Part 9. Sebuah Harapan

16 4 1
                                    

"Apa pintu gerbang sekolah kurang lebar, sampai kalian bertiga harus loncat tembok?" Bu Endang berkacak pingang dengan wajah sanggartnya
"Manjat tembok itu sesuatu, buk." Jawab Gland
"Sesuatu gundulmu. Tidak selamanya kalian beruntung bisa loncat dengan selamat"

"Ibu tenang aja kita kalau melakukan apapun selalu memakai perhitungan" Ucap Aska dengan bangga.
"Perhitungan apa? ulangan matematika aja kamu gak pernah sampai KKM"

"Wah ngeremehin cucunya Albert estein dia dam, saya ngitung berapa lama ibuk jomblo juga bisa"
"Buktiin ka?" Dama akhirnya bicara setelah lama terdiam.
"Bentar gue hitung dulu" tangan Aska mencoret-coret abstrak seolah dihadapanya adalah papan tulis sesekali dia juga berbisik dengan Dama seolah mereka sedang berdiskusi.

"Nah ketemu Dam. Menurut perhitungan gue buk Endang udah jomblo dari lahir artinya kurang lebih 35 tahun" Aska tersenyum bangga.

"Lo benar sekali, saya ini jomblo lapuk. Saya bingung mau nyari gebetan yang gimana lagi coba? Yang mukaknya pas-pasan? Sudah punya pacar, yang ganteng? Jangankan pacaran di addback aja enggak, yang keren? Kaga dilirik, yang high class? Saya hidup aja dia kaga tau"
"Astagfirallah tadi aja marah-marah sekarang malah curhat. Syaraf nih guru." Bisik Gland tapi masih bisa didengar oleh bu Endang
"Ngomong apa kamu!" Sentak Bu Endang.

"Itu bu anu itu" balas Gland tak karuan.
"Udah kamu kayak bajaj aja suka ngeles." Bu Endang berucap sambari mengedarkan pandangannya, entah apa yang carinya. "Kamu yang bawa buku sini" Bu Endang melambaikan tangannya

"Iya ada apa bu?" Tanyanya. "Aska, Dam dan Gland Sekarang kalian bertiga bersihkan ruang KSPN, Perpustakaan, dan UKS. Saya gak mau tau saat istirahat nanti semua ruangan itu sudah bersih. Hmm Icha tugasmu adalah mengawasi mereka bertiga." Ucap IBu Endang melirik bat name Icha. Icha sungguh terkejut mendengarkan permintaan Bu Endang. "Tapi buk mereka udah besar jadi gak perlu diawasi" ucap Icha.

"Mereka perlu bahkan sangat perlu. Kenapa? Karena mereka bertiga adalah biang kerok yang tak pernah berhenti berulah" Ucap bu Endang. Icha hanya pastah saja toh keputusan guru itu mutlak.
"Buset dah buk ngasih hukuman atau mau ngejadiin kita babu. Percuma ada cleaning sevice di sekolah ini kalau siswanya tetap dijadikan babu." Protes Aska.

"Denger tu, ibu Endang tersyantik. Kita bayar SPP untuk menikmati seluruh jasa dan fasilitas sekolah bukan jadi babu. Lo juga Cha jangan mau disuruh ini itu " Ucap Glend.

"KALIAN!!" Wajah bu Endang merah padam menahan emosi kedua tangannya terkepal erat. Melihat tanda bahaya mereka bertiga langsung ngacir berlari entah kemana asalkan mereka selamat dari amukan ayam jantan itu.

"DAMA, ASKA, GLAND AWAS KALIAN" Teriakan buk Endang menggema di sepanjang kolidor.
***
"Ahhh akhh" Icha menghapus buliran keringat didahinya, dalam hati ia terus menyumpahi pria tampan berhati Iblis seperti Dama, Aska, dan Glend.
"hei kanapa Icha yang harus melakukannya? ini berat" Protes Icha ketika mengangkat kardus berisi buku baru.

"Lo harus berusaha keras untuk sekolah ini" Ucap Glend dengan senyum lebarnya. Icha menatap dua orang dihadapannya dengan jengkel.
"Bekerja keras ndasmu botak" Icha masih saja merengut kesal.
"Lo berdua bersihiin ruangan KSPN" Dama berucap dengan datarnya.

"Siap Bos kami mohon izin untuk meninggalkan perpustakaan. Kami menjamin 99,90% ruang KSPN dan UKS akan bersih bening tanpa debu" Aska berlagak seperti Jendral yang mohon Izin unuk berperang dan langsung ngacir pergi bermasa Glend.

"Kak bantu Icha cepetan ini berat banget" Icha berkacak pinggang dihadapan Dama yang sibuk memainkan ponselnya

"Aishh memang susah bicara dengan patung bernapas" Dumel aja. Setelah bersusah payah akhirnya ia mampu meangkat kartus yang tingginya sampai menutupi permukaan wajah Icha.
"Eh eh" kaget Icha karena kartus itu berpindah ketangan orang lain. Icha tersenyum sebab Dama mau membantunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang