part 1. Nestapa

31 17 2
                                    

Hidupku bersama kesedihan, ditemani derita dan berkombinasi dengan lara.
¤¤¤

Malam yang sejuk di sebuah caffe mengiringi kesibukan seorang gadis. Angin malam berhembus sangat kenjang menerbangkan beberapa helai rambutnya. Langit gelap seakan menjadi saksi bisu ketidak adilan ini. Dia adalah Icha Meilany Aurora.


ICHA POV

Aku hidup seperti di neraka. Setiap malam kuhabiskan untuk menangis. Rumah bagikan penjara, penjara yang akan selalu membuat hari-hariku hampa tanpa tawa.

Mamaku meninggal saat aku kelas 2 SD sedangkan Ayahku menikah kembali dengan mama tiriku. Aku hidup bersama mama dan saudari tiriku sedangkan papa ia sibuk mengurus perusahaannya diluar kota. inilah rutinitasku Pagi hingga malam aku harus menjadi pelayan di caffe ayahku sendiri tanpa di bayar sepeser pun. Hidupku seakan diselimuti awan gelap ketika ayah menikahi mama Anita, Mama dan kakak tiriku tidak akan segan memukulku hanya untuk kesalahan kecil saja. mereka selalu merendahkanku seakan aku adalah kuman yang tidak pantas untuk hidup.

"Icha" panggil seseorang melambaikan tangannya ke arahku
"kenapa Wil? Kangen?" ucapku bergurau.
"Apaan sih lo.. gue liat dari tadi lo kayak setrikaan gak diam-diam. Istirahat dulu napa temenin gue dari tadi jadi jomblo sedirian." Wilda memandangku penuh harap.

"ICHA! KAMU BUKANNYA KERJA MALAH ASIK BERGOSIP GAK JELAS!" bentak Mama Anita ketika melihatku berbincang dengan Wilda.
"Bentar ya Wil. gue dipanggil mama, Gue takut nanti mama marah, soalnya cafe lagi rame banget"
"Ohh gitu ya" ucapnya dengan kecewa
"Maaf Wil"ucapku penuh penyesalan

"Oke Kalau gitu gue pulang dulu.....inget besok jangan sampai telat dan jangan lupa gue mau mintak MV-nya BTS." pesan Wilda memberikanku sebuah pelukan hangat. "Siap bos" Aku tersenyum dan melambaikan tangan ketika ia mulai berjalan keluar dari caffe.

Dia adalah Wilda Rachel Chris Tella Sahabatku dari kecil. Hanya dia satu-satunya orang yang peduli dengan keadaanku hanya dia yang tahu betapa sedihnya aku ketika mama dan saudari tiriku memperlakukanku layaknya budak mereka, hanya dia yang tahu betapa lelah aku menjalani hidup ini. Pernah sekali disaat aku sangat terpuruk mencoba melukai diriku sendiri dengan menggores pergelanganku dengan cutter. Tetapi, Wilda datang tepat waktu dan membawaku kerumah sakit.

"Mama Ara pergi ya" ucap Ara mencium pipi Anita.
"Hati-hati ya,sayang. Ini uang buat kamu" ucap Anita meyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah.

"Cha lo kerja yang bener! gak liat pengunjung rame banget. Gue mau pergi dulu. Awas kalau sampai gue tau lo bolos kerja demi nonton manusia plastik unfaedah itu!" Ucap Ara sengaja menyenggol bahuku cukup keras.

Aku menghela napas lelah lelah sebelum kembali melayani pengunjung.
***
Icha POV

Aku tergesa-gesa meyiapkan sarapan untuk mama dan kak Ara, tidak lupa menyiapkan bekalku sendiri.

Aku melirik jarum jam biru yang melingkar indah dipergelangan tanganku. Hari ini aku bangun terlambat. Naas, sudah 15 menit aku menunggu tapi belum ada satu anggot yang lewat.

"Icha? Lo masih ngapain disini? Cepet naik 15 menit
gerbang ditutup." ucap seseorang, aku mendongak dan ternyata dia adalah kak Raka.
"Enggak usah kak, saya nunggu angkot aja" tolakku lembut.

"Gak keburu nunggu angkot, entar lo dihukum"ucap kak Raka, dia adalah wakil ketua osis. Akhirnya aku mengangguk tidak ingin mengambil resiko terlambat.
"gak masalahkan kalau kamu naik vespa?" tanya kak Raka membuatku tertawa.
"Ya enggaklah kak, dari pada naik angkot mending naik vespa" ucapku.

POV and.

Disebuah rumah mewah seorang laki-laki baru saja terbagun dari tidurnya. Ia memegang kepalanya yang terasa sangat berat karena efek mabuk kemarin. "Argh kepala gue rasanya mau pecah!" Serunya berjalan perlahan ke kamar mandi.

Lima menit kemudian dia sudah siap dengan seragamnya.
"Sial" ucap Dama mengumpat kesal karena sebentar lagi gerbang akan ditutup. Ia mengambil kuncinya dinakas. Keyvan melajukan mobilnya dengan kencang.

Tin...tin...tin....

Pak Udin nergegas membukakan gerbang untuk dama.
"pagi den dama" sapa pak Udin.
"Hm" balas Dama dengan wajah datarnya. Pak Udin hanya tersenyum sudah mengenal sifat Dama. Mobil Ferrari berwarna hitam itu memasuki daerah parkiran. Dama keluar dari mobil dengan angkuhnya, ia berjalan dengan santai melewati setiap lorong. Dama memutar bola mata malas ketika mendengar pekikan-pekikan histeris gadis yang tidak sengaja bertemu di kolidor.

"Wihhh big bos telat juga" ujar Aska menepuk bahu Dama dan langsung di tepis oleh pemilik bahu.
"Buset dah bos, sakit hati babang Aska" ucap Aska mengusap tangannya.
"Salah sendiri, udah tau bos gak suka di pegang!" Ucap Gland memuat Aska mendengus kesal.

Dama yang notabenenya cowok berkepribadian cuek, langsung masuk memasuki kelasnya bersama Aska dan Gland tanpa mengetuk terlebih dahulu.
"Siapa yang nyuruh kalian bertiga duduk" Tegur Bu Sri membuat langkah ketiga orang tersebut berhenti.

"Sekarang apa lagi alasan kalian datang terlambat? Tiba-tiba lupa jalan ke sekolah, ayam kalian nikah dengan tetangga sebelah atau kucing kalian hamil tanpa suami" Bu Sri berkacak pinggang, Aska dan Gland hanya meringis sedangkan Dama masih memasang wajah datarnya.

"Ibu tau aja deh....pasti ibu kepoin kita bertiga...ayo ngaku" ucap Aska dengan cengiran khasnya.
"Inget umur buk, Ibu itu udah tua kalau kita rajin belajar. Takutnya Ibu kalah pinter dibanding kami" ucap gland mengangkat dagunya.

"Kalian anak gak punya sopan santun, bosen ibu liat muka kalian bertiga" ucap Bu Sri berkacak pinggang menunjuk wajah mereka satu persatu menggunakan spidol.
"Ibu pikir kita gak bosen liat muka Ibu gitu-gitu aja....masih mending kita ganteng lah Ibu?" Ucap Aska membuat darah Bu Sri mendidih hingga ke ubun-ubun.

"Kalau semua siswa seperti kalian bisa mati muda saya" ucap Bu sri memijat dahinya. Sedangkan Dama tanpa berkata apapun langsung melenggang dari kelas.

"Ibu gak mungkin mati muda setara umur ibu udah kepala 5" ucap Gland berlari menyusul dama sehingga mengundang tawa seluruh kelas.
"Ibu Sri sayangkuh cintahku my lovely baby bunny sweaty que.....Aska yang imut ganteng nan ngemesi ini mau nyusul bos dan gland dulu ya" ucap Aska mencium punggung tangan bu Sri.
☆♡☆

Dama berjalan dengan wajah datarnya menuruni anak tangga terakhir, kedua tangannya dimasukam kedalam saku celana. Pandangannya teralih melihat tiga orang siswi yang sedang membully anak kelas 10.

"Lo harus sadar! Disini lo itu cuma anak biasiswa"ucap gadis paling kanan mendorong bahu gadis itu hingga punggung terbentur tembok.
"Akh sakit kak Dina, memang kenapa kalau aku siswa penerima biasiswa? Dan kenapa kalian selalu membully aku dari kita SD sampai sekarang" Ucap Icha memberanikan diri. Ya, gadis yang sedang dibully itu adalah Icha.
"Ohh lo udah berani ngelawan ya sekarang" ucap Ara menjambak rambut Icha.

"Udahlah Ra, kita kunci anak gak tau diri ini di gudang peralatan" usul shely.
"Setuju gue. Biar dia tau dimana posisinya yang sebenarnya. Kalau babu ya babu aja jangan berharap buat jadi tuan putri" ucap Sandra menimpali.

ketiganya menyeringai dan menyeret Icha menuju gudang peralatan dibelakang. Icha hanya mampu menagis berharap ada seseorang yang bisa menolongnya.

¤¤¤

Sekian dulu untuk part satu yaa....aku harap kalian suka dan yang paling penting jangan lupa untuk vote dan komen:)

MACHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang