Chapter 6: Cepat Selamatkan!

208 54 18
                                    

Putri Gardenia berseru lantang, "semuanya naik ke atas tunggangan!" Entah sejak kapan ia membangunkan Thor dan mengambil alih kemudi tanpa sepengetahuan Badudu, pemiliknya. Badudu melompat naik ke atas boncengan sang putri.

Riki segera menghampiri Zid, dan menungganginya. Didudukkannya Callista di depannya agar tidak terjatuh. Zid dan Thor segera lepas landas mengudara. Dari atas langit para prajurit kegelapan itu terlihat sangat jelas. Mata-mata mereka menyala terang bagai mata serigala dalam kegelapan. Mereka bersiap melemparkan pisau-pisau bermata dua laksana melempar cakram logam yang amat berbahaya. Prajurit-prajurit itu berseliweran melayangkan cakram andalan masing-masing. Sayang, Riki dan rombongannya telah terbang tinggi. Mereka tak mampu menjangkau apa lagi mengejarnya.

"Riki, aku paham maksud ayahmu!" teriak Putri Gardenia mendekatkan Thor dengan Zid.

Riki menoleh kepadanya meminta penjelasan lebih lanjut. Putri Gardenia menyuruhnya untuk menancapkan batu emerald yang dimilikinya ke ujung tanduk Zid. Tanpa berpikir panjang, Riki segera mencobanya. Dicabutnya salah satu batu emerald yang ada pada punggung tangannya, kemudian ditempelkan pada ujung tanduk Zid yang hanya satu.

"Sekarang perintahkan Zid untuk membuka kubah itu!" lanjut Putri Gardenia.

Riki menggebah Zid untuk melakukannya. Zid mendekati kubah kaca Corundum yang memancarkan cahaya kekuning-kuningan. Keajaiban terjadi! Kubah itu tidak terbelah sama sekali. Sebuah pusaran di atas kubah muncul begitu saja setelah Zid melakukan apa yang diperintahkan Riki kepadanya. Pusaran itu menghisap Riki dan yang lainnya. Semua terperosok ke dalam pusaran yang berputar maha dahsyat itu.

Riki dan yang lainnya terjatuh ke tanah. Mereka tak sadarkan diri. Mungkin puncak kubah itu terlalu tinggi bagi mereka. Ditambah lagi pusaran yang menghisap tubuh mereka terlalu kencang membawa mereka berputar sehingga membuat mereka kehilangan kesadaran. Pandangan Riki berubah menjadi gelap. Begitu juga dengan yang lain. Riki kembali tertidur dan terbangun di dunia nyata.

==00==00==00•00==00==00==

Atlanta dan Rhean mengibaskan tangan di hadapan wajah Riki. Berkali-kali mereka mengguncang bahu Riki, tapi remaja itu tak kunjung sadar. "Habis kesambet apa sih dia?" seloroh Atlanta penasaran.

Rhean mengangkat bahu. "Jangan-jangan dia kesambet kuntilanak yang kemarin pagi ngajakin dia pulang ke kuburan!" tubuhnya bergidik ketakutan.

"Ngaco lo, ah! Omongan lo mulai ngelantur ya!" ditoyornya kepala Rhean oleh Atlanta senewen. "Mana ada kuntilanak yang muncul pagi-pagi di sekolah!"

"Lo nggak tahu sih. Kemarin waktu kami nganterin si Callista ke UKS, katanya Riki ngedenger suara seorang cewek yang mau ngajakin dia pulang. Padahal di ruang UKS cuma ada kami bertiga. Lo sama teman-teman yang lain udah balik ke kelas. Menurut lo suara siapa coba?" kilas Rhean menceritakan kejadian tempo hari lalu.

"Alah, palingan itu suara cewek yang kebetulan lewat aja!" Atlanta menyangsikan perkataan sahabatnya.

"Gue udah cek ke luar jendela. Gak ada siapa-siapa di luar. Lagian suara itu cuma Riki yang dengar. Sumpah gue aja merinding ngedenger ceritanya. Buru-buru gue seret dia ke kelas sebelum ada kejadian lain yang bisa lebih gawat lagi!" runut Rhean dengan mimik serius.

"Ah, udahlah! Gue nggak mau denger cerita yang aneh-aneh. Zaman sekarang tuh udah canggih. Palingan itu halusinasi si Riki doang!" Atlanta menutup kedua telinganya.

"Woy, Rik. Denger gak tuh apa yang dibilang sama si Atlanta barusan?" teriak Rhean persis di depan telinga Riki. Sontak remaja itu terkesiap dari lamunannya.

Ksatria BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang