Ruangan dengan dinding berbatu marmer warna putih itu terlihat sepi. Hanya dua orang berambut gelap menjadi penghuni ruangan itu. Seorang pemuda dengan mata hijau seterang kutukan Avada Kedavra itu menatap sendu pemuda lain yang terbaring diatas kasur. Tangannya menyisir halus rambut hitam malam pemuda yang terbaring. Bibirnya tak berhenti memohon pada siapa saja yang mendengarkannya, meminta agar pemuda sakit ini bangun dari tidurnya. Tangan lainnya menggenggam tangan pucat pemuda itu dan membawanya ke bibirnya
Permohonannya di kabulkan. Mata yang terpejam rapat selama lebih dari dua minggu itu perlahan bergerak. Sedikit demi sedikit terbuka, menampilkan onix hitam yang sedikit berkabut. Mata itu mengerjap beberapa kali sebelum terfokus pada pemuda yang duduk di samping tempat tidurnya.
"Damn, bahkan setelah mati pun aku masih melihat Potter" dia berkata serak.
Pemuda yang diejek itu tersenyum sebelum kemudian tertawa. Dia mengusap airmata disudut matanya.
"Maaf Profesor, sepertinya peruntunganmu buruk"
Dia masih terkikik geli hingga pemuda yang baru bangun itu meng-glarenya. Pemuda bermata hijau berusaha meredam tawanya agar tidak menambah kesal Profesornya.
"Selamat datang kembali di living world Profesor."
Terperanjat, sang Profesor berusaha bangun dari posisinya. Tapi badannya sakit, kakinya juga susah di gerakkan seperti sudah bertahun-tahun tak digunakan. Pemuda bermata hijau segera menahan Profesornya, dan mendorong badannya agar kembali berbaring.
"Jangan terlalu banyak bergerak, kau baru saja bangun."
Profesornya ingin berbicara, namun yang terjadi dia terbatuk. Pemuda bermata hijau segera memberinya segelas air. Si pemuda hijau itu membantunya minum dengan perlahan. Air dingin itu segera membasuh tenggorokannya yang kering.Si mata hijau juga membantu mengatur bantal, agar profesornya bisa bersandar dengan nyaman.
"Potter, apa yang terjadi? perang?"
"Perang sudah berakhir lebih dari dua minggu yang lalu"
"Dan bagaimana aku masih hidup?"
"Itu.."
"Explain!"
"Well, setelah aku melihat memorimu, aku mengamuk. Aku tidak ingin menjadi seperti katamu - pig for slaughter- jadi aku menemui Voldy dan memintanya untuk mundur agar aku bisa kembali ke Shrieking Shack dan menyelamatkanmu"
"Kau tidak menjelaskan bagaimana kau minta Dark Lord mundur"
Si mata hijau menunduk dan memainkan jarinya dengan gestur gugup. Profersornya mulai merasa jengkel dan terus mengglarenya. Pemuda yang dia glare semakin gugup dan mengalihkan pandangannya ke samping, apapun yang jelas bukan wajah profesornya.
"Potter.."
"Aku datang ke Forbidden Forest untuk menemuinya disana dan aku...err...melampiaskan kekesalanku padanya dengan menceritakan semua kehidupanku dan mmm... sedikit mem-blackmail-nya."
"Kau mem-blaickmail Dark Lord?!"
"Apapun kulakukan demi segera menyelamatkanmu. Kau digigit ular berbisa dengan horcrux di dalamnya. Walaupun kau sudah minum antidote, belum tentu kau selamat jika tidak segera di tangani. Beruntung Voldy tidak berulah dan mau mundur dari Hogwarts"
Profesor Snape menghela napas lelah. Dia memijit pangkal hidungnya seperti kebiasaannya saat dia sedang frustasi.
"Kau belum menjelaskan bagaimana kau menyelamatkanku"
"Aku memberimu antidote yang ada di saku bajumu dan berusaha menghentikan pendarahan sebisa mungkin. Setelah itu aku membawamu ke Veela Court. Sangat beresiko memang, tapi aku tidak mau kau dibawa ke St.Mungo. Setelah healer dari Veela Court menyatakanmu stabil, kau dipindahkan kesini. Kalau ingin tahu detailnya, kau bisa tanya pada Healer Fint. Ah..iya benar, aku harus hubungi healer."
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden brat and his Shadow Knight (Complete)
FanfictionSiapa bilang aku mau jadi that's damn Golden Boy. Screw up with that you egoitical megalomaniac Dark Lord. Snape x Harry Warning: Dumbledore Bashing. Dark!Harry, Good!Snape, another tag will be add Peringkat #7 severussnape -16 May 2018 Peringkat #1...