Hujan 28 b

1.9K 99 22
                                    

*
*

"Han,"

Hana menoleh. Dia membeku. Mendapati Shinta di belakangnya. Mereka sedang duduk di bangku kantin.

"I-iyaa Shin.." jawabnya, suaranya terdengar sedikit bergetar. Takut, Shinta akan memakinya lagi.

Fitri di depannya kontan melotot, melihat kedatangan Shinta, "Ngapan lo? Mau maki-maki Hana lagi?"

Shinta tersenyum. Pasti semuanya menganggap dirinya jahat. Pemeran antagonis, mengingat betapa kelewatan perlakuannya pada Hana.

Gue emang pantes dianggap jahat. Batin Shinta.

Shinta menarik bangku dihadapan Hana,
"Gue minta maaf sama lo Han, maafin gue yah. Gue sadar, gue udah kelewatan, nggak seharusnya gue lakuin hal itu ke lo. Please maafin gue."

Hana mengangguk. Ragu-ragu Hana menatap Shinta balik. Hanya senyum ketulusan yang terukir di sana. Shinta tersenyum padanya? Apa Shinta benar telah berubah?

"Halah, alesan lo Shin. Lo mau manfaatin Hana lagi'kan? Bentar lagi kan mau ujian. Gue udah hapal sama kelakuan lo." Fitri sadar jika selama ini Shinta selalu berpindah tempat duduk ketika waktu genting.

"Enggak. Gue beneran tulus mau minta maaf. Gue sadar, gue salah."

"Akhirnya nyadar juga," ujar Fitri sinis. Senyumnya terlihat meremehkan. Astaga, Fitri benar-benar menunjukkan sisi kesalnya. Betapa Fitri ingin sekali memakan Shinta hidup-hidup. Bagimana bisa Shinta berkali menampar Hana dan memaki Hana? Jika saja Fitri berada di sana dia pasti akan menampar balik Shinta, memaki balik Shinta.

"Dan, seharusnya gue juga gak ikut campur masalah lo sama Gilang, Han. Gue waktu itu cuma kecewa aja Gilang mempertaruhkan mimpinya demi cewek, gak pernah sebelumnya dia kayak gitu. Wajar aja gue bersikap seperti itu, karena gue temen deketnya Gilang. Gue peduli sama dia, gue gak pingin dia sia-siain segala potensi yang ada dalam dirinya," bela Shinta.

Hana tersenyum, Shinta berkata demikian karena memang dia kerap berpartisipasi dalam perlombaan.

Hana tersenyum samar, "Gue maafin lo Shin."

Ia memaafkan Shinta. Perlahan ia harus belajar mengikhlaskan, menerima segalanya dengan lapang dada. Tak peduli, walaupun ruang hatinya ada yang sedikit tersakiti. Semua hal tentang hujan, kenangan buruk ketika hujan. Perlahan, Hana mencoba mengobati luka hatinya sendiri, dengan mengikhlaskan.

"Thank's. Emm, untuk semua perkataan gue waktu itu, gue minta jangan masukin ke hati yah. Gue kalo emosi suka lepas kendali." Shinta menatap Hana tulus. Memohon pada Hana juga sedikit merasah bersalah.

"Dan, untuk masalah Gilang, tenang aja. Bulan depan dia pasti udah bersikap kayak biasa. Maksudnya, mungkin perasaannya ke lo akan hilang perlahan, cowok kan gak terlalu ribet masalah gituan," jelas Shinta lagi.

Gilang sudah menceritakan semuanya. Shinta pun mencoba mengerti Gilang dengan meminta maaf pada Hana. Persahabatan mereka sudah membaik, kali ini Shinta lebih memilih berdamai.

"Gue merasa bersalah sama Gilang Shin. Padahal dia udah baik banget sama gue, dan gue waktu itu nolak dia. Gue kayak jadi cewek jahat di sini, gue gak tahu harus kayak gimana, gue baru ngalamin hal ini."

"Yakan, tapi cinta gak bisa di paksa Han! mau gimana lagi. Lagian, hati lo udah diisi sama orang lain juga," ucap Fitri memutar bola mata. Tak habis fikir kenapa Hana madih mengangggap dirinya jahat.

Hana terenyum sekilas. Mengingat siapa yang dimaksud Fitri.

Shinta sukses melotot mendengar pernyataan Fitri barusan, "Oh, jadi karena lo suka sama cowok lain? Bukan karena lo sok jual mahal, Han?" Dia sedikit terkejut. Bukankah selama ini Hana seperti bersikap jual mahal pada Gilang?

Merindukan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang