Setiap hari William dan pasukan istana sibuk mempersiapkan diri untuk serangan Skotlandia. Setiap hari pula ia selalu mengunjungi Adelaide. Tapi Adelaide selalu membelakangi dirinya dan tak pernah mengatakan apapun. Hanya berbaring diam membelakangi William.
Hari itu telah tiba. Pasukan istana telah bersiap menjaga di pantai. Menatap laut di kejauhan. Dan ketika menjelang malam, William menangkap bayangan perahu kecil di kejauhan. Jantung William berdebar kencang. Apa yang dikatakan Adelaide memang benar. William menyuruh pasukannya untuk bersiap.
Sementara itu di istana. Adelaide mendengar suara perang telah dimulai. Ia memutuskan untuk bangun. Perlahan mengganti gaunnya seraya menahan sakit. Lalu ia keluar menuruni tangga. Memegang perutnya dan berbisik agar anaknya tidak nakal. Suasana istana sepi. Semua orang sibuk berperang di dekat pantai. Ia menaiki kuda dan mengarahkan ke arah hutan. Ke arah para pemberontak berada untuk meminta bantuan.
-----
Sesampainya di tempat para pemberontak, Neville menyambut dirinya. "Dari mana saja kau?!"
"Aku sudah memenuhi janjiku. Raja William mendengarkan aku dan kini ia sedang bertarung dengan pasukan Skotlandia! Kumohon, bantulah mereka!"
"Tentu!"sahut Neville. Lalu ia berteriak, "Hei semua, ayo kita berperang membantai Skotlandia agar mereka kalah!"
Para pria menyambut dengan semangat. Lalu mereka meraih senjata dan berlari menuju Kuda mereka. Memacu kuda agar cepat tiba di pantai dan bertarung bersama pasukan raja William. Sementara itu para wanita pergi untuk memperingatkan desa lainnya agar dapat membantu pasukan raja juga.
Dan tinggallah Adelaide sendirian. Ia menarik napas hendak berjalan menuju tenda ketika sebuah suara dingin menyapanya. "Adelaide..."
Ia menoleh dan melihat sosok Eugene berdiri dengan sorot mata tajam. Eugene menatap dirinya dan matanya terpaku pada perut besarnya. Matanya melebar. "Kau hamil?!!"
Adelaide hanya diam. Ia berdiri dengan gugup dan panik.
"Apa itu anak William?!"seru Eugene. Adelaide hanya diam. "Katakan atau aku akan membunuhmu! Kau sudah menghancurkan aku!"
"Kau sendiri yang menghancurkan hidupmu, aku tak pernah meminta. Kau sendiri yang ingin aku menggantikan dirimu!"
"Kau akan segera membayar semua ini!"pekik Eugene dengan amarah mengeluarkan sebilah pisau dan berjalan mendekati Adelaide.
"Eugene, jangan lakukan ini..."ujar Adelaide melangkah mundur dengan panik.
"Selamat tinggal, Adelaide...."
-----
Sementara itu William melawan Skotlandia bersama pasukannya. Ia merasa senang ketika Melihat para pemberontak yang datang membantu. Mendadak dirinya teringat pada Adelaide yang masih berada di istana. Ia memberi instruksi pada pengawal kepercayaannya dan beranjak pergi menuju istana.
"Semuanya, keluar dan cari tempat perlindungan!"teriak William saat di dalam istana.
Semua pelayan mematuhinya. Pergi bergegas ke tempat yang lebih aman. Lalu William pergi menuju kamar Adelaide. Dan hanya menemukan kamar yang kosong. Tidak ada sosok Adelaide.
"Adelaide!"teriaknya panik. Dengan frustrasi ia berlari keluar seraya memanggilnya. Tak ada jawaban. Lalu ia menuju kamar ibunya. Menyuruhnya untuk berlindung seraya menanyai perihal Adelaide. Louise pun tak mengetahui keberadaan Adelaide.
Mendadak suatu pemikiran hadir dalam benaknya. Ia memaki dalam hati. Lalu ia segera berlari keluar menuju kudanya dan memacunya ke arah hutan. Hutan yang gelap membuatnya bingung, kehilangan arah. Tapi ia tak menyerah. Mendadak William mendengar suara wanita berteriak kesakitan. Jantungnya berdebar kencang. Darah menghilang dari wajahnya hingga pucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love (Tamat)
Historical FictionHighest rank #2 at hisfic 13 Mei 2017 ❤ Hidup Adelaide berubah sejak desanya diserang oleh pasukan istana dan dirinya di bawa. Sang putri memilih dirinya untuk menjadi seorang pendamping. Ia mengira dirinya selamat. Tapi siapa sangka hal itu justru...