7

1.3K 70 3
                                    

“Bang Saldi mau sampai kapan giniin dia? Dia itu perempuan yang cinta sama Abang, tapi Abang sama sekali gak cinta sama dia.”

Samar-samar Ardan mendengar suara perempuan yang akhir-akhir ini dekat dengannya. Dengan langkah pelan namun pasti, Ardan mendekati suara itu.

Disana, Marsha sedang berhadapan dengan cowok bertubuh tinggi. “Kalau emang Abang gak cinta sama dia kenapa malah mempertahanin hubungan itu?! Kenapa Abang gak putus aja sama dia?!” Ardan meringis kala melihat Marsha berkacak pinggang dan marah-marah.

Sedangkan cowok yang dihadapan Marsha hanya menatapnya datar tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Sampai saat ini Marsha capek sendiri dengan Abangnya yang tidak punya hati. “Asal Abang tau dia itu punya kata menyerah dalam hidupnya ketika orang yang dia cintai gak mencintainya balik,” Marsha tersenyum sinis. “Ingat Bang, Karma gak salah alamat. Lo udah sia-siain cintanya yang tulus tanpa lo balas.”

Dicelah kaca itu Ardan bisa melihat bahwa Marsha berjalan cepat-cepat tanpa melihat kanan-kiri yang memang sekolahnya sudah sepi. Mungkin hanya mereka bertiga yang masih ada.

Cepat-cepat Ardan menyusul Marsha, tanpa memperdulikan umpatan kakak Marsha kala mengetahui Ardan mendengar obrolan mereka. Hingga hampir sampai di gerbang, Ardan berhasil meraih pergelangan tangan kanan Marsha dan menariknya.

Marsha terpekik kaget namun itu hanya sebentar. “Kenapa?” Marsha bertanya sambil menyeka air matanya.

“Lo berantem sama dia?”

Dahi Marsha mengernyit lalu mengangguk dan menghela nafas. “Iya,”

“Gegara masalah apa?”

“Kepo!”

Ardan mendelik kesal. “Yaudah, kalo lo gak mau ngasih tau gue, lo gue depak dari hidup gue! Mau lo?” ancamnya yang mendapat gelengan keras dari Marsha.

“Ihh! Kesel gue sama lo!”

“Gue kalo lagi ngomong gak pernah bercanda.”

Daripada gue didepak dari hidup Ardan mending gue ngasih tau,batinnya.

“Okey deh. Gue ngasih tau lo didalam mobil aja, sekalian lo anterin gue pulang.” Marsha tersenyum manis.

Ardan mendesis dan mencibir kala ia melihat Marsha sudah jalan lebih dulu. “Cantik-cantik tapi gak punya modal untuk pulang.”

“Gue dengar Ardan!” Marsha berteriak tanpa berbalik badan, membuat Ardan lagi-lagi mencibir.

🎈🎈🎈

“Jadi?”

Marsha menoleh, “Jadi? Jadi apa? Jadian?”

Laki-laki disamping Marsha hanya menghela nafas jengah menghadapi tingkah Marsha yang membuatnya selalu ingin mengumpat menyebutkan nama-nama hewan.

“Bukan.” Ardan menggeleng.

Marsha manarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya lewat bibir. “Bang Saldi punya pacar namanya Tiara. Tiara sama Bang Saldi itu pacarannya udah hampir sebulan, tapi selama mereka pacaran Bang Saldi sifatnya ke Tiara mirip kek orang asing padahal mereka itu sepasang kekasih,” Marsha menjeda, “Tiara cinta sama Abang gue tapi ya gitu Abang gue gak cinta. Dulu Abang gue bilang dia gak suka sama Tiara tapi entah gimana kejadiannya mereka pacaran. Dan gue gak tau gimana hati Tiara menghadapi hubungannya sama Abang gue.”

Ardan gelagapan ketika melihat cewek disampingnya tiba-tiba menangis. “Gue kasihan ngeliat dia. Gue liat cuman Tiara yang mencoba memberikan warna sama hubungan itu. Gue ngerasain sakitnya gimana.” Marsha masih menangis. Tapi kali ini air matanya sangat deras.

Mobil yang dikendarai Ardan dan Marsha terhenti disamping bahu jalan. Lalu tanpa aba-aba dan rasa canggung, Ardan menarik tubuh Marsha kedalam pelukannya. Didalam pelukan Ardan, Marsha menegang sebentar lalu kembali menangis. “Gue gak mau kalau nanti kita pacaran cuma gue yang berjuang. Gue gak mau.”

Piece Of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang