Selama 2 minggu berikutnya, Eugene terus mengajari Adelaide. Dan Adelaide memberikan kemajuan yang baik serta memuaskan. Namun semua pelajaran itu harus di hentikan ketika tiba saatnya bagi Eugene dan Adelaide pergi ke Irlandia.
Eugene mengenakan gaun berwarna peach dengan jubah coklat bertudung yang menutupi kepalanya. Sementara Adelaide memakai gaun abu dan Eugene memerintahnya agar mengenakan jubah juga agar tidak kedinginan saat berlayar.
Ketika sudah siap, mereka keluar dan menuruni tangga di mana kereta kuda sudah menanti. Eugene berpamitan dengan sang raja dan ratu. Adelaide berdiri di samping kereta dan melihat Frank yang berjaga. Ia bertanya dalam hati bagaimana pria itu bisa tenang. Sebentar lagi wanita yang dicintainya akan pergi dari Skotlandia dan menikah dengan pangeran Irlandia. Frank Membantu Eugene naik ke dalam kereta kuda dan lalu ia membantu Adelaide.
Empat prajurit berkuda mengelilingi kereta kuda di mana dua orang gadis duduk dengan perasaan berdebar dan gugup. Ke empat prajurit itu siap melindungi dan menjaga sang putri. Ketika roda kereta berjalan, Eugene menggenggam erat tangan Adelaide. Dan mereka pun mulai berjalan menjauhi istana. Berjalan keluar melewati jalanan hingga masuk ke dalam hutan. Suasana begitu sunyi hingga Adelaide merasa makin gugup. Hanya ada suara derak kereta serta suara derap kaki kuda ke empat prajurit.
"Kita sudah memasuki wilayah pemberontak,"gumam Eugene dengan gugup memegang tangan Adelaide.
"Siapa sebenarnya mereka? Aku tak pernah melihat mereka."
"Mereka adalah sekelompok orang yang tak ingin Skotlandia dan Irlandia bersatu. Maka mereka akan melakukan apapun agar hal itu tidak terjadi, termasuk membunuhku..."
"Oh...sangat mengerikan...."
"Ke empat prajurit akan menjaga kita. Setelah tiba di pantai, pasukan Irlandia akan mengawal kapal hingga tiba di Irlandia. Dan menjelang sore seharusnya kita sudah tiba di istana raja William. Kau mengerti?"
"Ya, my lady..."
----
Selama dua jam perjalanan penuh kesunyian dan waspada. Eugene dan Adelaide tak banyak bicara. Keduanya hanya duduk diam seraya berharap agar mereka cepat tiba di pantai. Suasana hutan saat itu begitu sunyi sepi. Begitu mencekam hingga Adelaide merasa seperti tercekik. Hingga ia takut hanya untuk bergerak sedikit saja.
Mendadak kereta berhenti bergerak. Mengagetkan Eugene dan Adelaide. Adelaide mencengkeram gaunnya dengan tegang seraya bertanya dalam hati, ada apakah gerangan?
Eugene menegakkan badan, membuka kerudung jubah dan melongokkan kepala di jendela kereta. "Kenapa kereta berhenti?"
"Maaf, tuan putri, kereta tak bisa maju karena ada batang pohon rubuh yang menghalangi jalan, kami akan segera...."prajurit itu belum menyelesaikan kata-katanya ketika mendadak sebuah anak panah melesat menembus udara dan mendarat di lengannya. Prajurit itu berteriak kesakitan. Tangannya meraih batang anak panah dan mencabutnya.
"Ada penyergapan!!!"teriaknya seraya menarik pedang dari sarung.Dengan segera para prajurit mengelilingi kereta kuda, melindungi sang putri dengan pedang di tangan mereka. Eugene segera masuk ke dalam kereta dan bersandar. Badannya gemetar dan wajahnya pucat. Jantung mereka berdebar sangat kencang. Adelaide menahan napas melihat sekelompok orang berlari turun ke arah kereta mereka. Kelompok itu membawa pedang, panah serta tongkat seraya berteriak menyeramkan. Dan terjadilah perang di dalam hutan itu. Suara pedang beradu dengan pedang penyergap. Banyak anak panah terbang melesat hingga salah satunya menancap tembus di kereta kuda. Membuat Adelaide terpekik kaget dan beranjak mundur di kursinya. Jantungnya berpacu sangat cepat. Ia melirik ketakutan pada Eugene. "A..apa yang ha...harus kita lakukan, tuan putri?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unexpected Love (Tamat)
Historical FictionHighest rank #2 at hisfic 13 Mei 2017 ❤ Hidup Adelaide berubah sejak desanya diserang oleh pasukan istana dan dirinya di bawa. Sang putri memilih dirinya untuk menjadi seorang pendamping. Ia mengira dirinya selamat. Tapi siapa sangka hal itu justru...