Ah, sial!
Hari ini Marsha terlambat datang ke sekolah gara-gara kemarin habis nonton film horror Japan Riaru Onigoko yang kata Marsha seram jika di nonton sendirian sekitar jam 11 malam.
Jantung Marsha deg-degan kala dirinya ketakukan saat jika tertangkap basah oleh bu Indriyani. Selain takut pada Mamanya, ia juga takut kepada guru itu.
“Bu Indriyani ada gak ya..” Marsha terus bergumam ketika melangkahkan kakinya sepanjang koridor sekolah. Koridor itu sangat sepi, bikin bulu kuduk merinding.
Matanya terus melirik kanan-kiri-depan-belakang. Takutnya bu Indriyani muncul tiba-tiba kayak hantunya insidious yang bisa bikin jantungan.
Ah, leganya.
Akhirnya sampailah perempuan itu didepan pintu kelasnya yang tertutup rapat kayak ruang guru yang kalau lagi rapat pasti pintu itu tertutup rapat. Marsha mendekatkan telinganya di pintu tersebut, hanya untuk memastikan apakah ada guru didalam kelas itu atau tidak. Hanya ada suara berisik dari dalam. Bukan berisik seperti mengerjakan tugas didepan papan tulis. Bukan.
Tanpa ragu, cewek itu memutar kenop pintu itu hingga akhirnya terbuka.
“Marsha ibab!”
“Gue kira bu Lili yang datang”
Marsha hanya cengengesan kepada teman-temannya yang protes karena dirinya mengagetkan teman-teman kelasnya.
“Bu Lili, mana? Kok gak ada?,” Tanya Marsha kepada Fingka sahabatnya yang duduk persis disampingnya.
Fingka menoleh sekilas lalu melanjutkan acara chattingnya. “Don't know. Udah setengah jam bu Lili gak masuk dikelas.” jawab Fingka.
Marsha menganggukan kepalanya tanda mengerti. Lalu perhatian matanya tertuju pada baju sekolah Fingka. “Lo cuma pake bra doang?”
Aktivitas Fingka selesai lalu menoleh ke samping. Fingka menganggukan kepalanya. “Iya, emang kenapa?,” Tanya Fingka santai.
Marsha berdecak kesal. “Baju lo kependekan,” komentar Marsha, “Bikin bra lo keliatan warnanya.”
“Pendeknya baju lo sama baju gue sama kali!”
Sekali lagi Marsha berdecak kesal. “Bra lo keliatan anjingg!”
“Yaudah sih, gapapa. Slow aja!” ujar Fingka masih santai.
“Tap–,”
“Iya gue tau nanti bakal dibilangin cewek gatel, gak tau malu gara-gara baju ku kependekan dan ditambah gue gak pakai tanktop yang cuma pake bra warna merah doang. Gak masalah gue dinilai. Suka-suka mereka.”
Tanpa banyak kata lagi, akhirnya Marsha diam setelah mendengar omongan Fingka dan melihat mata Fingka dengan sorot terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of My Heart
Teen FictionJika aku berharap padanya, kenapa harus ada rasa suka, cinta, sayang, lalu sakit hati?