Ceklek
Suara kunci dibuka membuyarkan lamunan Icha. Ia sudah memakai seragam lengkap. Icha cukup bersyukur karena Anita tidak mengunci dirinya terlalu lama. Hari ini Icha berencana berangkat lebih awal dan dia sudah menyiapkan sarapan untuk Anita dan Ara.
Icha menghembuskan napas berat melihat roti yang sudah terhidang rapi di hadapannya.
" Eh jalang siapa yang memberi lo izin untuk makan!" Seru Ara mengagetkan Icha.
"Icha laper kak" lirih Icha
"Gak ada jatah makan buat kamu. Cepat menyingkir dari hadapan kita" ucap Anita penuh penekanan.Dengan langkah gontai Icha menyusuri jalanan yang mulai padat dengan kendaraan. Sialnya, dari sekian banyak kendaraan yang berlalu lalang tidak ada satu pun anggot yang melintas. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti dihapadannya. Kaca mobil turun menampilkan sang pemilik.
"Naik"
"Eh enggak usah, kak Dama duluan aja Icha mau nunggu anggot " tolak Icha halus.Dama berdecak kesal turun dari mobilnya. "Cerewet" ucap Dama dengan datarnya. Icha yang tangannya ditarik dan dipaksa memasuki mobil hanya menghela nafas berat. Dadanya serasa sesak apakan ia harus selalu diperlakukan seperti ini.
Setetes air mata lolos jatuh ke pipi Icha tanpa diminta, tetesan itu semakin banyak tanpa bisa Icha cegah. Dama yang sudah memasuki mobil mengerjit binggung. Apakah ia melakukan kesalahan?"Ngapain nagis?" Tanya Dama dingin tapi dibalik itu tersirat perasaan khawatir melihat Icha menagis.
"Icha cuma sedih kenapa sebagian besar orang enggak bisa bersifat lembut ke Icha selalu aja kasar gak di tarik di dorong, gak di jambak di tampar." Icha tertawa hambar, terkesan curhat memang bahkan Icha tidak bisa menahan isakannya.Dama yang binggung langsung membawa Icha ke pelukannya, ia bisa merasakan penderitaan yang dialami gadis itu.. Disana Icha menangis sejadi-jadinya bahkan seragam Dama sudah basah oleh air matanya. Terakhir yang Icha lakukan adalah mengelap ingusnya di pundak Dama tapi anehnya Dama tidak merasa jijik atau marah padahal jika ada yang berani menyentuh dirinya dama tak yakin orang itu akan selamat dari amukannya. Lalu apa yang ia lakukan pada Icha? Dirinya malah mengelus dan berusaha menenangkan Icha.
"Sttt maaf" ucap Dama tulus.Tidak terdengar lagi isak tangis Icha membuat Dama menghela nafas lega. Icha sudah lama tidak merasakan pelukan senyaman ini kecuali dengan papanya. Hingga tanpa sadar Icha terlelap didada orang yang memaksa menjadi kekasihnya.
Dama tecengang mendengar suara denguran alus, sepertinya dia baru menyadari jika Icha ketiduran. "Anjir tidur"
Dama mengumpat dalam hati bisa-bisanya gadis itu tidur di posisi dan diwaktu masih sepagi ini. Dama membenarkan posisi Icha agar gadis itu merasa nyaman, posisi mereka sekarang sangatlah dekat Dama bisa merasakan hembusan nafas Icha menerpa wajahnya. Matanya teralih melihat wajah kecil dan pipi cuby Icha, bibir tipis dengan bulu mata yang lentik. Disingkirkannya rambut nakal Icha yang beraninya menutupi paras cantik gadis-nya."Tunggu! Cantik? Kayaknya nih mata perlu cek ke THT deh sampek gak bisa bedain gadis cantik dengan kampungan" Dama membatih heran. Dia menggelengkan kepala terlebih dahulu sebelum mobilnya membelah jalanan yang mulai padat.
***Dama dengan sengaja mengerem mobilnya sedikit kasar sehingga Icha yang tidur terlonjak kaget, untung saja dirinya memakai selt beht jika tidak pasti jidatnya akan maju 5 senti.
"ALLAH WAKBAR DEMI YESUS KRISTUS DAN IDA SANG HYANG WIDI WASA GEMPAAAAAA hfff____" Icha menatap tajam Dama yang dengan baik hatinya menyumpal mulut Icha dengan tissu dan dibalas tatapan dingin oleh Dama."Berisik!" Dama tanpa dosa turun dari mobilnya meninggalkan Icha yang sudah mencak-mencak tidak jelas di dalam mobil.
"IHH KAK DAMA JAHAT! DIKIRA MULUT ICHA TONG SAMPAH APA!" pekik IchaDama memandang Icha malas, sungguh ini pertama kalinya ia menemukan perempuan yang tingkahnya seabsturl Icha.
"Gila! Turun!" Ucap Dama datar. Icha turun mencabikkan bibirnya berjalan melewati Dama tanpa menoleh sedikit pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
MACHA
Teen FictionAwalnya hidupku bahagia perlahan kebahagianku berubah menjadi kesengsaraan. Awalnya aku berpikir bahwa dia pangeran berkuda putih yang akan menolongku. Tapi, aku salah dia tidak lebih hanyalah seorang iblis yang menyerupai pangeran. Akan tetapi, ci...