam dan tenang tanpa ada rasa cemas sedikitpun.