Keesokan paginya Adelaide terbangun ketika Emma masuk ke dalam kamarnya. "Selamat pagi, Adelaide!"sapanya. Adelaide bangun perlahan. Matanya masih bengkak karena menangis semalam. Emma membantunya berganti pakaian. Pagi ini Adelaide mengenakan gaun berwarna peach lembut. Rambut panjangnya di kepang dan di buat sanggul sederhana.
"Tuan putri menyuruhmu datang ke ruang duduk milik putri saat kau sudah siap. Aku akan segera mengantarmu.""Baik, terima kasih, Emma."sahut Adelaide.
Emma menunjukkan jalan menuruni tangga menuju lantai bawah dan melewati lorong hingga tiba di pintu besar. Membukanya dan mereka masuk ke dalam ruangan mewah. Di sana putri Eugene telah menunggu. Ia tampak puas melihat penampilan Adelaide. Putri Eugene berdiri saat Adelaide berjalan mendekat dan membungkuk hormat.
"My Lady..."Sapa Adelaide.
"Selamat pagi, Adelaide. Hari ini kau akan belajar untuk menjadi seorang putri, dan kuharap kau akan menyerapnya dengan cepat,"
"Bolehkah saya mengetahui kenapa anda memilih saya?"
Eugene menunduk. Bahunya menurun seakan beban berat telah menimpa dirinya. "Dalam 6 minggu lagi, aku akan pergi dari sini. Pergi ke Irlandia untuk menemui tunanganku dan dalam 8 minggu kami akan menikah,"ujarnya pelan.
"Apakah orang tua anda telah mengatur pernikahan ini?"
"Ya. Irlandia dan Skotlandia memiliki masalah kecil dan perang dalam beberapa tahun belakangan ini. Dan mereka hanya memiliki putra. Tapi ketika aku lahir, mereka merasa akan menjadi ide yang bagus untuk menjodohkan kami. Agar Irlandia dan Skotlandia bisa berdamai. Itulah nasibku..."
"Maafkan saya, saya tahu bagaimana rasanya jika dinikahkan Dengan orang yang tidak kita sukai.."ujar Adelaide teringat akan Aron yang selalu mengincarnya.
Eugene meraih dagu Adelaide dan mengangkatnya. "Seorang putri tidak boleh membungkuk pada siapapun, kecuali pada raja atau ratu. Pangeran maupun putri sederajat dengan kau."
"Kenapa? Aku hanyalah gadis biasa dari desa kecil..."
"Jangan berpikir demikian lagi. Kau bukan gadis desa lagi. Kau adalah pendampingku. Dan akan bersikap serta diperlakukan layaknya bangsawan. Apa kau mengerti?"tanya Eugene dengan tegas. Adelaide mengangguk pelan. "Sekarang, aku akan mengajarimu cara makan yang baik dan benar,"
Adelaide menaikkan alisnya. Selama ini ia merasa sudah makan dengan cara yang baik. Eugene mengajaknya ke sebuah meja dengan kursi kayu. Menarik sebuah kursi. "Seorang pria akan menarikkkan kursi untuk kau. Kau harus mengucapkan terima kasih padanya lalu duduk. Dan sang pria akan membantu mendorong kursimu untuk lebih dekat dengan meja makan."
Adelaide mengangguk. Ia duduk seraya mengucapkan terima kasih pada Eugene, sesuai ajarannya. Eugene kemudian berjalan ke sisi seberang meja dan duduk di hadapannya. Di hadapan Adelaide, terdapat piring emas dengan gelas emasnya. Lalu seorang pelayan pria membawakan sebotol anggur dan menuangkan ke dalam gelas milik Eugene dan Adelaide.
"Sekarang, perhatikan aku!"ujar Eugene mengambil gelas itu dan mendekatkan mulut dengan gerakan pelan serta anggun. Meminum cairan anggur itu dengan anggun dalam tegukan kecil. Lalu menaruhnya kembali di meja. "Sekarang, bagianmu...."
Adelaide tersenyum. Berpikir itu hal yang mudah. Ia mengambil gelas di hadapannya, meneguk cairan itu dan menaruh kembali di meja, sesuai yang ia amati. "Apakah aku sudah benar?"
Eugene tersenyum. "Lakukan lagi tapi kali ini mohon lebih perlahan dan anggun..."
----
Jam berlalu dan Adelaide telah belajar banyak dalam pelajaran menjadi seorang putri ini. Ia belajar mengenai cara meminum anggur layaknya seorang tuan putri. Cara makan yang anggun dan benar. Serta cara duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love (Tamat)
Ficción históricaHighest rank #2 at hisfic 13 Mei 2017 ❤ Hidup Adelaide berubah sejak desanya diserang oleh pasukan istana dan dirinya di bawa. Sang putri memilih dirinya untuk menjadi seorang pendamping. Ia mengira dirinya selamat. Tapi siapa sangka hal itu justru...