Banyak hal yang mendasari seseorang untuk menulis, untuk menarikan pena dalam lembaran-lembaran kertas kosong, maupun mengisi layar dokument pada layar computer dengan sekedar mengetik tuts-tuts pada keyboard. Banyak cara dan media yang dapat digunakan, sekian banyak karya terlahir dengan berbagai motif yang melatar-belakanginya. Orang bisa berbagi ide-ide, meninggalkan pesan-pesan tertentu, ataupun menuangkan kepentingan-kepentingan yang lain, ataupun hanya untuk sekedar iseng belaka. Bermodalkan dari sekedar hobby banyak membaca, ataupun berbekal setumpuk pengalaman pribadi, seseorang dapat menyalurkan buah pemikirannya melalui guratan-guratan kata. Melalui rangkaian yang tersusun rapi dalam sebuah tulisan, sebuah karya tulis.
Melalui serangkaian kata-kata, melalui sederet makna yang saling terhubung seseorang bisa mengurai setiap keresahan yang kerap bersarang di dalam benaknya. Seseorang bisa menyalurkan pemikiran-pemikirannya, menuangkan gagasan-gagasan. Ataupun menyampaikan curhatan isi hatinya.
Lewat tulisan seseorang bisa belajar berimajinasi, belajar berbagi, ataupun sekedar berlatih menguji kemampuannya dalam menuangkan berbagai hal, seseorang bisa berlatih. Meski tampil dalam bahasa yang masih terasa kasar dan kaku, meski belum halus dan terkesan menggurui namun dalam bathin yang terdalam, sesungguhnya setiap orang bisa belajar, yah seseorang bisa banyak belajar, belajar banyak, belajar melalui tulisan.
Para pemikir-pemikir besar, para filsuf besar dimasa lampau terkenal juga karena tulis-tulisannya yang kritis, karena tulis-tulisannya yang menginspirasi, dan membuka wacana dan wawasan baru. Memang bukan apa-apa sih, tapi setidaknya kita bisa curhat dan menumpahkan isi hati lewat serangkaian kata dalam tulisan. Lewat tulisan seseorang setidaknya kita bisa memahami apa dan siapa seseorang sesungguhnya.
Memang jauhlah diri ini dari kesempurnaan, namun lewat guratan kata-kata ku ingin mencoba membuka topeng-topeng yang selama ini menghiasi wajahku. Mengelupas kedok-kedok yang selama ini kerap menipu diri. Dengan mencoba menuliskan sesuatu yang menurutku baik. Meski semua hal itu semua itu masih berupa tataran wacana, baru sekedar konsep-konsep dan teori sebatas pemahamanku saja. Tapi siapa yang bisa melarang?
Menulis sesuatu yang baik adalah sebuah pekerjaan yang menuntut kejujuran dari dalam, bukan sekedar nyanyian burung beo yang penuh dengan bualan. Menulis memerlukan ketulusan, dan itu butuh nyali. Butuh keselarasan antara pemikiran dalam kertas dan tindakan nyata dalam keseharian. Sesuatu yang memang sangat sulit dilakukan. Yah menulis dapat dijadikan sarana untuk terus mengingatkan kekilafan diri yang setiap saat menghampiri. Lewat media seperti ini pikiran seseorang akan menjadi lebih terfokus sekaligus lebih ekspansif dalam menjelajah ruang-ruang pemahaman. Ini akan sangat menguntungkan untuk membatasi kita dari hal-hal yang tidak perlu. Karena dengan sendirinya alur-alur kebijaksanaan akan bercokol dalam arus pengetahuan yang rendah hati. Ini adalah bahasa saya sendiri ‘arus pengetahuan yang rendah hati’, karena kami memahami bahwa pengetahuan bukan segala-galanya. Namun demikian ia melandasi hampir segalanya.
Mari kita menulis, meski kita menulis hanya karena kita senang menulis, meski itu berjalan tanpa sebuah penghargaan. Meski itu berjalan bukan untuk menaikan sebuah rating, mendapat pujian, mengais royalty ataupun untuk sekedar mendongkrak popularitas.
Sebuah karya tulis yang indah dan sarat makna, terlahir dan bertumbuh dari nilai-nilai hikmah dari pergulatan bathin yang panjang dari pengalaman seseorang, dari pendalaman bathin seseorang terhadap sesuatu hal dalam hidupnya. Seseorang bisa menyanyi lewat kata-kata yang terangkai dalam tulisan. Seseorang dapat merekam setiap ide-idenya, setiap buah pemikirannya, ataupun menangkap sebuah pemahaman lalu menuliskanya, membukukannya. Dan itu tidak dilarang, dan justru itu mendukung program pemerintah dalam memberatas masyarakat buta huruf. Hehe …..
Karya tulis yang mendalam dan terlahir dari hasrat-hasrat yang terdalam dan tersembunyi adalah seperti membuat rancangan bagi masa depan. Kita sedang menancapkan memori, yang suatu saat kelak nisa kita akses kembali, kita sedang membenamkan serangkaian chip-chip pada tubuh kehidupan melalui pemikiran kita, salah satunya lewat rekaman tulisan kita. Kelak bila kita tiada maka warisan pemikiran kita bisa digali oleh anak cucu, asal data-datanya tidak hilang.
Seseorang dapat terbuka mata bathinnya karena kata-katanya sendiri. Setiap apa yang kita lempar pada keberadaan, pada kekosongan akan kembali kepada hal yang sepadan. Menulis untuk mengurau resah, menulis untuk berbagi, menulis untuk bereksplorasi, menulis untuk meniti kedalam diri. Terserah kita mau memilih yang mana, yang penting suka dan tidak menyakiti melukai yang lain so lanjut …..
Maka marilah kita menuliskan hal-hal yang baik, meski kita belum baik. Marilah kita mencoba jujur dengan diri sendiri, meski dalam batasan tulisan semua masih berupa wacana, berupa teori, namun ketika mengurainya sampai ke sudut-sudut terdalam dari benak. Menuliskan hal-hal yang baik adalah sebuah upaya, meski kita belum tentu baik. Namun dalam rentang waktu yang tersedia, kelak benih-benih itu akan berbuah.
Bagiku, tulisan adalah sebuah pengingat, bahwa kita pernah ada, pernah mentas dalam panggung kehidupan. Meski tidak meninggalkan warisan apa-apa, namun apa yang telah kita tulis, akan terekam. Meski kita tidak lagi bersama. Mari menulis dan tinggalkan jejak kaki di muka bumi!
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagai Kisah Buddhis dan lain-lain (Complete)
SpiritualBerbagai kisah, cerita, renungan dan lain-lain. SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA (semoga semua makhluk hidup bahagia) Semoga cerita ini bermanfaat