Déjà vu

762 89 2
                                    

Aku melompat turun dari kuda yang kunaiki. Diikuti dengan Junkai yang juga melompat turun dari kuda yang ia tunggangi.

Saat ia sudah berdiri diatas rerumputan hijau ini, ia melihat sekeliling.

Sepi. Ya, sekeliling ini sepi. Karena itulah ia mulai membuka jubahnya dan memperlihatkan wajahnya secara bebas kepadaku.

Aku masih tetap terdiam. Masih tetap dihantui rasa terkejut dan juga ketidak percayaan. Aku mundur selangkah, menjaga jarak dengan Junkai.

Aku melihat sekitar tempat kini aku datangi. Sebuah tempat seperti hutan belantara yang tidak terlalu rimbun dan sebuah sungai dangkal namun jernih yang berada ditengah padang rumput yang luas ini, atau, lebih tepatnya disebelahku sekarang.

"Tempat ini..." Aku bergumam.

Rasa-rasanya aku seperti pernah mendatangi tempat ini. Tapi...aku tak ingat kapan aku mendatangi tempat aneh ini.

Aku pun segera mengalihkan pandanganku dari keadaan sekitar. Aku melihat kearah Junkai saat pria itu berbicara kepadaku.

"Kenapa kau bisa ada diluar tadi, hah?" Ucap Junkai tampak menatapku kesal. Aku mengernyit.
"Memangnya...apa salahnya?" Tanya ku heran. "Aku hanya ingin keluar, hm...ya. Itu saja" Ucapku sedikit memikirkan perkataanku.
"Sia-sia!" Junkai langsung menyergah perkataanku dengan culas.

Aku sedikit tersentak mendengar perkataannya.

Sia-sia?

A..apa maksudnya?

"Oh, maksudku, kau tak akan bisa menemukan jalan keluar disini." Ucapnya lagi setelah menetralkan nafasnya. Ia kemudian memandangku datar. "Kau terjebak disini."

Aku terlonjak kaget mendengar ucapannya. Aku memandangnya tak percaya. Namun, Junkai tetap memandangku serius.

"Terjebak?" Aku mengulang kembali perkataannya bingung. Junkai mengangguk mantap. Seolah, apa yang ia ucapkan itu fakta.
"Manusia itu memang lambat berpikir, ya?" Ucapnya malas. "Mendekat. Aku akan beritahukan mu sesuatu." Jelasnya dingin dan mengisyaratkan tangannya agar sedikit mendekatkan tubuhku kearahnya.

Aku tertegun mendengar perintahnya.

Tidak.

Tidak. Aku tidak ingin termakan tipu muslihatnya. Secara, dia adalah pria mesum yang baru kukenal. Aku harus menjaga jarak.

Tapi...

Aku juga ingin mengetahui fakta tentang apa maksudnya dengan 'terjebak'.

"Oh, man." Junkai mendesah. "Aku bukan pria mesum yang kau pikirkan. Tenang saja. Aku tak akan berbuat macam-macam. Hanya memberimu sedikit hal tentang tempat ini, dan setelah itu, beres. Deal?" Junkai melihat kearahku serius dan lekat saat mengatakan hal itu. Aku menatapnya ragu sebelum aku menghela nafasku panjang untuk mengiyakan perkataannya.

Aku melangkah maju sedikit demi sedikit. Aku menghentikan langkahku saat diriku berada kira-kira 100 cm didepannya. Junkai menghela nafasnya kasar saat melihatku begitu ragu-ragu. Ia kemudian memutuskan untuk berjalan mendekatiku dan kini berhenti sangat dekat didepanku.

He Was in My DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang