8

916 36 1
                                    

Mobil Ardan tiba didepan rumah minimalis milik keluarga Marsha. Rumah dengan lantai satu, ditambah disekeliling rumah itu terdapat tanaman berbagai macam.

Marsha keluar dari mobil itu lalu diikuti Ardan keluar dari arah pengemudi. “Abang lo udah pulang?” Ardan melirik ke arah halaman rumah Marsha yang terdapat mobil yang dipakai Saldi tiap hari.

Marsha mengangguk dengan malas, “iya.”

Lalu, Ardan melihat wajah Marsha, menyentuh wajah perempuan itu dengan lembut, menghapus sisa air mata Marsha yang masih ada tepat dibawah kantung mata gadis itu. Sejenak Marsha kaku ditempat, tidak percaya apa yang dilakukan Ardan kepadanya. “Muka lo jadi lengket gegara air mata lo,” komentarnya setelah menghapus setetes air mata itu dan mengusap pipi Marsha membuat pipi Marsha yang awalnya putih jadi mendadak bewarna pink.

Marsha berdehem menetralkan detak jantungnya lalu menatap Ardan yang masih berdiri didepannya. “Besok jemput gue ya?” Marsha nyengir sambil cekikan, “Masih galau nih gue.”

“Ogah!”

Marsha cemberut, bibir bawah dan atasnya ia majukan beberapa senti, terlihat lucu, tapi beda dari pandangan Ardan. “Bibir lo!” Ardan menepuk pelan bibir Marsha menggunakan telapak tangan kanannya, “Sok lucu. Padahal najisin, mirip bebek.”

“Sakit Bego!”

Ardan tertawa pelan lalu mengacak-acak rambut Marsha sambil tersenyum tipis. “Gue pulang ya!” Ardan berucap masih dengan tersenyum tipis, “Jangan terlalu mikirin hubungan Abang lo sama pacarnya. Nanti lo bisa sakit.”

Setelah itu, Ardan masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan Marsha yang masih menegang ditempatnya sambil memegang dadanya yang terasa dagdigdug tidak karuan.

Mobil Ardan kini sudah tidak terlihat dari pandangan Marsha namun gadis itu masih saja mematung bagai semen yang sudah mengering akibat sinar matahari. Tapi, bukan karena sinar matahari yang membuat Marsha mematung tapi karena Ardan.

💫💫💫

Pagi ini Marsha tidak terlambat bangun akibatnya setelah menangis lagi. Sewaktu Marsha masuk kedalam rumahnya, ternyata ada pacar Saldi—Tiara yang berkunjung kerumah itu. Tiara yang awalnya memang kerumah Marsha untuk menanyakan Saldi yang tidak memberinya kabar sama sekali, malah mendapatkan usiran halus dari Saldi.

Hal itu membuat mau tidak mau Marsha menangis, ia bersembunyi dibalik pintu rumah utama, melihat kejadian itu. Dengan perasaan yang tulus, Tiara tetap tidak mau pulang malahan Tiara memberikan senyuman tulus. Marsha tambah menangis melihat itu. Sungguh Saldi sangat keterlaluan.

Saat itu juga Marsha masuk kedalam rumah, langsung memeluk tubuh Tiara untuk menguatkan gadis itu seraya berbisik, membisikkan kata-kata penenang. Detik itu juga Tiara menangis. Memikirkan apa yang ia lakukan selama ini sendirian, tanpa Saldi.

Dengan langkah berat namun pasti, Marsha menggiring halus Tiara keluar dari rumah. Setelah Tiara pulang barulah Marsha masuk kedalam kamar Abangnya dan langsung menampar pipi kanan Saldi sangat keras, lalu berteriak murka dihadapan wajah Saldi.

Marsha keluar dari kamar Saldi masih dengan tangisan, amarah, dan langsung masuk kedalam kamarnya sendiri, menangis sampai ia tertidur.

Di anak tangga terakhir, Marsha melihat Saldi yang baru saja dari arah dapur, membuat susu coklat sendiri. Wajah Marsha seperti membengkak karena sudah menangis semalaman.

Marsha turun lalu langsung mengambil sandwich tanpa melihat wajah Abangnya. “Kasih tau Mama kalo gue udah berangkat duluan.” Marsha melongos dengan wajah datarnya.

Sampai diluar rumah, gadis itu berjalan seraya memesan ojek online karena perempuan itu fikir Ardan tidak menjemputnya karena dengan jelas Ardan menolak untuk menjemput Marsha.

“Yah.. Yah.. Data sama pulsa gue habis?” Marsha bertanya sendiri, “Ihh! Kok bisa sih?!”

Hampir saja anak itu melempar ponsel mahal itu kalau ia tidak ingat jika ponsel itu baru saja ia beli seminggu yang lalu. Tentu saja harga ponselnya itu tidaklah murah.

“Kalo gue balik lagi kerumah, bisa-bisa si Bang Sal nganterin gue ke sekolah.” Marsha berdecak tak suka, tetap berjalan hingga hampir sampai didepan komplek perumahannya, “Ah, ogah gue pergi sekolah bareng cowok gak punya hati kek dia.”

Sampai ada sebuah mobil yang berhenti tepat didepan Marsha yang masih menggerutu sebal. Marsha berdecak ketika melihat mobil itu berhenti didepannya. “Gue mau jalan Bego!” Marsha mengomel kayak orang gila, “Mentang-mentang mobil lo mobil milyaran, lo pamer didepan gue.”

Mau tidak mau perempuan dengan baju sangat ketat itu memutar tubuhnya agar bisa berjalan lewat belakang mobil itu. Setelah ia bisa lewat, gadis itu memukul bagian belakang mobil itu dengan kesal “Lo bikin gue telat tau gak?!”

Sampai akhirnya Marsha hampir melewati pintu mobil pengemudi itu, seseorang keluar dari pintu itu membuat Marsha berjengit kaget. “Ardan?! Ngapain lo disini?“ Tanya Marsha masih dengan kagetnya, “Ini mobil lo?”

“Masuk sana!”

“Hah?”

“Masuk kedalam!”

“Masuk kemana? Ambigu lo!”

Ardan menggeram lalu menarik tangan Marsha kemudian ia masukkan kedalam mobilnya.

Piece Of My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang