"Anda sudah siap, tuan putri?"
Adelaide berdiri dengan badan gemetar. Tangannya mencengkeram gaun. "Ya, aku siap..."
Pria itu tersenyum dan membungkuk untuk membiarkan Adelaide berjalan keluar mendahuluinya. Lalu ia mengawal Adelaide hingga menginjak pantai. Dan di kejauhan terdapat kereta kuda dengan beberapa pengawalnya.
"Pengawal anda sudah siap..."
Adelaide menahan napas. Menyadari kenyataan bahwa dalam beberapa jam kemudian ia akan memasuki istana Irlandia. Akan menemui raja dan ratu. Juga pangeran, yang akan menikah dengannya. Tidak, bukan dengannya, karena Eugene akan kembali sebelum hari besar itu. Adelaide mengangkat sedikit gaunnya dan berjalan bersama pria itu hingga tiba di depan kereta. Ia menerapkan langkah anggun yang sudah diajari Eugene. Berharap langkahnya tidak terlihat canggung dan menimbulkan kecurigaan.
Setiba di kereta, seorang prajurit membuka pintu. Dan Adelaide segera masuk ke dalam. Duduk bersandar seraya mendesah. Tangan menempel pada dadanya yang berdebar kencang. Ia menutup mata. Menunggu kereta bergerak maju ketika telinganya menangkap suara teriakan orang yang sedang bertarung. Terdengar suara pedang beradu. Adelaide membuka mata dan melihat keluar dengan panik. Mendadak pintu kereta terbuka dan tanpa ia sadari, tangan Adelaide ditarik kasar oleh sekelebat bayangan besar.
"Tolong!!!"teriaknya panik melihat para pengawalnya bertarung dengan beberapa pria pemberontak.
Adelaide memcoba melawan. Namun pria itu memiliki tubuh serta tenaga yang lebih besar. Dengan mudah ia menarik tubuh Adelaide. Pria itu menampar Adelaide hingga gadis itu terjatuh dan tak sadarkan diri.
----
Adelaide terbangun dalam keadaan sakit di kepalanya. Lengannya terasa mati rasa dan nyeri. Ia mengerang. Perlahan ia mencoba membuka mata. Menyadari bahwa tangannya diikat. Ia melirik ke atas melihat tali yang mengikat pergelangan tangannya. Dan tali tergantung di jendela atas. Lalu ia menunduk kembali. Merasakan pusing di kepala dan napasnya sesak.
"Selamat sore, tuan putri,"sapa sebuah suara berat dan serak dari hadapan Adelaide yang remang-remang.
Adelaide menyipitkan mata menatap ke depan. Ia melihat sosok pria mendekat dan mengenalnya sebagai pria yang tadi menculiknya dari kereta. Adelaide menarik napas. "Siapa kau?"
"Aku Damien, pemimpin pemberontak,"ujarnya seraya membungkuk memberi hormat pada Adelaide dengan seringai licik menghiasi mulutnya.
"Kau bukan orang Skotlandia?"
"Pemberontak tidak hanya berada di Skotlandia saja, my lady. Irlandia pun memiliki pemberontak."
"Apa yang kau mau?"
"Hmm...aku sedang memikirkan apakah aku akan membunuhmu dengan pedang, atau menenggelamkan kau di laut, atau mungkin juga dengan anak panah...atau mungkin..."gumam Damien seraya berpikir. "Mungkin ide untuk membakarmu hidup-hidup adalah ide yang bagus.."
Mendadak terdengar suara ribut dari luar. Seperti suara orang bertarung. Adelaide berharap dan menduga pengawal istana telah datang untuk menyelamatkan dirinya.
Adelaide kembali menatap Damien dengan panik. Ia melihat Damien berjalan mendekat dengan langkah pelan. Namun matanya menatap tajam padanya. Adelaide melangkah mundur hingga punggungnya menyentuh tembok batu dingin. Damien terus berjalan hingga berhenti di depan Adelaide dan gadis itu terpojok. Tak bisa bergeser karena ikatan tangannya. Tangan Damien merenggut kerudung Adelaide hingga gadis itu menjerit kaget dan panik. Jarinya menggamit dagu Adelaide dan mendongakkan ke arahnya. Mata hitam dingin menatap Adelaide yang gemetar ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love (Tamat)
Historical FictionHighest rank #2 at hisfic 13 Mei 2017 ❤ Hidup Adelaide berubah sejak desanya diserang oleh pasukan istana dan dirinya di bawa. Sang putri memilih dirinya untuk menjadi seorang pendamping. Ia mengira dirinya selamat. Tapi siapa sangka hal itu justru...