Untuk apa sih dia kesini?
Aku berdecak kesal saat melihat dirinya. Aku terus membuang muka, berharap agar dia pergi dan hanya berniat untuk sekedar melihat kelasku saja. Namun, sudah hampir satu menit, aku masih bisa mendengar suara murid perempuan yang masih riuh.
"Zifeng, pacarmu." gurau Shengnan sambil menyenggol sikuku, ia mengatakan hal itu nyaris seperti berbisik. Aku mendengus lalu melotot kearahnya. Aku bangkut, dan melihat kearah Junkai.
Junkai tersenyum lebar dan melambai-lambaikan tangannya seolah menyuruhku untuk pergi menghampirinya. Tepat saat dirinya melambai-lambaikan tangannya, pandangan semua orang tertuju padaku. Aku berjalan kearah Junkai dan bersikap untuk tetap tenang.
Aku berdiri di hadapannya, lalu mendongakkan kepalaku dan memberikannya tatapan datar untuk sebentar. Aku menarik pergelangan tangannya menjauhi kelas. Hal itu sukses membuat semua orang, maksudku, hanya murid wanita.
"Untuk apa kesini?" tanya ku malas saat diriku dengannya telah berada cukup jauh dari kelas. Junkai tetap tersenyum lebar.
"Salah?" tanya nya kembali, singkat. Aku menghela nafasku pelan, lalu menggelengkan kepalaku.
"Tidak juga, sih" jawabku nyaris bergumam. "Maksudku, kenapa kau tidak berada dikelas saja?"
Junkai menatapku datar. Tak berapa lama kemudian, alisnya terlihat tertaut. Ia menahan gelak tawanya saat aku bertanya seperti itu.
"Kau pikir aku ini anak yang sangat rajin sehingga pada saat jam istirahat masih menetap didalam kelas sambil membaca buku pelajaran, begitu?" sindir Junkai masih tetap menahan gelak tawanya. Aku terdiam, aku masih berusaha menahan kekesalanku. Kalau aku memarahinya, aku akan dicap sebagai seorang gadis yang sangat tak tahu diuntung oleh para fans pangeran gila ini.
"Ayo. Cepat temani aku makan di kantin," ajak Junkai secara tiba-tiba, ia juga menarik pergelangan tanganku menuju kantin. Aku terkejut, mataku nyaris saja membulat. Wajahku memanas.
Ini pertama kalinya aku seperti ini disekolah. Junkai, yang pertama kali berhasil merebutnya. Pegangan tangan pertamaku dengan seorang laki laki—kontak fisik.
"Hei, kau!" gerutuku kesal. Aku berjalan dibelakangnya, sedangkan tangannya masih memegang pergelangan tanganku. Aku menundukkan kepalaku saat merasakan banyaknya orang yang melihat kami sekarang. Aku dengannya menjadi pusat perhatian.
Apalagi, lokasi kantin yang berdekatan dengan lantai dimana kelas dua belas berada, membuat banyak murid perempuan senior menatapku dengan sinis. Ck. Aku malas jika harus begini.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Aku berjalan kearah meja yang ditempati Junkai sambil membawa nampan yang diatas nya terletak dua buah sup dan minuman. Aku meletakkannya didepan Junkai, dan satunya lagi untukku. Aku menyimpan nampan.
"Aku sengaja memilihkan sup yang tidak ada bawang, ataupun sejenisnya untukmu." ucap ku datar sekaligus tanpa menoleh sedikitpun kearah Junkai. Aku mulai menyiapkan sumpit.
Junkai menatap sup yang berada didepannya dengan tatapan aneh, ia memandang kearahku.
"Kau masih berpikir jika aku ini adalah seorang vampire, huh? Nona Zhang?" tanya Junkai heran, dahinya mengernyit.
Untung saja saat ini kami mengambil tempat duduk yang berada paling ujung. Jadi, tidak akan ada orang yang akan datang kemari. Topik pembicaraan ini aman dari pendengaran manusia.
"Tentu saja. Kau selalu berbohong padaku." jawabku asal. Aku memakan salah satu tofu yang berada didalam sup, sedikit.
Junkai mendengus sebal dan juga menyiapkan sumpitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Was in My Dream
FanfictionDia... Seseorang yang kutemui beberapa yang lalu didalam mimpiku, ternyata benar-benar kutemui didunia nyata. Tapi, sayangnya dia.... Bukanlah seorang manusia. Dia, 'seorang' pangeran muda dan memiliki takhta tinggi disebuah Valhalla vampire di se...