Setelah bunyi bel pertanda jam sekolah berakhir Marsha pulang sendiri menggunakan taksi yang memakan ongkos lumayan banyak. Tepat tadi Marsha terus melihat Ardan yang tertawa, membuat Ardan tiba-tiba salah tingkah.
Marsha yang melihat itu justru tertawa kecil dan mengejek Ardan. Ardan yang tidak terima diejek, akhirnya menggelitik perutnya dan pemandangan itu membuat teman-teman kelasnya mengurungkan niatnya untuk pulang.
“Ardan, ih! Geli tau!” Marsha memberontak kala tangan jahil Ardan masih menggelitik pinggangnya.
Disisi lain, Ardan malah menggeleng tegas. “Gak! Siapa suruh lo ngeledekin gue? Dapet kan balesannya!” Ardan tertawa cekikan melihat Marsha masih berusaha membuat Ardan menyerah.
Dengan rasa kasihan dan puas akhirnya laki-laki itu tidak lagi menggelitik pinggang Marsha. Marsha bernapas lega dan menenggakkan badannya yang sempat tadi tertunduk. “Ngapain lo semua tinggal disitu? Pulang sana!” usir Marsha galak saat melihat sekumpulan para manusia yang melihat kejadian tadi.
“Bangsat!” gumam salah satu siswi sebelum ingin melangkahkan kakinya.
Marsha yang mendengar umpatan itu langsung naik pitam dan menghampiri siswi itu yang Marsha sudah kenal suaranya. “Tadi lo bilang apa? Bangsat?” cecar Marsha, “Coba dong ulangi apa yang tadi lo bilang. Gue pengen denger sekali lagi.” Marsha tertawa mengejek sekaligus menatap siswi itu yang tak kalah menatapnya tajam.
Siswi itu tersenyum miring. “Emang kenapa? Emang bener kan kelakuan lo itu mirip bangsat?” kekeh perempuan itu. “Kelakuan aja udah bangsat apalagi sifatnya.”
Hampir saja tangan kanan Marsha melayangkan tamparannya pada pipi perempuan itu kala ada yang menahannya. “Jangan main tampar. Lo mau masuk BK cuma gara-gara ini? Gue sih ogah!” bisik Ardan yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.
Wajah perempuan itu memerah, tangannya terkepal kuat. Dan itu Marsha tambah naik pitam. Matanya kembali menatap perempuan didepannya itu, masih tersenyum miring. “Kelakuan dan sifat gue mirip bangsat? Iya? Masa' sih?” Marsha tertawa mengejek dan menampilkan wajahnya seakan berkata 'Lo permaluin gue didepan Ardan dan siap-siap lo juga gue permaluin didepan Ardan!'
“Oh, mungkin kalau lo terbangsat kali, ya? Mana ada siswi kayak kita mainnya sama om-om? Ngasih virgin kesana-sini?”
Wajah siswi itu sudah pucat pasi, keringat dingin mulai muncul di permukaan wajahnya, serta tak lupa tangannya terkepal kuat. “Kok diem sih, Ta? Trus tuh muka ngapain jadi pucat gitu?” ejek Marsha merasa menang.
“Ya emang sih sifat dan sikap gue seperti bangsat. Tapi, ya gue sama lo itu beda. Gue gak senakal kayak lo! Tiap malam juga gue dirumah, tapi gak setiap malam gue dirumah, karena lo tau biasanya gue palingan jalan-jalan. Jalan-jalan itu kayak kesana kesini, bukan ngasih virgin gue untuk orang lain.” cecar Marsha santai.
Siswi itu masih diam.
“Lo tau kan gue itu bukan anak gaul. Gue gaulnya cuma di kompleks perumahan gue aja. Iya sih pakaian sekolah gue emang hampir sexy, tapi ya gak ada salahnya sih.”
Dan kali ini wajah perempuan itu sangat menjadi pucat, matanya berkaca-kaca. Apa yang dilakukan Marsha kali ini diluar dugaannya. Setiap perkataan Marsha menusuk relung hatinya, seperti menggoreskan hati kecilnya.
Marsha tersenyum mengejek setelah melihat mata siswi itu berkaca-kaca lalu tanpa banyak kata lagi, ia mengambil tasnya. Sebelum melangkah pergi bersama Ardan, ia membisikkan sesuatu disana. “Gue gak akan kalah dari lo kali ini!”
***
“Arghhhhhhh bitch!” umpat Marsha ketika sampai dirumah.
Marsha tak habis pikir dengan jalan pikirannya kali ini. Kenapa ia sejahat itu pada Kanita? Sungguh ucapan Marsha tadi diluar kendalinya. Ia kecoplosan. Tapi itu juga salah Kanita yang tiba-tiba berumpat mengatainya bangsat. Siapa juga coba yang terima di katain bicara kotor? Pasti gak ada. Yang terima di hina begitu cuma orang gila.
Marsha mengambil ponselnya lalu mengetikkan sesuatu disana. Tepatnya mengirimi chat pada seseorang.
MarshaAngela : Dan, menurut lo tadi gue udah keterlaluan, ya? 😶
Belum ada juga balasan.
Perempuan itu tiduran diatas kasur dan masih mengenakan pakaian sekolahnya yang mejadi kusut. Pikirannya melayang kejadian tadi, dimana ia berdua bersama Ardan seperti dunia milik mereka berdua, dan juga Kanita.
Marsha tersentak kaget saat ponselnya bergetar.
ArdanGamaliel : Kalau menurut gue sih, iya lo udah keterlaluan. Gak tau deh itu anak gimana perasaannya.
Membaca kalimat ambigu dari Ardan membuat Marsha marah. Apa maksudnya coba?
MarshaAngela : Yaudah sih biarin aja. Emang itu anak dendamnya sama gue gak pernah ilang! Percaya deh.. ✌
MarshaAngela : Perasaan apasih? Lo punya perasaan sama Kanita? Iya?!
Marsha menggeram kesal. Dia jadi mau meninju wajah Ardan saat ini kalau memang Ardan punya perasaan lebih pada Kanita yang notabenenya adalah musuhnya sejak ia mulai sedikit nakal disekolah.
ArdanGamaliel : Iya percaya kok 😘
“WHAT?!” Marsha terpekik kaget saat melihat emoticon apa yang Ardan berikan.
ArdanGamaliel : Gak ada lah. Gue gak punya perasaan sama dia!
Ardan Gamaliel : Itu emoticonnya salah ya! Gue salah pencet 😑😏
Marsha menggeleng tidak percaya. Dengan keberanian dan tekad, Marsha membalas chat Ardan.
MarshaAngela : Gue udah nyaman sama lo. I hope you know it. GN 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Piece Of My Heart
Teen FictionJika aku berharap padanya, kenapa harus ada rasa suka, cinta, sayang, lalu sakit hati?