10.Skors

3.1K 216 6
                                    


Maafkan menunggu lama..
Happy reading ♡

***

Pentolan biang Rusuh itu kini tengah berjalan dengan angkuhnya. Tak peduli dengan bel masuk sekolah yang telah berbunyi beberapa menit yang lalu. Koridor sekolah yang sudah sepi membuat langkahnya terdengar nyaring. Salah satu tangannya dia masukan kedalam kantung celana Abu-abunya. Dan tangan sebelah kanannya memegang sebelah tali ranselnya. Rio merasa seperti model yang berjalan di atas Catwalk.

Rio terkekeh ketika sepintas bayangan itu memasuki pikiran konyolnya. Lalu Matanya menyapu keadaan sekitar ketika dia melewati kelas gadis beribu ekspresi itu. Dan disana Rio melihat ify tengah sibuk menatap guru yang tengah menerangkan materi pelajaran. Ify menoleh menatap jendela di sampingnya dan mendapati Rio tengah berdiri di luar kelasnya.

Rio yang melihat ify tiba-tiba menoleh dan melihatnya berdiri di luar kelas membuat Rio gelagapan. Namun itu tak berlangsung lama karena Rio adalah orang yang pandai menyembunyikan ekspresi. Ify tersenyum pada Rio yang hanya di balas dengan anggukan Ringan oleh Rio.

Ify mengerucutkan bibirnya sebal karena Rio tidak membalas senyumannya. Oooh ayolah.... bukan maksud Rio membuat ify sebal seperti itu. Namun Rio hanya mencoba cool. Ify sudah terlalu banyak mengetahui tingkah konyol Rio. Dan itu benar-benar memalukan bagi Rio.

Rio kembali melangkah dengan angkuhnya. Pandangannya lurus kedepan, meskipun dalam hatinya dia ingin sekali menoleh dan melihat ekspresi ify sekarang. Namun sebisa mungkin Rio menahan keinginannya itu.



GEDEBUG....



"AAWWwww..... www"

Rio jatuh tersungkur kedepan dengan jidat terlebih dahulu mencium lantai. Rio menggeram kesal dalam hati. Dan Rio benar-benar tak berani mengangkat wajahnya untuk menatap ify saat ini.

Benarkan... ify sudah terlalu banyak melihat tingkah konyol Rio. Dan ini benar-benar memalukan. Rio bangkit duduk dari tiarap dadakannya. Pandangannya beralih menatap tali sepatunya yang menjuntai ke lantai.

Gggggrrrrr.... tali sepatu kamvret.

Kesialan Rio tak berhenti sampai disitu. Sepasang kaki jenjang kini berdiri di hadapan Rio. Tak perlu mendongak pun Rio tahu jika kaki itu milik guru cantik itu----Bu Lusi. Meskipun cantik, guru itu yang paling galak. Rio tak heran jika sampai saat ini guru itu masih melajang.

Iyalah... orang gurunya saja galak begitu.

"Rio... Jam berapa ini, Hm?"

Rio mendongak menatap bu Lusi yang bertanya padanya. Bu lusi masih memasang wajah galaknya dengan mata membulat sempurna. Namun wajah itu tak sedikitpun membuat Rio takut pada bu Lusi.

Rio menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Jam sembilan kurang lima belas menit bu, waaah asik bentar lagi istirahat bu."

Rio menjawab pertanyaan guru cantik itu dengan watados*nya. Sedangkan Bu Lusi kini tengah bertanduk menatap Rio.

"Berdiri Rio !!" Bu Lusi menggeram kesal menatap Rio yang masih terduduk di lantai.

"Bangunin dong bu! Sesama manusia kan harus tolong menolong. Saya lemes bu belum sarapan." Rio mengulurkan tangan kanannya meminta pada bu Lusi untuk di raih.

Mata Rio mengedip-ngedip lucu minta di tabok pakai buku sejarah. Sudah tebal, berdebu lagi.

"RIIOOOOOOOOOO......" suara bu lusi menggema di koridor sekolah. Semua orang yang berada di dalam masing-masing kelas terkejut dengan teriakan itu.

Biang RusuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang