Setelah melakukan perjalanan jauh dan lama, matahari mulai tenggelam. Dan di kejauhan terlihat bayangan hitam bangunan kastil raja Scotlandia. Adelaide menggenggam erat tangan Katie. Ia merasa takut. Kereta berhenti di depan kastil berbatu abu tersebut. Terdengar suara gemerincing kunci membuka pintunya yang besar. Dan kereta memasuki kawasan dalam kastil di mana banyak para prajurit berjaga. Mata tajam mereka mengawasi kereta berisi tahanan wanita. Kereta berhenti dan seorang prajurit membuka kunci. Menarik keluar para wanita dengan kasar hingga mereka jatuh ke tanah dan terisak ketakutan. Begitu pula dengan Adelaide. Seorang pria kurus berambut merah menarik keluar dan mendorongnya. Adelaide terhempas jatuh ke lantai berbatu yang keras seraya berteriak kesakitan.
"Bangun!!!"seru prajurit itu menendang badan Adelaide.
Adelaide kembali memekik kesakitan. Rasa sakit menyengat terasa di punggungnya. Ia meringkuk mencoba melindungi kepalanya dari pukulan dan tendangan prajurit. Merintih menahan sakit. Ia bisa mendengar suara sang prajurit yang mengeluarkan sebilah pedang dari sarungnya. Hatinya ketakutan. Ia menutup mata seraya terisak, menunggu akhir hidupnya.
"Hei tahan! Jangan ganggu dia!!"
Adelaide membuka mata dan melihat seorang prajurit berbadan tegap menahan prajurit yang sudah mengangkat pedangnya, bersiap membunuh dirinya.
"Dia hanya tahanan!"
"Ya, tapi semua tahanan milik Yang Mulia. Beliau yang akan memutuskan nasib tahanan ini, bukan kau! Kau tak mempunyai hak!!"
Pria kurus itu mengeram kesal tapi ia menyelipkan kembali pedang ke dalam sarungnya. Dan beranjak pergi menarik tahanan lainnya.
"Kau baik saja?"tanya prajurit yang telah menolong Adelaide. Pria itu membungkuk, membantunya berdiri.
Adelaide mengangguk dan berdiri dengan badan gemetar. Menolak bantuan dari prajurit itu. Mulutnya terkatup rapat. Menahan sakit yang masih terasa di badannya.
"Adelaide, kau baik saja kan?!!"kata Katie berlari mendekat dan memeluknya. Adelaide mengangguk. Ia tidak bisa mengatakan apapun. Mulutnya serasa kelu dan tidak bisa berpikir apapun.
"Ikuti aku!"seru seorang prajurit seraya berjalan lebih dulu. Para wanita itu berbaris mengikuti dengan pengawasan prajurit lain di belakang mereka.
Adelaide dan Katie berjalan bersama dan saling merangkul. Hati mereka takut. Jantung berdebar kencang tak tahu bagaimana nasib mereka. Tak tahu apa kemauan sang raja. Mereka berjalan melewati lorong yang panjang dan remang-remang. Cahaya yang ada hanya berasal dari obor api yang tergantung di dinding. Tampak menyeramkan. Dan tak ada suara apapun kecuali suara langkah mereka diiringi isakan takut.
Mendadak langkah mereka berhenti di depan sebuah pintu coklat besar dan prajurit di depan mengangkat tangannya. Menyuruh mereka berdiri diam. Lalu ia mengetuk pintu, menghasilkan suara ketukan yang bergema dan menakutkan. Lalu suasana sunyi mencekam. Para wanita berdiri dengan badan gemetar dan wajah pucat. Tak tahu apa yang menanti mereka di balik pintu itu. Mendadak ke dua daun pintu itu membuka memberi jalan pada mereka. Dua orang prajurit menjaga di balik pintu. Setelah semua masuk, ke dua prajurit menutup pintu. Mereka berdiri di tengah ruangan. Berdiri berbaris dalam dua barisan, sesuai arahan prajurit. Adelaide berdiri di barisan ke dua. Ia melihat ada dua bangku singgasana untuk raja dan ratu di depan.
Terdengar suara pintu di buka, membuat para wanita terlonjak kaget. Mereka melihat raja dan ratu berjalan menuju kursi tahta dengan mengenakan jubah indah dan mahkota di kepalanya. Raja dan ratu duduk di kursi, menatap para tahanan wanita di hadapannya. Menatap satu per satu dengan mata tajam sang raja.
"Sebelum kalian dijual sebagai budak, putriku akan memilih kalian sebagai pendamping!"
Adelaide merasa darahnya mendidih. Amarah menyusup ke dalam dirinya. Dan entah dari mana ia memiliki keberanian untuk membantah raja. "Kau ingin menjual kami sebagai budak? Apa salah kami? Kami bukan barang yang bisa seenaknya kau jual!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love (Tamat)
Historical FictionHighest rank #2 at hisfic 13 Mei 2017 ❤ Hidup Adelaide berubah sejak desanya diserang oleh pasukan istana dan dirinya di bawa. Sang putri memilih dirinya untuk menjadi seorang pendamping. Ia mengira dirinya selamat. Tapi siapa sangka hal itu justru...