part 4. Jadian

18 5 0
                                    

Sebagai seorang siswa penerima biasa siswa tentunya Icha sadar siapa dirinya dan harus siap menerima konsekuensinya, Ia harus siap dibully dan dikucilkan. Seperti saat Icha sedang membawa tumpukan buku milik Ara dkk dengan susah payah. Icha bisa saja menolak dan melaporkan mereka tapi ia tidak memiliki cukup. Meremangnya siapa dirinya? jangankan kekuasaan teman saja bisa Icha hitung dengan jari.

Dari kejauhan Dama sedang memainkan ponselnya hanya sekedal scorll tidak jelas saja. Pandangannya teralih melihat seorang gadis yang berjalan kearahnya dengan membawa tumpukan buku. Gadis itu semakin dekat tapi Dama tidak ada niat sedikit pun untuk beranjak dari posisinya.

Brakk..piang...

Buku yang Icha bawa jatuh berserakan dan Hampir saja dirinya ikut terjatuh jika saja tidak ada sebuah tangan besar menarik lengannya sehingga dahi Icha terbentur dada orang tersebut.
"Buset ini dada kok kayak tembok ya keras banget" Batin Icha mengusap dahinya yang terasa berdenyut.

"Ceroboh!" Ucap pria itu membuat Icha mendongak cepat dan lagi-lagi mata mereka bertemu. Icha menelan saliva susah payah karena posisi mereka sangatlah dekat. Bahkan, ujung sepatu bututnya hanya berjarak 1 cm dari sepatu mengkilap Dama bahkan Icha bisa merasakan hangat nafas Dama yang menerpa wajahnya. Icha tersadar dan segera menjauh dari Dama.
"OMG lama-lama gue bisa mati jantungan kalau gini caranya" Batin Anna mengatur nafasnya.

"Ma-maaf kak. Icha enggak sengaja" ucap Icha pada akhirnya ia tidak ingin menambah masalah mengingat hidupnya sudah dipenuhi oleh masalah.

"Hmm" dehem Dama singkat membuat Icha menghela nafas lega.

"Administrasi farmasi, farmakologi,ilmu resep. Bukannya dia  jurusan akuntansi tapi kenapa dia bawa buku farmasi sebanyak ini. Cewek aneh". Batin Dama sebelum pergi ia sempat melirik satu persatu buku yang berserakan. Menyadari hal tersebut Icha dengan sigap mengumpulkan kembali buku itu. Tapi nafas Icha tercekat tangannya menjadi kaku melihat sebuah handphone terbagi menjadi tiga.

"I-ini ponsel pu-nya kakak?" Ucap Icha terbata mengambil dan menyatukan posel tersebut kembali.
"Iya" jawab Dama enteng namun memberikan efek dahsyat bagi Icha pasalnya ia sangat tau berapa harga ponsel yang ia pegang sekarang.

"Hmm maaf kak, LCDnya pecah." Ucap Icha menyerahkan ponsel tersebut dan langsung dirampas oleh Dama.
"20 juta" ucap Dama datar.
"Maksudnya kak?" Bukannya tidak mengerti tapi Icha hanya mencoba memastikan saja.
"Ganti rugi"

Brukk

Seperti petir di siang bolong yang menyambar tubuh Icha berkali-kali, ketika mendengar dua kata itu meluncur dari bibir Dama. Bahkan buku yang baru saja Icha pungut jatuh seketika.
"Ap-pa ganti rugi 20 juta. Icha mana punya uang segitu kak" Ucap Icha memelas tentu saja itu tidak akan mempan bagi seorang Dama.
"1 minggu" ucap Dama sekali lagi.
"Ha? Kalau ngomong yang lengkap dong kak, Icha enggak ngerti" ucap Icha mulai kesal dengan tindak tanduk Dama.
"20 juta dalam 1 minggu"
"Apa?! Kak pikir dapetin uang 20 juta dalam waktu seminggu itu semudah membalikkan telapak tangan." ucap Icha tidak terima.

"Terserah. Ganti atau kantor polisi" Ucap Dama semakin membuat Icha gundah.
"Jangan main polisi dong kak. Iya Icha akan ganti tapi gak dalam satu minggu Icha cicil ya. Sekarang Icha cuma punya 5 juta itu pun tabungan Icha dari SMP" ucap Icha pada akhirnya karena memang disini adalah salahnya.

"Gak! 1 minggu atau penjara" Dama menyeringai.
"ICHA MANA PUNYA UANG....DISINI ICHA CUMA ANAK BIASISWA" teriak Icha karena kesabaran Icha sudah diambang batas. "Huh maaf Icha gak kelepasan. Icha mohon berikan penawaran lain untuk ganti rugi" ujar Icha sedikit lebih tenang.
"Jadi pacar gue" ucap Dama mantap. Icha mengepalkan kedua tangannya, kesabarannya sungguh terkuras menghadapi orang spesies Dama.

"Woi boss dicariin kemana-mana ternyata ternyata lo disini ngegebet cecan. Hai syantik" ucap Aska mengelingkan mata genit kepada Icha.
"Hai juga kak Aska dan kak Gland" jawab Icha ramah
"Anjir layar hp lo sejak kapan ada sarang laba-labanya bos" tanya Gland merampas paska ponsel Dama.
"Woo bokap lo beliin belum ada seminggu udah lo hancurin gitu aja mending kasi gue kan bisa pakek beli gorengan depan sekolah" ujar Aska membuat Icha mengeluarkan keringat dingin.

"Itu Icha enggak sengaja nabrak makanya ponsel kak Dama jadi kayak gitu" ucap Icha semakin menundukan kepala. Aska dan Gland membuka mulutnya lebar menatap Dama dan Icha bergantian. Mereka tidak menyangka Dama sangat tenang menghadapi Icha padahal bisanya jika ada yang berani menyentuh miliknya, Dama tidak akan segan untuk menghajar orang tersebut tidak peduli jika dia perempuan.

"Jam istirahat gue tagih jawaban lo" ucap Dama berbisik ditelinga Icha. Icha berkidik ngeri mendengar suara sexy Dama.

"Cabut!" Titah Dama dan diikuti kedua sahabatnya.
***
"Kenapa sih Cha dari tadi lo kayak cacing kepanasan" Tanya Wilda melihat Icha sedari tadi tidak bisa diam.
"Pokoknya bentar lo harus bantuin gue"
"Iya, tapi Bantu apaan?"
"Bentar gue cerita dikantin"
***
"Gak mungkin kak Dama bisa gitu. Kata temen ekstra gue dia itu cowok cuek super dingin bahkan dia belum pernah deket dengan cewek" ujar Wilda memandang tak percaya.
"Kalau misalkan bener...aaa bikin envy ihhhh gue juga pengen kali Cha" ucap Dinda sahabat baru mereka dengan antusis.
"Apaan sih Din. Gue binggung, kenapa sih dari semua cowok yang ada di SMK 1 KLUNGKUNG gue harus nabrak orang muka datar kayak dia" keluh Icha tidak nafsu makan biasanya semangkok bakso akan ludes dalam 5 menit tapi sudah 15  bakso Icha belum tersentuh.

Suasana kantin seketika menjadi riuh sebab kedatangan pentolan sekolah.

"Ihh Dama keren banget"
"Gland manis banget"
"Aduh tatapan kak Dama itu loh bikin meleleh"
"Tapi Aska imut juga."
"Loh mereka mau kemana?"
"Siapa tuh cewek yang disamperin Dama"

Suara alay seperti itu saling bersautan dan sangat mengganggu ditelinga Dama berbeda dengan Gland dan Aska mereka sudah sibuk tebar pesona, memberikan kiss jarak jauh, mengerlingkan mata kelakuan sahabatnya itu membuat Dama menggelengkan kepala.

Icha membuang muka ketika Dama berdiri disampingnya dengan tangan dimasukkan kesaku celana.
"Berdiri" titah Dama. Jantung Icha sedari tadi sudah berdangdut ria, ia pikir kedua sahabatnya akan membantunya tapi dugaannya salah besar.
"Hai cantik kita pinjem Icha sebentar ya" ucap Aska dengan nada menggoda. Bukannya melarang Wilda dan Dinda malah dengan senang hati menyerahkan Icha kekandang macan.

"Iya bawa aja kak jangankan sebentar selamanya juga boleh" Ucap Wilda sontak Icha memberikan plototan tajam kepada kedua sahabatnya yang cengar cengir tak jelas.
"Ikut" ucap Dama menarik paksa tangan Icha. Kejadian tersebut menyita banyak perhatian dari para siswa.

Disinilah mereka dirofftop sekolah. Icha duduk dikursi bekas dengan kepala tertunduk. Sedari tadi Dama hanya bersandar dipohon mangga dan menyilangkan tangan didepan dada tanpa ada niat untuk membuka pembicaraan.
"Sebenernya kita ngapain sih disini kak?" Tanya Icha mulai geram.
"Pacar atau ganti rugi?" Tanya Dama tetap dengan wajah datarnya.

Icha menarik nafas dalam, ia sudah memikirkan jawaban ini penuh dengan pertimbangan. "Icha milih jadi pacar kak Dama" ucap Icha pada akhirnya.

Raut wajah Dama tidak bisa Icha mengerti entah dia bahagia atau sedih yang ada hanya muka datar nan dingin tanpa seyuman. Ia berjalan mendekati Icha tangannya terulur mengajak rambut Icha lembut.
"good girls" tubuh Icha berdesir menerima perlakuan dari Dama.

                      ¤¤¤
Duh gimana nih yus ceritanya nyambung atau makin ngaur aja nih?

Selalu ingat ya guys vote + komen:)

MACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang