Chapter 12: Perang Dimulai

189 47 5
                                    

Segera dapatkan bukunya ya 😊

BRUGH!Riki dan teman-temannya terjatuh dari salah satu pulau melayang yang terdapat di dalam Corundum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRUGH!
Riki dan teman-temannya terjatuh dari salah satu pulau melayang yang terdapat di dalam Corundum. Tubuh mereka terpelanting dan merasa sedikit kesakitan setelah berbenturan dengan tanah. Terlebih Nia yang belum terbiasa dengan semua ini. Ia mengaduh. Untung Rhean segera membantunya berdiri.
"Nia punya batu ajaib kan?" tanya Rhean kepada gadis lembut itu.
Kening Nia mengernyit. "Batu ajaib?" tanyanya bingung. Ia tidak menyadari kalau sebenarnya batu Ruby terpasang di cuping telinganya. Ukurannya begitu kecil hanya beberapa mili.
Rhean kemudian menunjukkan batu Safir yang dimilikinya. Dengan batu itu rasa sakit yang dialaminya menjadi hilang. Tetapi perhatian Nia teralih setelah melihat Viral tergeletak di dekatnya. Tidurnya tampak pulas dan tidak mendengkur. "Aih, Viral kalau tidur imut sekali!" Nia berdecak mengagumi remaja ganteng itu. Lantas ia menghampiri Callista dan berterima kasih padanya.
"Buat apa berterima kasih sama gue?" sikap Callista masih jutek seperti biasanya.
Nia mengungkapkan bahwa ia tahu sebenarnya Callista cemburu padanya karena Nia terus mendekati Theodore. Sehingga Callista merasa patah hati dan sengaja mengalihkan perhatiannya kepada Viral.
"Dasar bodoh! Gue bawa si Viral ke sini karena dia adalah ksatria bintang yang sedang kita cari!" Callista menggemertakkan rahangnya. Mendengar perkataan seperti itu membuat Nia melongo.
Viral menggeliatkan tubuhnya. "Duh, ada apa sih ribut-ribut?"
Ia masih belum menyadari tempatnya berada sekarang. Begitu ia mengucek kedua matanya, ia sangat kaget dan merasa sangat asing.
"Ya, selamat datang kembali ke duniamu, ksatria bintang Virgo!" Callista memberinya sambutan.
Beberapa saat kemudian peri itu memberinya penjelasan panjang lebar tentang asal-usul si pemuda di dunia mimpi, sama seperti yang dilakukannya dulu ketika menjemput Riki di kehidupan nyata. Tidak berbeda pula dengan Rhean dan Nia, Viral sempat tak memercayai perkataan Callista. Ia kembali teringat seharusnya ia sedang berada di tengah arena api unggun. Seharusnya saat ini dia sedang menyatakan cinta pada seorang gadis yang dipujanya. Segera ia bangun dan mencari seseorang di sekelilingnya.
"Tenanglah! Orang yang elo cari juga ada di sini," Callista menjentikkan jarinya.
Theodore muncul di hadapan mereka. Peri sibar-sibar itu menyingkap jubah yang dipakainya. Dari balik punggungnya keluarlah seorang gadis bertubuh ramping dan berjubah sangat modis.
"Loyd!" seru Viral memanggil gadis itu.
"Good job, Theodore!" Callista mengacungkan ibu jempolnya seraya mengedipkan sebelah mata kepada sang paman. Sekali tepuk dua ekor lalat tertangkap.
Rhean menarik napas lega. Setidaknya bukan Atlanta yang dijemput oleh Callista dan Theodore. Loyd sangat takjub melihat keajaiban-keajaiban yang terdapat di dalam Corundum. Sementara Viral asalkan Loyd ada bersamanya, ia sudah merasa tenang meskipun ia merasa sangat aneh dengan pemandangan yang dilihatnya. Ia juga merasa risih dengan jubah yang dipakai oleh semua orang. Ia pikir ia sedang berada di dunia fiksi fantasi seperti dalam film yang sering ditontonnya bersama Loyd.
