Keadaan masih gelap dan jasad Sugianto Sasongko masih diterangi cahaya alami bulan yang melewati jendela.
Sambil menunggu sampai lampu kamar ini menyala aku mencoba menanyakan perkembangan Lia yang sepertinya sudah selesai.“Nah dokter bagaimana?? Sepertinya anda sudah beres??”
“Iya saya sudah selesai, dari hasil pemeriksaan saya, sudah dipastikan korban meninggal dan tidak ada hal lain lagi yang menyebabkan korban meninggal selain jantungnya tertusuk.” Lia menjelaskan kondisi, tapi dari posisi tangannya yang ditaruh didagu sepertinya ada sesuatu yang membuatnya bingung
“Tapi ada hal yang menurut saya janggal, dari luka korban yang dari luar seperti tertusuk biasa, tapi kenyataannya lukanya terkoyak didalam meskipun tidak rapih arah lukanya masih satu arah. Aku ragu jika itu menggunakan pisau biasa”. Lia kebingungan dengan luka korban yang seperi itu, yah untuk warga sipil sih wajar.
“Itu memang bukan menggunakan pisau biasa dokter, kalau tidak salah nama pisaunya adalah ‘Jagdkommando’. Sebuah pisau yang memiliki 3 sisi pisau tajam dan membentuk putaran hingga ujung pisau, pisau ini memiliki fungsi untuk mengoyak badan korbannya. Ten-“.
“Anu permisi, disini saya diminta untuk membetulkan saklar lampu.”. Seorang karyawan datang memotong penjelasanku dan apa yang aku minta akhirnya datang.
“Iya silahkan”. Aku mempersilahkannya sambil tanganku terulur.
Setelah karyawan itu sudah ada diposisinya, aku pun mencoba melanjutkan apa yang tadi terpotong.
“Baiklah aku lanjutkan, tentu saja pisau itu sangat berbahaya bahkan untuk produksinya saja sampai dibatasi. Dan itu tidak bisa didapatkan oleh orang biasa maka tidak heran kalo sampai dokter tidak tau luka itu”. Akhirnya aku bisa menyelesaikan penjelasanku.
“Jagdkommando sepertinya aku pernah mendengar nama itu...”. Lia mulai mengingat ngingatnya, Untuk orang berwawasan seperti Lia pastinya dia pernah mendengar nama itu, tapi bukan sebagai nama pisau.
“Apa anda sudah dapat pandangan Pak Karno Hadi dengan apa yang terjadi pada korban?”. Aku mengubah arah pembicaraanku kepada Karno Hadi yang daritadi terus diam.
“Ya kurang lebihnya saya mulai mengerti, sebelumnya saya mohon maaf dengan perilaku saya yang tidak begitu terkontrol pak”. Sepertinya beliau mulai sadar dengan perilakunya yang membuatku semakin naik pitam itu.
Jujur saja diusianya yang mungkin 5 tahun dibawah Bapakku , mukanya masih terlihat kencang meskipun kumisnya yang lebat tidak bisa membohongi usianya dan yang paling tidak dipercaya adalah dia tidak memiliki uban sama sekali.
Aku mulai merubah posisiku dengan duduk dijendela menghadap kearah semuanya dan posisi dagu yang ditopang tangan, karena ukuran jendela yang cukup besar jadi lumayan cukup nyaman untuk diduduki.
“Baguslah, oke selanjutnya saya ingin bertanya kepada anda Pak Karno Hadi”. Aku mulai mengubah nada bicara maupun pandanganku ke arah serius
“Tolong jelaskan apa saja yang anda lakukan bersama Sugianto Sasongko selama anda berada disini bersamanya? Tanpa terlewat sedikitpun.”.
“Baik, saya datang bersamanya kesini karena saya punya tujuan yang sama dengan semua yang ada disini tentunya, yaitu menghadiri Acara Besar dan alasan saya datang lebih awal karena kita ingin berlibur dulu di Villa ini, yang dikenal memiliki kualitas yang sama dengan hotel bintang 5. Jam 10.30 kita sampai di Villa ini, setelah itu kita pergi ke kamar masing masing yang bersebelahan untuk beristirahat sejenak. Dan pada pukul 12.00 kita melakukan makan siang di Restoran yang ada di Villa ini dengan menu menu tradisional khas sunda, setelah itu kita pergi keluar untuk sekedar menikmati kopi dikebun teh, pada pukul 14.00 Sugianto pergi ke mobil untuk mengambil laptopnya yang ketinggalan, sementara itu aku memutuskan untuk kembali ke kamar dan sekitar pukul 17.00 kita pergi bersama lagi ke Aula untuk melihat interior interior kelas abad pertengahan, karena di Aula ada beberapa pelayan yang menawarkan wine jadi kita berdua memutuskan untuk minum dulu. Beberapa menit kemudian Sugianto tidak sengaja menumpahkan wine kepada seseorang yang tidak disangka secara kebetulan merupakan saingan bisnisnya, jadi ada adu mulut yang panas diantara mereka berdua lalu aku pun mencoba membela Sugianto. Setelah itu pun kami memutuskan untuk pergi dan melanjutkan melihat lihat Aula. Pada pukul 19.30 aku pamit ke kamar duluan karena aku harus mempersiapkan dokumen dokumen yang harus aku selesaikan dan setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi pada Sugianto, yang aku tau hanya setelah melihat kerumunan orang naik ke lantai 2 Sugianto sudah dalam keadaan mengenaskan seperti ini.”. Cerita yang lumayan panjang, ada beberapa kejadian yang aku tau dari ceritanya itu dan dari ceritanya ada yang membuatku belum puas. Dan yang terpenting adalah benar sapu tangan ini ada kaitannya dengan Sugianto Sasongko.
KAMU SEDANG MEMBACA
DNA EX "Detective And A Ex": A Game Of Room
Gizem / GerilimMikail Ata Farist seorang pria dengan profesi intel tapi ingin disebut detektif dan Irmalia Saphire seorang perempuan dengan profesi dokter lulusan termuda yang pernah ada dengan kisah mereka yang sudah berakhir lama, tapi karena sebuah misteri dan...