Setiap saat pikiran-pikiran mendapat simpul-simpul informasi, informasi yang terus mengalir tanpa henti sepanjang hari. Melalui mata, melalui telinga, hidung, lidah dan berbagai indera perasa lainnya pikiran kita terhubung dengan dunia luar. Setiap aktivitas panca indera terus beraktivitas menyajikan informasi. Mereka tanpa henti terus membombardir pikiran. Tak ayal interaksi keduanya melahirkan berbagai anak pikiran yang berupa keinginan-keinginan.
Salah satu contoh ketika mata melihat barang yang menarik dari salah satu etalase toko, atau melihat seorang gadis cantik nan seksi yang tengah melenggang dihadapannya. Akan timbul banyak konflik, pertanyaan dan perseteruan di dalam pikiran. Wow betapa bagus dan mahalnya barang itu ya? Kira-kira berapa ya harganya? Seandainya aku mampu membelinya? Atau wow betapa menariknya gadis itu? Siapa ya namanya? Maukah ya ia berkencan denganku?
Setiap pikiran yang terlahir dalam konflik akan menarik dan melahirkan pikiran-pikiran yang lain. Demikian pula yang terjadi ketika keinginan-keinginan kita terus bermunculan, keinginan yang berada pada pikiran-pikiran yang kacau, akan banyak melahirkan kegelisahan. Dan penderitaan yang banyak menghinggapi dari setiap kita selalu terbentuk karena tak terwujudnya suatu keinginan kita. Sang Buddha yang telah tercerahkan, yang telah begitu terlatih dalam pengendalian diri telah menyimpulkan bahwa ‘ Keinginan adalah sumber utama penderitaan manusia’. Keinginan sumber dari setiap permasalahan.
Namun dalam kenyataan hidup, ternyata setiap keinginan yang telah terpenuhi maupun yang belum tercapai akan selalu menyeret kita kedalam arus keinginan yang lebih beragam dan tak berujung. Setiap keinginan melahirkan banyak keinginan-keinginan yang lain. Tak pernah berkesudahan. Setiap manusia fana selalu terjerat dalam arus ini, sehingga ia sering menandai setiap kehidupannya dengan ukuran pencapaian, mereka mengidentifikasi dirinya dengan keberhasilan dan kesuksesan. Dengan pencapaian-pencapaian dari setiap keinginan.
Dan untuk merealisasikan mewujudkan setiap impiannya sering mereka menghabiskan banyak waktu, sumber daya bahkan energi mereka. Suatu kegiatan yang luar biasa, namun terlihat sering sekali para manusia fana terlupa akan tujuan kehadirannya terlahir di kehidupan ini, bahwa essensi keberadaan ini, untuk belajar mengenali hakekat dirinya yang lebih luas. Ia hadir hanya sebagai tamu, yang datang mengunjungi bumi untuk belajar dan membebaskan diri dari jeratan ilusif pemahaman.
Kuota dan jatah hidup sebagai manusia fana di batasi oleh waktu, umur mereka terbatas. Namun manusia fana sering terjebak dalam penjara konsep yang terlahir dari pikiran-pikiran mereka yang kacau. Satu masa kehidupan sering tersia-siakan begitu saja. Sepertinya tiada yang istimewa, hanya itu-itu saja yang terjadi dan menjadi tema dalam kehidupannya. Pencapaian-pencapaian dan ukuran-ukuran yang kasat mata, Dalam tolok ukur pemahaman yang semu.
Melihat lebih kedalam, kedalam pemahaman yang lebih mendalam para suci telah melihat sumber dari setiap keinginan dan permasalahan, mereka melihat akar dari setiap permasalahan ini adalah pikiran yang melahirkan keinginan-keinginan.
Dalam kesementaraan fisik dan kekekalan jiwa, mereka melihat celah, celah yang mampu digunakan untuk mengembalikan para manusia fana kedalam kesadaran akan jati dirinya. Untuk membakar setiap persoalanya. Dengan mengurai seriap persoalan hingga taraf yang paling hakiki. Dengan cara mengenali diri, instropeksi diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagai Kisah Buddhis dan lain-lain (Complete)
SpiritualBerbagai kisah, cerita, renungan dan lain-lain. SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA (semoga semua makhluk hidup bahagia) Semoga cerita ini bermanfaat