"Yang Mulia baik-baik saja?" Thor datang bersama Zid dan Putri Gardenia membawakan Riki kitab bintang. Riki sangat senang melihat kondisi Thor yang sudah pulih. "Semua berkat gelembung bunga Ratu Florina!" Thor tersenyum hangat.
"Aih, rambutmu keren sekali!" Loyd mengagumi keindahan rambut Thor yang dapat berubah warna dalam hitungan detik.
"Sudah tidak ada waktu lagi!" sela Theodore membuat kitab bintang melayang-layang di udara dalam keadaan terbuka. Semua mata terpana melihatnya. Kitab itu tak hanya mengeluarkan cahaya, tetapi juga sebuah tameng raksasa transparan berkilau keemasan. Melalui tangannya, Theodore memancarkan air kehidupan ke atas tameng itu guna memulihkan ingatan para ksatria bintang secara total. Peri sibar-sibar itu menyadari sesuatu. Ingatan Riki yang telah dipulihkan oleh Flip belum kembali sepenuhnya. Tidak seharusnya demikian, karena Flip adalah penguasa air kehidupan. Flip juga penguasa waktu dunia mimpi. Bila ingatan Riki tidak kembali secara menyeluruh, pasti orang yang telah mengembalikan ingatannya bukanlah Flip. Melainkan... Flop!
"Sekarang, bentuk formasi tujuh!" seru Theodore kemudian.
"Tapi jumlah mereka belum melebihi dari separuh ksatria bintang!" kepala Callista menoleh pada Theodore yang dibalas dengan sebuah seringai.
Badudu, Zid, Thor, Putri Gardenia, dan juga Riki tersentak. Mereka baru ingat perkataan Theodore tadi malam yang menyatakan bahwa penyerangan terhadap Darkus dapat dilakukan bila jumlah ksatria bintang sudah ada lebih dari separuhnya. Itu berarti diperlukan sedikitnya tujuh orang untuk dapat melakukan penyerangan, sedangkan saat ini jumlah ksatria bintang yang terkumpul baru mencapai enam orang.
"Kau lupa ya, Callista, kalau dirimu juga adalah seorang ksatria bintang?" Theodore kembali menyeringai.
Putri Gardenia menepuk keningnya. "Betul sekali peri capungku yang tampan! Dia adalah seorang ksatria bintang! Dia terlahir dari batu biduri bulan yang diciptakan oleh Zururu bersama Flip dan Flop!"
"Apa? Tetapi mengapa aku tidak mengingat hal itu?" Callista tak percaya.
"Karena ingatanmu sebagai ksatria bintang telah dicabut oleh Zururu, sang maha guru. Ingatanmu yang tersisa hanyalah ingatan sebagai seorang peri!" ungkap Putri Gardenia. Putri negeri bunga itu bersikap seolah-olah Callista harus berterima kasih padanya karena ia sudah tidak memihak Darkus lagi. Sebab bila tidak, mungkin saat ini Callista masih belum menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari ksatria bintang.
Riki dan teman-temannya segera melompat ke atas tameng dan menduduki salah satu lingkar meditasi yang terdapat di atasnya. Hanya dalam beberapa menit ingatan semua para ksatria bintang yang terhapus kembali masuk ke dalam memori kenangan mereka. Perjuangan yang telah mereka lakukan selama ini sebagai prajurit kecil kembali menyeruak di benak mereka. Saat pendaran cahaya yang dikeluarkan oleh kitab bintang menyurut, semua jatuh terduduk di rerumputan. "Yang Mulia Pangeran!" semua ksatria bersimpuh memberi salam penghormatan kepada Riki.
Riki bangkit berdiri mengobarkan semangat para ksatria bintang. "Siapa kita?" serunya lantang. Para ksatria bintang melayangkan tinju ke udara secara bersamaan. "Kita adalah ksatria bintang!"
Putri Gardenia tersenyum riang. "Wah, wah, aku suka ini. Pertempuran akan segera dimulai!"
Selagi para ksatria bintang mulai bergerak keluar meninggalkan Corundum, diam-diam Theodore pergi meninggalkan mereka menuju istana untuk memastikan keraguan di pikirannya bahwa Flip sebenarnya adalah Flop, ayahnya. Kubah penutup Zona Arteal Corundum langsung terbuka menerangi negeri bunga yang selama ini diliputi kegelapan. Para prajurit kegelapan yang sudah lama menantikan keluarnya para ksatria bintang menghadang di angkasa, bersiap melayangkan pisau-pisau bermata dua. Jumlah mereka cukup banyak, tetapi para ksatria bintang tak gentar menghadapi mereka. Riki sudah bersiap dengan tongkat zamrud peninggalan ayahnya. Rhean segera menyiapkan panah bermata emas senjata andalannya. Alan sudah lama menghunuskan pedang bara api kebanggaannya. Nia amat anggun memangku harpa kesayangannya. Viral berancang-ancang menggenggam rantai halilintar.
Sementara Loyd meski tak memiliki senjata, tangannya sudah bersiap untuk menirukan gerakan-gerakan lawan. Karena keahlian yang dimilikinya adalah menyerang balik lawan dengan menscan senjata yang sama terlebih dahulu melalui kaca pelindung matanya. Setelah proses scanning selesai, secara ajaib kedua tangannya dapat mengkloning senjata-senjata lawan dengan sangat cepat untuk kemudian digunakannya. Hebatnya senjata lawan yang telah digandakannya berkekuatan ratusan kali lipat, sehingga lawan dapat dipatahkan olehnya.
Callista sebagai seorang peri hanya mengandalkan ajian mantra yang dikuasainya. Namun ada kalanya ia dapat menggunakan kantung ajaib yang dimilikinya untuk mengeluarkan apa saja yang diinginkannya.
"Akhirnya keluar juga kalian, semut-semut kecil!" ucap salah seorang prajurit kegelapan. Dia adalah Baduda, salah seorang saudara Badudu yang tewas terbunuh saat melawan Darkus sembilan tahun yang lalu.
"Oh ya? Jangan pernah menganggap enteng semut, ya! Karena meski kecil, gigitannya cukup menyakitkan!" Loyd menimpali ucapan Baduda.
Tanpa komando dari siapa pun, pertempuran terjadi begitu saja. Cakram-cakram logam yang dilayangkan oleh para prajurit kegelapan berseliweran di udara beradu hantam dengan tongkat zamrud Riki, pedang bara api Alan, panah emas Rhean, dan rantai halilintar Viral. Callista meloncat-loncat tinggi menghindari serangan, sedangkan Nia duduk anggun di tepi salah satu pulau melayang sembari memainkan harpa kesayangannya. Permainannya menghasilkan melodi yang begitu indah namun memekakkan telinga para prajurit kegelapan. Gendang telinga para prajurit itu langsung pecah seketika begitu mendengar harmonisasi permainan Nia.
"Gunakan penutup telinga!" perintah Budada kepada para prajurit kegelapan lainnya. Ia juga salah seorang saudara Badudu yang tewas melawan Darkus pada pertempuran sembilan tahun yang lalu.
Putri Gardenia, Zid, Thor, dan Badudu turut andil dalam pertempuran kali ini. Dengan segenap kekuatan yang mereka miliki, mereka berusaha melawan pisau-pisau beracun yang terus dikeluarkan oleh para prajurit kegelapan. Zid dan Thor telah menjelma menjadi kuda sembrani kembali. Keduanya terbang ditunggangi Putri Gardenia dan Badudu. Gelembung-gelembung sabun yang dikeluarkan Putri Gardenia berhasil membutakan mata sebagian kecil prajurit kegelapan. Tak ayal pula sebagian dari mereka mengalami batuk darah karena menelan gelembung-gelembung berbahaya itu. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Badudu untuk menghunjamkan pedangnya kepada mereka. "Heyyaah..." Badudu pun beraksi.
Putri Gardenia melompat turun dari atas tunggangan Zid, menyuruh Riki untuk menggantikan posisinya. Riki berakrobat naik dan berdiri di atas Zid. Setelah kuda pegasus kesayangannya meluncur di udara, Riki bersalto sambil memutar-mutar tongkatnya dan berhasil memukul beberapa orang prajurit kegelapan sekaligus. "Keren!" puji Rhean padanya.
Semakin lama pertempuran semakin memanas. Cakram-cakram logam yang dilayangkan oleh para prajurit kegelapan terus bertambah. Alan berteriak lantang memanggil Darkus agar keluar dari persembunyiannya. "Hei ksatria kegelapan, aku rasa rumahmu sudah tidak mati lampu lagi sekarang! Tidakkah cahaya yang kami miliki ini amat menyilaukan?" tantangnya jemawa. Akan tetapi percuma. Darkus tak kunjung menampakkan batang hidungnya. Sesuai undangan yang disampaikannya kepada Riki, ksatria kegelapan itu menantikan kedatangan para ksatria bintang di istananya.
Panah-panah emas yang diluncurkan oleh Rhean menimbulkan beberapa ledakan tatkala panah-panah itu beradu hantam dengan cakram-cakram logam pisau bermata dua yang sangat mematikan. Percikan-percikan api kian berkobar di berbagai penjuru karena gesekan antarsenjata. Uniknya, panah-panah emas Rhean dapat meliuk-liuk membentuk lingkaran api dan bergerak seperti komet yang berpendar di angkasa. Tidak sedikit prajurit kegelapan yang berhasil tertancap panahnya. Lantas mereka terbakar hangus dan berubah menjadi abu hanya dalam sekejap.
Para prajurit kegelapan telah memakai helm pelindung kepala sehingga mereka terhindar dari melodi permainan harpa Nia dan gelembung-gelembung membutakan mata yang dikeluarkan Putri Gardenia. Mereka terkekeh menertawakan serangan-serangan yang dilakukan oleh kedua perempuan itu. Nia kelelahan dan segera menghentikan permainannya, lebih tepatnya menantikan momen yang tepat untuk memainkan harpanya lagi. Begitu para prajurit kegelapan mulai menyerangnya lagi, Nia pun kembali memainkan harpanya. Nia sangat kelabakan menghadapi serangan mereka kali ini. Dialihkannya pandangannya kepada Loyd.
Sejak awal gadis itu hanya berdiri di atas salah satu pulau. Namun setelah Nia menyorotkan pandangan kepadanya, ia mengerti bahwa sudah saat baginya untuk segera beraksi. Tiba-tiba saja di tangannya sudah menggenggam beberapa cakram logam yang sangat serupa dengan cakram logam yang dilayangkan oleh para prajurit kegelapan. Viral menoleh ke arahnya. Pemuda itu tampak sedang kesulitan menarik kepala salah seorang prajurit kegelapan dengan menggunakan rantai halilintarnya. Loyd mengangguk mengerti. Segera dibagikannya cakram-cakram logam hasil kloningannya kepada semua ksatria bintang. Putri Gardenia dan Badudu turut mendapat bagian. Bersama-sama mereka segera melemparkan cakram-cakram itu ke arah lawan. Hanya dalam hitungan detik cakram-cakram itu berputar seperti bumerang dan berhasil mengenai tubuh para prajurit kegelapan. Ledakan maha dahsyat pun tak terelakkan. Habis sudah riwayat mereka.
Berhasil! Para ksatria bintang beradu tos bersama Putri Gardenia dan Badudu. Zid dan Thor meringkik turun. Kedua kuda sembrani itu turut merasa senang melihat kemenangan mereka memberantas para prajurit kegelapan. Theodore yang baru saja kembali dari istana, memberi pujian kepada Loyd karena berkatnyalah senjata prajurit kegelapan dapat digandakan dan digunakan untuk membinasakan pasukan berjubah hitam. Loyd sedikit tersipu mendapat pujian darinya.
Di kejauhan terlihat jelas sejumlah semak kristal yang merupakan kuburan para prajurit dunia mimpi berangsur-angsur menghilang seiring lenyapnya tubuh para prajurit kegelapan yang telah berhasil dikalahkan. Riki bertanya kepada Putri Gardenia apakah mereka kembali hidup sebagai prajurit dunia mimpi seperti sebelumnya. Putri Gardenia mengangguk menjawab pertanyaan keponakannya. "Ya, mereka kembali ke istana untuk melindungi ibumu!" jawab Putri Gardenia melalui telepati.
Badudu tersenyum kepada Riki penuh arti. Ia sangat berterima kasih kepada ksatria bintang karena telah mengembalikan saudara-saudaranya. Saat ini mereka pasti sedang menantikan kepulangannya di rumah. Tetapi Badudu telah memutuskan untuk turut berjuang bersama para ksatria bintang. Ia adalah pengawal yang sangat setia.
Tak jauh dari Zona Arteal Corundum tempat mereka berada terlihat juga sebuah kubah zona arteal lainnya yang telah terbuka. Theodore menjelaskan kalau zona arteal tersebut bernama Amorfis, tempat di mana selama ini Viral dan Loyd bersemayam. Masih terdapat tiga zona arteal lagi yang tertutup. Di dalam ketiga zona arteal itu belum tentu ditemukan lima ksatria bintang lainnya. Karena Zururu sengaja menciptakan sebagian dari zona arteal itu untuk melindungi penduduk dunia mimpi dari serangan Darkus. Ada kemungkinan lima orang ksatria bintang yang belum mereka temukan memang jatuh ke dalam jurang kematian saat bertempur melawan Darkus sembilan tahun lalu.
Riki belum dapat bernapas lega. Ia harus memimpin rombongannya melakukan penyerangan ke istana kegelapan, tempat di mana Darkus berada. Nia dan Rhean belum mau melanjutkan perjalanan. Keduanya begitu kompak mengeluarkan sesuatu dari dalam tas yang mereka bawa. "Tara! Saatnya kita selfie dulu!" cengiran mereka begitu lebar mengeluarkan kamera dan ponsel.
Riki menepuk kening. Tak dapat dipungkiri olehnya, dunia mimpi memang sangat indah. Sungguh ia tak menyangka kedua sahabatnya itu sangat 'preparative'. Sempat-sempatnya mereka membawa gadget ke dunia mimpi. Tanpa disadari sebenarnya ia pun membawa beberapa barang kesayangannya dari dunia nyata: kamera pro beserta tripod, tablet, iPad, notebook, dan lain-lain. Sebelum makan malam dan acara api unggun berlangsung ia sengaja menitipkan tasnya kepada Callista, dan dimasukkan olehnya ke dalam kantung ajaib milik sang peri. Jadilah barang-barang pribadi miliknya terbawa ke dalam dunia mimpi.
Yah, sekali-sekali boleh juga berselfie! Pikir Riki. Ia mengarahkan tripod miliknya bergantian setelah Nia membidik beberapa gambar dengan kamera milik Rhean. Semua berpose amat ceria, terkecuali Theodore yang selalu menampilkan mimik serius. Background pemandangan di belakang mereka luar biasa indah. Siapa pun yang melihatnya akan mengira itu di surga.
Callista mengibaskan rambutnya. "Sebenarnya kalian tidak perlu repot membawa kamera dan ponsel hanya untuk berselfie!" jarinya yang lentik menggosok-gosok hidungnya yang bangir. Tangannya yang lain melepaskan kaca pelindung mata yang dipakainya.
"Lihatlah!" serunya. Kemudian dilemparkannya kaca pelindung miliknya ke udara. Ajaib! Kaca yang menyatu dengan headphone pelindung telinga dan berbentuk menyerupai helm half-face tanpa penutup kepala itu bergerak sendiri seperti mesin otomatis mengubah bentuk dirinya menjadi sebuah drone. Lalu drone itu mengeluarkan blitz, memotret, dan merekam semua objek secara otomatis. Beberapa saat setelahnya drone itu berubah bentuk menjadi benda-benda lain: kamera, bomb booster, bahkan sebuah pesawat tempur mini.
Para ksatria bintang sangat takjub melihat kecanggihan alat itu. Kemudian mereka mencoba miliknya masing-masing. Alan mengubahnya menjadi roket mini, Rhean mengubahnya menjadi torpedo, Nia dan Loyd mengubahnya menjadi proyektor, sedangkan Viral mengubahnya menjadi satelit. Hanya dalam beberapa saat kelakuan para ksatria bintang berubah norak dan udik. Tidak jauh berbeda dengan momen ketika Riki pertama kali kembali ke dunia mimpi dan membuat Callista sewot padanya.

Ksatria BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang