prolog

51 18 3
                                    

"WHAT THE FUCK DI JODOHIN PA??" ucap lelaki itu tersulut emosi.
"Kenapa? Dia akan menikah denganmu. Papa yakin kamu pasti akan bahagia jika menerima perjodohan ini." ucap pria paruh baya itu dengan santainya tanpa memperdulikan tatapan tajam anaknya. Jika di sinetron mungkin saja sudah ada dua tanduk iblis di kepalanya. Lelaki itu adalah Dama Putra Chirsdiantara. 

Dia adalah orang yang paling tidak suka jika hidupnya di atur oleh orang lain meskipun orang itu adalah Aland Chrisdiantara ayahnya sendiri.

"Dama udah besar, pa.  Dama lebih tau apa yang bisa membuat Dama bahagia dari pada papa yang selama ini hanya sibuk mengurus bisnis papa itu dan tidak pernah memperhatikan Dama!" ucapnya merendam emosinya.

Pria paruh baya itu menghela nafas berat. Dia sangat tahu bagaimana tabiat anaknya" papa tau Dam. tapi, sesibuk apapun papa, papa pasti akan menyempatkan waktu untuk memantau keadaan kamu. Kamu gak usah membantah, terima saja perjodohan ini."

'Tapi Dama masih 17 tahun pa. Papa kira Dama gak laku sampai harus di jodohin, asal papa tau semua cewek-cewek ngantre buat jadi pacar Dama"
"Papa gak peduli! Mau tidak mau kamu harus menerima perjodohan ini" ucap pria paruh baya itu mantap lalu bangkit menuju ruang kerjanya meninggalkan anak tunggalnya dalam keadaan emosi.

"Argh Bangs*t" pria itu mengacak rambutnya frustasi. Dia mengambil kuncinya dia atas meja, sekarang hanya satu tempat yang bisa dia datangi yaitu club.

Dama mengemudi mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia tidak memperdulikan klakson,umpatan,dan makian dari pengendara lain. Pikirannya sekarang sedang kacau.

Dama merasa percuma saja menantang papanya yang keras kepala seperti batu. Tidak ada yang bisa merubah keputusan papanya. Kecuali, I Gusti Ayu Diana permata sari. Diana meninggal ketika Dama berusia 8 tahun, karena kecelakan. Saat itu  Dama kecil sangat terpuruk, dia mengunci dirinya dari dunia luar. Aland juga sama dengan Dama dia hancur, tapi dia berusaha terlihat tegar demi anaknya. Berbagai cara Aland lakukan untuk membangkitkan semangat putra tercintanya. Namun, semuanya gagal. Aland pun menyerah mungkin luka putranya akan sembuh seiring berjalannya waktu. Dama memang lebih dekat dengan Diana karena Aland sibuk bekerja sehingga menyita waktu kebersamaannya dengan putranya. Tapi, satu minggu kemudian Dama telah kembali ceria seperti dulu setelah dia bertemu dengan seorang gadis saat berkunjung ke makam Diana.

***

Suatu hari Dama kecil pergi mengunjungi mamanya. Dia menangis di atas kuburan mamanya bahkan dia tidak memperdulikan hujan yang mengguyur tubuhnya kecilnya. Semoga saja hujan bisa menghapus lukanya. Semoga saja lukanya terbawa oleh derasnya aliran hujan.

"..Da..ma...mau...ikut..ma..ma...Dama...se..dih..Da..ma..gak...su..ka..disin...da..ma..gak...ma..u..sa..ma...pa..pa.." Dama kecil menangis begitu pilu.

Dama mendongak ketika sebuah payung hello kitty berada di atasnya.
"Ia tente kacian kakaknya Ila nagis. mama Ila seling biyang kalau cowok gak oyeh nangis. Jadi kakak ganteng ga oyeh nagis agi ya. Ila yakin mamanya kakak ganteng juga gak suka liyat kakak nagis sama kayak Ila, jadi ceyum yaa bial gantengnya gak iyang." gadis kecil itu tersenyum menunjukkan gigi ompongnya. Dama tertekun ketika gadis itu mengusap pipinya.
"Kamu siapa?" Tanya Dama dingin.
"Aku Ila....Nama kakak ganteng siapa?"
"Namaku Dama. Kamu ngapain disini? Gak takut ini udah hampir malam loh?" Tanya Dama kecil kepada seorang gadis bernama Ila yang senantiasa tersenyum Dama menjadi heran sendiri.
"Ila tadi ketemu mama, Kak Ama"jawabnya. Seketika senyum gadis itu memudar tatapan berubah menjadi sedu. Dama menakutkan alisnya melihat perubahan ekspresi gadis itu. Dama juga binggung karena gadis itu memanggilnya Ama.
"Namaku Dama Bukan Ama" Protes Dama kecil.
"Gak papa Ila suka manggil kakak ganteng Ama bial sama" ucapnya kembali tersenyum.

"Ila ikut Dama yuk, nanti disini ada hantu muka jelek, rambut panjang,punggungnya bolong,perut gede,trus jalannya ngesot"
"Ihh selem Ila jadi takut" jawabnya memeluk lengan Dama raut wajahnya berubah menjadi pucat.

"Udah gak usah takut nanti gak dama akan melindungi Ila selalu"
"Janji" Ila mengangkat kelingkingnya.
"Gak perlu, kata papa janji gak tergantung kepada kelingking. tapi, janji Dama adalah janji seorang pria sejati?" ucap Dama menepuk dadanya.
"Itukan janji papa Ama kalau janji mama Ila beda" Ara menakutkan jari kelingkingnya dengan Dama.

Dama tersenyum sangat lebar dia mencubit pipi gembul Ila gemas. Ila bahkan sampai meringis. "Kak Ama sakit tau" Ila memayunkan bibirnya kesal.

***

Dama memejamkan matanya ketika ingatan seorang gadis kecil yang menemani hidupnya selama 2 tahun muncul kembali. Dia sangat merindukan gadis kecilnya. Dama selalu berdoa kepada tuhan agar dia bisa di pertemukan kembali dengan gadisnya. Dama berjanji akan selalu melindunginya dan tidak akan membiarkan pergi lagi.

"Satu lagi" pesan Dama kepada bartender club.
"Tapi Dam, ini sudah gelas 5" Tegur Ian. karena sebagai teman ia tidak tega melihat Dama.
"Lo mau duit atau gak!" bentak Dama, Ian hanya menghela nafas kasar. Dia sudah biasa melihat Dama seperti ini.
"Ini bukan masalah duit, Dam. Tapi sebagai teman gue gak tega liat keadaan lo kayak sekarang ini." Ucap Ian tulus.
"Cih apa peduli lo!" Sinis Dama bangkit meninggalkan beberapa lembar uang seratus ribu lalu pergi. Dama bisa mendengar Ian  memanggil namanya meskipun musik tengah berdentum dengan kerasnya

                          ♡☆♡

MACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang