Dikatakan bahwa cucu perempuan perumah tangga Anathapindika yang masih kecil, diberi sebuah boneka roti oleh pengasuhnya. Pengasuh itu mengatakan ‘Pakailah ini untuk bermain-main.’ Dia memang menganggap anak itu sebagai anaknya sendiri. Namun suatu hari ketika bermain-main dengan boneka itu, anak itu kurang berhati-hati sehingga bonekanya jatuh dan patah. Tangisnya pun meledak, ‘Anakku meninggal.’ Tak seorang pun dari para pelayan yang mampu menghentikan tangis anak itu.
Pada saat itu, Sang Guru sedang duduk di tempat yang telah dipersiapkan di rumah perumah-tangga Anathapindika, dan pedagang yang amat kaya itu duduk di dekat Sang Buddha. Si pengasuh membawa masuk si anak itu untuk menghadap kakeknya. Ketika Anathapindika melihatnya, dia berkata,’Mengapa anak ini menangis?’ Pengasuhnya kemudian menceritakan apa yang telah terjadi pada pedagang kaya itu. Anathapindika memangku anak itu dan menghiburnya. Dia berkata, ‘Kakek akan memberikan dana makanan atas nama anakmu itu,’ dan kemudian berkata kepada Sang Guru, ‘Saya ingin memberikan dana makanan atas nama cicit saya, boneka roti ini. Saya mohon Yang Mulia menerima undangan saya kepada Bhante beserta lima ratus bhikkhu untuk makan besok.’ Sang Buddha tidak berkata apa-apa tanda setuju. Maka pada hari berikutnya, bersama lima ratus bhikkhu, Sang Buddha pergi ke rumah pedagang kaya raya itu. Sesudah selesai makan, Sang Buddha mengucapkan syair-syair ini untuk mengungkapkan penghargaan Beliau:
1. ‘Dengan rasa hormat terhadap siapapun juga, yang seharusnya diberi dana oleh orang yang tidak-egois, entah dengan rasa hormat terhadap peta-peta terdahulu atau, terlebih lagi, terhadap devata-devata rumah tangga.
2. Dan Empat Raja Agung, penjaga-penjaga dunia termasyhur, yaitu Kuvera, Dhatarattha, Virupakkha dan Virulhaka, – bila ini semua dihormati, para pemberi tidaklah mungkin tanpa buah.
3. Tidak ada ratap-tangis, kesedihan atau kesusahan lain apapun yang dapat memberikan manfaat bagi para peta walaupun sanak saudara mereka tetap melakukan hal-hal itu.
4. Namun dana yang telah dilakukan dan dengan kokoh ditanamkan pada Sangha ini akan segera memberikan akibat, dan memberikan manfaat jangka panjang bagi mereka.’1. Di sini dengan rasa hormat terhadap siapapun juga (yam kincarammanam katva): dengan rasa hormat terhadap, atas nama, siapapun lainnya, seseorang (berpartisipasi) di dalam ritual-ritual yang menjanjikan keberhasilan dll. Seharusnya diberi (dana) oleh : dhajja=dhadeyya (bentuk tata bahasa alternatif). Yang tidak-egois (amacchari): orang yang tidak egois menjadi demikian karena tidak adanya rasa-mementingkan-diri-sendiri yang bercirikan ketidak-mampuan (untuk berbagi) keberuntungan mereka dengan yang lain. Karena memiliki sifat kedermawanan, mereka seharusnya memberi setelah menjauhkan noda-noda hati seperti misalnya keegoisan dan keserakahan dll. -demikianlah artinya. Entah dengan rasa hormat terhadap peta-peta terdahulu (pubbe pete ca arabbha): apakah atas nama nenek moyang terdahulu. Devata-devata rumah tangga (vatthudevata): dengan rasa hormat terhadap para devata yang menghuni rumah dan tanahnya dll. -demikianlah hal ini harus ditafsirkan. Atau, terlebih lagi (atha va) menunjukkan bahwa mereka harus memberikan dana dengan rasa hormat terhadap dewa atau manusia lain dan siapapun juga.
2. Di sini, setelah menyatakan ‘dan Empat Raja Agung’, yang menunjukkan beberapa dewa yang terkenal di antara para dewa, dia kembali [18] mengatakan ‘Kuvera’ dll. untuk menyebutkan namanya. Di sini Kuvera (Kuveram) : Vessavana. Dhatarattha (Dhatarattham) dll. adalah nama tiga penjaga alam lain. Bila ini semua dihormati (te c’eva pujita honti): bila Raja-raja Agung, para peta terdahulu, dan para devata rumah tangga ini dihormati melalui tindakan atas nama mereka. Para pemberi tidaklah mungkin tanpa buah (dayaka ca anipphala): para pemberi, mereka yang memberikan dana atas nama yang lain, sama sekali tidak berarti tanpa buah; mereka juga akan memetik buah dari dana mereka sendiri. Lalu, untuk menunjukkan bahwa mereka yang meratap, berduka dan bersedih karena kematian keluarganya sebenarnya tidak melakukan sesuatu yang bermanfaat dan hanya menyiksa diri sendiri, Beliau mengucapkan syair (yang bermula dengan: ) ‘Tidak ada ratap tangis.’
3. Di sini ratap tangis : runnam = ruditam (bentuk tata bahasa alternatif), kucuran air mata. Kata-kata lainnya menyatakan bahwa hal ini seharusnya tidak dilakukan. Kesedihan (soko): berduka, menyiksa hati, yang berarti terbakar di dalam. Kesusahan lain apapun (ya c’anna paridevana) berarti kesusahan selain ratap tangis dan kesedihan, seperti misalnya bergumam ‘Di manakah putra tunggalku?’ dll., juga seharusnya tidak dilakukan. Kata ‘atau’ (va) di manapun juga berarti suatu pilihan. Tidak (ada ratap tangis) yang dapat memberikan manfaat bagi peta (na tam petassa atthaya): karena tidak satupun dari ratap tangis atau kesedihan atau kesusahan yang dapat membantu atau bermanfaat bagi peta yang sudah meninggal, maka tidak usahlah melakukannya, walaupun sanak saudara mereka yang tolol4 tetap saja melakukannya – demikianlah artinya. Setelah menunjukkan bahwa ratap tangis dll. tidak ada maknanya, kemudian Beliau mengucapkan syair (yang bermula dengan : ) ‘Namun dana’ untuk menunjukkan kegunaan dana yang dilakukan terhadap Sangha oleh si pemberi yang memiliki rasa hormat terhadap peta-peta terdahulu dll.
4. Di sini ini (ayam): Sang Buddha berbicara dengan menunjuk pada dana di hadapan Beliau yang diberikan oleh si pemberi. Tetapi (ca) adalah kata (yang menunjukkan) sesuatu yang ditambahkan. Beliau menjelaskan perbedaannya dengan melanjutkan bahwa meskipun ratap tangis dll. Itu tidak bermanfaat -baik bagi para peta maupun bagi orang lain- namun tidak demikian halnya dengan dana ini. Dana ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi mereka. Kho (tidak diterjemahkan) digunakan untuk penekanan. Dana (dakkhina): pemberian dana. Dengan kokoh ditanamkan pada Sangha (Sanghamhi suppatitthita): kokoh ditanamkan di dalam Sangha yang merupakan ladang-jasa yang tak ada bandingnya. Manfaat jangka panjang bagi mereka (digharattam hitay’ assa): kebaikan, yang bermanfaat, bagi peta itu untuk jangka waktu yang lama. Akan segera memberikan akibat (thanaso upakappati): dana itu langsung memberikan akibat, artinya tidak ada waktu sela. Memang demikianlah peraturannya di sini: jika para peta menyatakan penghargaan pada waktu suatu persembahan diberikan atas nama mereka, mereka segera merasa lega (dari penderitaannya) lewat buah perbuatan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Berbagai Kisah Buddhis dan lain-lain (Complete)
SpiritualBerbagai kisah, cerita, renungan dan lain-lain. SABBE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA (semoga semua makhluk hidup bahagia) Semoga cerita ini bermanfaat