part 7. Perjanjian

10 3 0
                                    

Sekarang Icha sedang berada di rofftop sekolah bersama dengan Dama.
"Ngapain sih kak ngajak Icha kesini pakek acara narik segala lagi. Liat nih pergelangan tangan Icha jadi merah gini" keluh Icha dengan kesel menunjukkan pergelangan tangannya.

"Huh percuma ngomong sama patung" sindir Icha kepada Dama yang sedari tadi menatap datar dirinya. Sedetik kemudian Aska datang tergesa-gesa membawa map dan kantong plastik berisi es batu.
"Mana?" Ucap dama mengulurkan tangannya, mengerti dengan apa yang Dama maksud Aska langsung menyerahkan es batu itu.

Perlahan Dama berlutut dan menarik pergelangan tangan Icha berbeda dari sebelumnya yang kasar tapi lebih berkesan lembut penuh perasaan.

Jantung Icha berdesir melihat perlakuan lembut Dama. Ia terseyum ketika sesekali Dama meniup tangannya setelah menempelkan es batu.
"Maaf" ucap Dama pada akhirnya. Ia mendongak menatap lurus ke mata Icha, Icha menjadi salah tingkah karena Dama tak kunjung mengalihkan perhatiannya.
"Duhh jangan liatin Icha kayak gitu dong kak, Icha gak kuat nih" ucap Icha menundukan kepalanya.
"Gadis nakal" Dama bangkit mengambil map biru dari tangan dari tangan Aska.

"Baca!" Dama melemparkan map itu ke arah Icha. Icha mendengus kesal baru semenit yang lalu Dama bersikap baik kepadanya dan sekarang sifat aslinya sudah kembali lagi.
"Dasar bunglon" gumam Icha yang masih bisa didengar oleh telinga Dama. "Gue denger!"
"Bagus dong artinya telinga kakak masih berfungsi dengan baik" Sinis Icha membuka map tersebut. Mata Icha membukat sempurna membaca selembar kertas itu.

"Ehh buset dah kak. Ini perjanjian atau naskah teks UUD 1945 panjang bener" protes Icha
"Tanda tangan"

"Ehh enak aja main nyuruh tanda tangan pokoknya Icha gak setuju. Lagian kita cuma pacaran satu bulan pakek buat perjanjian segala. Ini namanya pemaksaan dan keputusan sepihak, kan Icha gak pernah setuju apa lagi Isinya aneh masak gak boleh deket cowok lain lama-lama sih" ucap Icha mantap dia tidak ingin Dama mengatur hidupnya.

"Tanda tangan aja Cha, Dama hanya gak mau lo deket ke cowok lain contohnya Raka. Masak gak peka sih" Kali ini Aska ikut angkat bicara.
"Ck gak jelas banget sih."Icha memutar bola matanya malas sebab tak terbesit dipikirannya untuk menjadi pacar sewaannya Dama.
"Tanda tangan atau 20 juta" Dama berkata dengan sorot mata tegas.
"20 juta aja terus sampek BTS kolaborasi sama Opik nyanyi lagu religi" Icha merampas pulpen dari tangan Dama sebelum ia membubuhkan tanda tangan di atas kertas putih yang akan mengubah kehidupannya dalam satu bulan kedepan.
***

"Dimakan kali, Cha. Perut lo gak bakal kenyang kalau cuma lo pandangin doang tu mie ayam" Wilda menengur Icha yang sedari tadi hanya menopang dagu sambil mengaduk mie-nya tidak jelas.
"Kalau lo ada masalah cerita ke kekita, Cha. Jangan dipendem sendiri tar lo jadi stres, kasian penghuni rumah sakit jiwa bertambah satu." Ucap   

Icha menarik nafas panjang sebelum mengatakan kalimat yang memiliki makna laknat

"Gue resmi jadi pacarnya kak Dama"
"Ciuss mi apah? OMG lo-lo argh kok bisa sih" Tanya Dinda tidak percaya dengan perkataan Icha.
"Sumpah ya ini tu berkah banget buat hidup lo! Asal lo tau cewek-cewek pada ngantre mau jadi pacarnya kak Dama sedangkan lo--" seru wilda menggantungkan ucapannya.

"Lo berdua kok bahagia gitu sih? Bayangkan gimana nasib gue pacaran sama cowok yang ngomongnya pakek pulsa"
"Iritnya minta ampun ya Cha" Wilda tergegeh mendengar keluhan sahabatnya "Beliin paketan aja Cha biar lebih lancar sekalian yang 4g"

"Enak bener lo ngomong, mending beli paketan buat streaming cogan gue yang masih tertinggal di korea dari pada buat kak Dama yang susah ngomong"
"Lo berdua bahas apa sih, mau lo apain juga kak Dama bakal tetep dingin orang udah dari sononya" Dinda akhirnya melerai perdebatan sahabatnya itu.

"Mendingan lo jalanin aja dulu Cha, siapa tau cocok."
"Yeah, Lo tau definisi dari kata miris? Dan itulah keadaan gue sekarang"
"Bukan miris, nasib Cha nasib!"
"Nasibku membuat diriku berada di posisi m.i.r.i.s" ucap Icha sebelum meninggalan kantin karena sebentar lagi bel berbunyi.
***

"ICHA! SINI KAMU!" Anita berseru lantang memanggil anak tirinya. Icha yang sedang asik menonton Drama langsung berlari menuruni tangga.
"Ke-kenapa ma?" Tanya Icha gugup.

Icha memekik saat tangan Anita mencengkram wajahnya dengan kasar. Nafas Icha pun mulai tak beraturan dan dadanya mulai terasa sesak "Dengar, papa kamu dua hari lagi akan pulang. Seperti biasa, tutup mulut kamu rapat-rapat jika tidak ingin berakhir menjadi gelandangan."

"Iya. Icha gak akan ngadu kok, mama sama kak Ara tenang aja" Icha tersenyum menyakinkan kedua orang yang wanita yang sangat ia sayangi.
"Bagus!" Ucap Mama. Icha berjalan gontai ke kamar sembari memangi dadanya.
***
"Kemana lo bos rapi amat dah" tanya Aska.
"Pulang" ucap Dama sepatah kata tanpa embel-embel lagi.

"Palingan juga mau ngapel, yang punya doi mah beda. Apalah daya kita sebagai jomblo" jawab gland
"Ho'oh kalau yang jomblo mah tinggal nikmatin nasib aja" Aska mendramatisir keadaan. Dama hanya melirik kedua sahabatnya sekilas lalu mengambil kunci mobilnya di atas meja.

"Gue itu ibarat angin sepoi-sepoi ya, dapat dirasakan namun tidak dilihat" Ucap Aska nangis buaya dibahu Gland yang tengah menatap Aska jijik.
"Jijik gue, Ka. Sumpah lo cowok tapi alaynya kagak ketulungan." Gland mendorong aska hingga dahi pria itu sukses mencium dinginnya lantai.

"Gland Kamvret anaknya mbah dugong tanggung jawab lo kalau sampai kadar kegantengan gue menurun 0,1%. Gue jamin lo gak akan nafas dengan tenang" grutu aska mengusap dahinya yang berdenyut.

"Kagak peduli gue!" Gland menggambil jaketnya disofa sembari menendang pantat Aska "gak usah lebay, Gue cabut"

"Yahh setan emang! gue ditinggal sendirian, untung ni rumah punya gue." Aska merebahkan dirinya dikasur."upload status dulu ah" Seusai membuat status alay Aska meletakkan ponselnya di nakas dan memeluk guling kesayangannya, sebelum terlelap ke alam mimpi Aska sempat bergumam.

"Apalah daya seorang jomblo meski gak ada pacar buat di modusin untung masih ada bantal guling yang bisa dipeluk. Yang kuat ya gulingku sayang meski nanti gue udah punya istri lo bakal tetep punya posisi tersendiri di hidup gue.😢😄😙" Terdengar gila memang.
***
"Jungkook ganteng banget njirr, V juga gak kalah, duh gak nahan liat wajahnya suga" sedari tadi Icha terus mengoceh tanpa memperdulikan sekitar yang memandang aneh dirinya.
"Berisik" ucap Dama membuat Icha terdiam seketika.

"Cha coba diem, 5 menit aja, Cha. Sumpah selain malu kuping gue panes denger ocehan unfaidah lo" Glend menahan tangannya agar tidak menggaruk wajah Icha yang sok alim tanpa dosa mengabaikan petuahnya.

"Kak Aska gak pengen nonton?" Icha mencoba merayu Aska agar menjadi pencita K-pop sepertinya, sebab ia merasa sendirian di antara tiga lelaki tampan disampingnya. Tetapi, jawaban yang keluar dari mulut Aska membuat Icha mendidih.
"Ogah! Ngapain nonton plastik" ucap Aska santai mengangkat bahunya acuh fokus dengan mobile lengendnya.

"Oppa aku itu bagaikan mutiara permata dari negeri seberang yang datang dengan prajurit bersayap dengan tingkat ketampanan yang diatas di rata-rata tanpa tergantikan oleh lain sedikit pun wajahnya yang kinclong mampu membuat kaum hawa klepek klepek akan ketampanannya yang alami tanpa oplas. CAMKAN!" Icha berseru lantang dan mebuat mereka kaget.

"Selow respon aja gak perlu nge gass. Gak usah capek-capek muji, lo nafas aja mereka gak pernah tau sama dengan bohong" Ucapan Glend semakin membuat Icha tersulut.

"Dia tau kok. Dia itu bagaikan angin yang berhembus di setiap alunan nafasku. Dan suatu saat pasti aku akan bertemu mereka di Korea." Icha menghentakkan kaki kesal meninggalkan ruang musik dengan mata memerah menahan tangis. Glend dan Aska saling bertukar pandang lalu menatap Dama bergantian. Sungguh untuk saat ini mereka sangat menyesal mengatakan semua itu.

Dama memikit panggal hidungnya berharap bisa meredakan kepalanya yang pusing tidak di rumah atau di sekolah sama saja, hanya ada pertengkaran dan perdebatan.

"Pulang sekolah minta maaf!" Kedua sahabatnya itu mengangguk tanda mengerti, mata mereka tertuju pada Dama yang memasukan tangannya ke saku celana lalu berjalan angkuh dengan tatapan dingin seperti biasa.
                           ^*^
Aye aye ayee jangan pernah bosen bacanya ya

MACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang